Kisah Mualaf Amira, Gadis Keturunan China yang Menemukan Cahaya Iman

Merdiyanto , telisik indonesia
Sabtu, 25 Januari 2025
0 dilihat
Kisah Mualaf Amira, Gadis Keturunan China yang Menemukan Cahaya Iman
Amira keturunan China memutuskan mualaf karena menemukan cahaya iman. Foto Repro inews.com

" Lee Eng Hui, seorang gadis asal Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia, memutuskan memeluk Islam pada tahun 2009 "

KENDARI, TELISIK.ID - Lee Eng Hui, seorang gadis asal Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia, memutuskan memeluk Islam pada tahun 2009.

Keputusan Lee Eng Hui untuk memeluk Islam dan berganti nama menjadi Nul Amira Anna Lee binti Abdullah dilandasi oleh kekagumannya terhadap ajaran agama tersebut.

Ketertarikan Amira pada Islam muncul ketika ia mengamati betapa uniknya umat Muslim dalam menjalankan ibadah seperti puasa dan menutup aurat.

"Saya melihat banyak sekali batasannya tapi mereka terlihat tetap gembira menjalankannya," ucap Amira, dikutip dari kanal YouTube Hidayatullah TV.

Salah satu yang membuat Amira tertarik pada Islam adalah sikap penerimaan umat Muslim terhadap takdir, terutama dalam menghadapi kehilangan. Mereka terlihat cepat bangkit dan melanjutkan hidup.

"Islam itu indah. Subhanallah, Islam itu begitu indah. Islam adalah jalan hidup. Misalnya seperti setiap bangun pagi kita dibimbing bagaimana melakukan sesuatu. Bagaimana doa bangun tidur, bagaimana doa masuk WC, semuanya. Islam adalah panduan hidup," jelasnya.

Rasa penasarannya terhadap Islam semakin besar, sehingga Amira memutuskan untuk mengikuti kursus agama.

Baca Juga: Terinspirasi Lantunan Sholawat, Satu Keluarga Memeluk Islam

"Di kursus itu saya banyak bertanya. Begitu banyak pertanyaan yang saya ajukan dan selalu ada jawaban yang meyakinkan," katanya.

"Misalnya kenapa orang Islam harus sholat lima waktu? Kenapa orang Islam harus melakukan ini dan itu? Semua ada jawabannya yang membuat saya harus menjadi seorang Islam. Saya makin yakin Allah itu ada dan Allah itu satu. Dan Allah yang paling berkuasa dan Allah yang telah menciptakan saya. Bukan saya saja, tapi semua yang saya lihat atau yang tidak saya lihat," sambung Amira.

Perjalanan Amira sebagai seorang Muslim penuh tantangan, terutama karena ia harus menghadapi penolakan dari keluarganya yang begitu drastis hingga membuatnya merasa tidak dianggap sebagai bagian dari keluarga.

Amira terharu saat ibunya menangis ketika ia akan mengucapkan dua kalimat syahadat. Ibunya seakan merasa kehilangan sosok anaknya.

"Saya bilang, jangan nangis. Dia merasa saya akan jadi orang lain. Saya bilang kepada ibu saya, itu bukanlah Islam yang ibu pikirkan. Tapi saat itu saya belum ada cukup ilmu untuk menjelaskan tentang Islam. Tapi Masya Allah ibu sangat memahami. Sekarang pun sudah duduk bersama. Dan doakan dia, dia masih belum dapat hidayah. Insya Allah," tuturnya.

Selain itu kakaknya yang kurang memahami Islam marah besar ketika Amira memutuskan untuk berhijab.

"Kakak marah. Dia bilang banyak orang Islam yang tidak pakai kerudung. Kata kakak, ada orang mengaku orang Islam tapi dia tidak pakai (kerudung) juga. Kakak katakan itu pada awalnya kakak tak paham," ucapnya dilansir dari inews, Jumat (24/1/2025).

Amira menjelaskan kepada kakaknya bahwa sebagai seorang guru, kakak pasti ingin murid-muridnya mendengarkan pelajarannya. Begitu pula dirinya, ia ingin mengikuti semua ajaran Islam dengan sungguh-sungguh.

"Saya bilang, setelah saya mengucapkan dua kalimat Syahadat sebagai seorang Islam, saya harus ikuti ajaran Islam. Saya ingin mendapatkan jawaban yang benar. Saya ingin Allah memandang saya dengan gembira. Ingin mendapat ridho Allah," katanya.

Sejak menjadi muslimah, penampilan Amira berubah drastis. Ia terlihat semakin cantik dengan balutan hijab.

"Mungkin pada awalnya saya merasa susah tapi harus dilakukan semuanya. Mungkin keluarga akan merasakan tidak merasa, mengapa saya sudah menjadi orang lain. Mungkin mereka akan merasa kesulitan ketika mau makan bersama, harus mencari restoran yang halal. Tapi kita harus kuat, menguatkan iman. Kita mencari makanan halal karena Allah," jelasnya.

Menjadi seorang Muslim membawa banyak cobaan bagi Amira, salah satunya adalah harus berhenti dari pekerjaan karena aturan perusahaan yang tidak mengizinkan menutup aurat.

"Itu ujian yang berat sebab harus meninggalkan pekerjaan yang sudah biasa dilakukan. Harus mulai dari awal lagi. Itu tidak mudah dan mustahil. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, maka yakin pada Allah, kita berusaha saja," paparnya.

Ujian hidup Amira tak berhenti sampai di situ. Setelah menikah, ia harus menghadapi cobaan yang lebih berat lagi, yaitu kehilangan suami tercinta.

"Saya rasa itu ujian dari Allah. Saya ambil apa yang kita sayang dan Allah pun memberikan pelajaran. Saya akan mengucapkan Alhamdulillah, jika Allah mengambil nyawanya dalam keadaan seperti itu. Saya merasa Allah menguji dia (suami) dengan sakit. Allah ampunkan semua dosa-dosanya dia. Amin,” kata Almira.

Baca Juga: Harga Sebuah Iman: Pria Tionghoa Ini Rela Jarinya Dipotong Demi Mualaf

"Dan dia diizinkan melafalkan dua kalimat syahadat saat dia dicabut nyawanya dan kita belum tentu bisa. Dan apabila saya melihat orang yang diuji dengan ujian yang begitu dahsyat, dia ridho. Dia kenapa pula saya tidak ridho? Saya ridho. Saya harus ridho,” lanjut Amira.

Sebagai seorang mualaf, Amira aktif memberikan nasihat kepada mereka yang baru memeluk Islam. Ia selalu menekankan bahwa Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan kebaikan.

Amira meyakini bahwa seseorang tidak akan berubah menjadi orang lain setelah memeluk Islam. Ia berpendapat bahwa sifat dan kepribadian seseorang akan tetap sama.

"Untuk keluarga jangan risau. Islam sangat mementingkan hubungan silaturahmi. Dan haram sebenarnya kalau orang itu mengatakan sudah masuk Islam tidak boleh kembali ke rumah. Dan masuk Islam tidak boleh makan bersama keluarga. Sebenarnya tidak tepat," tutup Amira. (C)

Penulis: Merdiyanto

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TAG:
Baca Juga