Kenapa Penggunaan Qris Bisa Turunkan Inflasi? Ini Penjelasannya

Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Senin, 30 Januari 2023
0 dilihat
Kenapa Penggunaan Qris Bisa Turunkan Inflasi? Ini Penjelasannya
Metode pembayaran digital menggunakan barcode atau disebut Qris pasalnya bisa turunkan inflasi. Foto: CNN Indonesia

" Pereknomian dunia termasuk Indonesia diprediksi akan mengalami resesi ekonomi di tahun 2023 ini, fenomena resesi biasanya ditandai dengan melonjaknya harga barang atau disebut dengan inflasi "

KENDARI, TELISIK.ID - Pereknomian dunia termasuk Indonesia diprediksi akan mengalami resesi ekonomi di tahun 2023 ini, fenomena resesi biasanya ditandai dengan melonjaknya harga barang atau disebut dengan inflasi.

Di Kota Kendari, kemerosotan ekonomi tersebut nampaknya masih belum dirasa atau tidak terasa. Hal itu diketahui saat Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu melaporkan tingkat inflasi justru mengalami penurunan meski tak signifikan.

Tingkat inflasi mounth of mounth untuk Januari berada di angka 0,4 persen, jumlah ini lebih tinggi di banding tingkat inflasi pada Desember 2022 yang sebesar 0,5 persen.

Baca Juga: 6 Daftar Harta Harus Dilaporkan dalam SPT Tahunan Wajib Pajak

Asmawa menambahkan, inflasi di Kota Kendari disumbang oleh komoditas cabai rawit, cabai merah, bawang merah, beras, daging ayam ras, emas perhiasan, rokok, tahu, bawang putih hingga tarif air minum. Sementara untuk penyumbang deflasi berasal dari komoditas BBM, dan angkutan udara.

Penggunaan Qris atau pembayaran digital menggunakan barcode menurutnya bisa membantu menekan angka inflasi.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tenggara, Doni Septiadijaya menjelaskan bagaimana sistem Qris dapat menurunkan inflasi. Inflasi sendiri adalah kondisi di mana uang yang beredar di masyarakat lebih banyak di banding kuantitas barang yang ada, oleh karena itu harga-harga barang akan semakin mahal.

Baca Juga: Sudah Masuk 2023, Resesi Ekonomi Benarkah Terjadi?

Penggunaan Qris dan pembayaran digital lainnya otomatis tak membutuhkan uang tunai dalam transaksi jual beli. Hal tersebut tentu akan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga menurunkan tingkat inflasi.

Terhadap inflasi, Bank Indonesia sendiri memberi langkah kebijakan moneter dengan menaikkan tingkat suku bunga menjadi 5,5 persen. Meski berpotensi meurunkan inflasi, kenaikan tingkat suku bunga berisiko terhadap lesunya kredit pinjaman hingga kredit macet.

Dony mengatakan dampak kenaikan suku bunga tersebut tidak akan dirasa langsung melainkan paling tidak tiga bulan setelah kenaikan tersebut ditetapkan. (B)

Penulis: Adinda Septia Putri

Editor: Kardin 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga