Kisah Penjual Buroncong Mampu Kuliahkan Anak hingga Jenjang S2

Wa Ode Sunaimi Rahman, telisik indonesia
Sabtu, 01 Oktober 2022
0 dilihat
Kisah Penjual Buroncong Mampu Kuliahkan Anak hingga Jenjang S2
As saat berjualan buroncong keliling dengan berjalan kaki. Rela meninggalkan keluarga di Pulau Jawa demi mencari nafkah. Foto: Wa Ode Sunaimi Rahman/Telisik

" As rela merantau ke Kendari dan berjualan buroncong agar bisa menghidupi anak istri, bahkan menyekolahkan anak-anaknya hingga di bangku kuliah "

KENDARI, TELISIK.ID - Sudah 26 tahun As meninggalkan kampung halamannya dan merantau di Kota Kendari. Ayah 4 anak ini terpaksa memilih hidup jauh dari keluarga demi mencari penghidupan.

Dia pun rela berjualan buroncong agar bisa menghidupi anak istri, bahkan menyekolahkan anak-anaknya hingga di bangku kuliah.

Awalnya, lelaki 57 tahun ini adalah seorang petani di kampung halamannya di Jawa Barat. Karena penghasilan dari pekerjaan itu dianggapnya tak mampu memenuhi kebutuhan keluarga, ia pun nekat meninggalkan keluarga dan memilih merantau di Kota Kendari.

2 dari 4 anaknya saat ini duduk di bangku kuliah. Anak pertama bahkan tengah kuliah di jenjang magister (S2), sedangkan anak kedua kuliah diploma 4 jurusan kebidanan.

Secara logika, mungkin mustahil penghasilan dari menjual buroncong bisa membiayai kuliah 2 anaknya dan menghidupi keluarganya. Namun tak ada yang mustahil bagi Allah, nyatanya As berhasil membuktikannya.

Baca Juga: Bocah SD Ini Jualan Keliling di Pantai Toronipa demi Bantu Keluarga

Setiap bulan, As mengirimkan uang hasil jerih payahnya kepada keluarganya. Ia sendiri hanya bisa pulang kampung sekali setahun karena keterbatasan biaya.

Ia mulai jualan dari pukul 6 sampai 9 pagi, dilanjutkan sore hari pada pukul 16.00 hingga pukul 18.00 atau menjelang maghrib. Dengan berjalan kaki sambil memikul kotak dagangannya, ia berkeliling menjajakan buroncong.

Dari kamar kos berukuran kecil di belakang Masjid Agung Al Kautsar, As berkeliling dari pasar ke pasar. Setiap hari, As bisa mendapatkan penghasilan sekira Rp 200 ribu.

"Kalau lagi rezeki, bisa lebih. Hujan pun saya tetap jualan," ujar As yang berharap agar selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT agar bisa terus jualan.

Baca Juga: Suara Emas Penyandang Tuna Netra

Bagi As, kesehatan adalah yang terpenting. Ia tak boleh sakit. Karena kalau sakit, bisa-bisa ia dan keluarganya tak bisa makan.

Harapannya sebagai pedagang buroncong keliling sangat sederhana, sesederhana hidupnya yang tak pernah neko-neko.

"Saya cuma minta sama Allah supaya dikasih sehat terus. Supaya bisa berjualan. Anak istri bisa makan, anak-anak bisa sekolah dan ke depan bisa menggantikan peran saya sebagai pencari nafkah keluarga," tandasnya. (A)

Penulis: Wa Ode Sunaimi Rahman

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga