Konferensi ke-18 OKI Bahas Kondisi di Gaza dan Islamophobia, Hugua Pimpin Delegasi Indonesia
Erni Yanti, telisik indonesia
Rabu, 06 Maret 2024
0 dilihat
Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Ir Hugua, memimpin delegsi Indonesia dalam Konferensi ke-18 Parlemen OKI. Foto: Ist.
" Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Ir Hugua, memimpin delegasi Indonesia di dua komisi dalam konferensi ke-18 Parlemen OKI atau PUIC "
KENDARI, TELISIK.ID - Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Ir Hugua, memimpin delegasi Indonesia di dua komisi yaitu Komisi Komunitas Muslim dan Minoritas serta Komisi Budaya dalam konferensi ke-18 Parlemen OKI atau PUIC (Parliamentary Union of OIC Countries) di Abidjan, Pantai Gading, 2-5 Maret 2024.
Konferensi menghelat sejumlah pertemuan, termasuk membahas soal kondisi di Gaza dan islamophobia. Delegasi DPR juga aktif dalam pertemuan Komisi Palestina ke-12 PUIC.
Sejumlah pandangan dari puluhan negara PUIC mengemuka menyoroti situasi memburuk di Palestina dan juga diskriminasi komunitas muslim minoritas dan isu islamphobia.
”Kendati pun perubahan iklim akan menjadi tema utama konferensi ini, saya percaya bahwa semua peserta di sini tak boleh kita biarkan negara-negara barat mempunyai standar ganda dalam penerapan hak asasi manusia," kata Hugua.
Mantan Bupati Wakatobi ini juga memperingatkan forum soal penerapan standar ganda dalam penerapan hak asasi manusia khususnya bagi komunitas muslim minoritas dan islamophobia.
Isu islamophobia serta diskriminasi kepada kelompok Islam minoritas ikut menjadi sorotan dalam rapat Parlemen Antar-Negara OKI atau PUIC yang ke-18.
Baca Juga: Jokowi Diminta Berani di KTT OKI Lawan Kebiadaban Israel dan Merdekakan Palestina
Hal itu dibahas khusus dalam Komisi Komunitas Muslim dan Minoritas yang dipimpin oleh Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Hugua didampingi oleh Fathan Subchi Badawi. Hugua menilai penanganan Islamophobia dapat dilakukan dengan penguatan dialog antar negara.
Hugua mencontohkan konflik muslim rohingya Myanmar serta Uighur Tiongkok merupakan wujud perlakuan diskriminasi serta islamophobia terhadap kelompok minoritas Islam. Menurutnya ketidakpahaman suatu negara terhadap nilai agama Islam menjadi alasan utama terjadinya praktek diskriminasi.
Oleh karenanya dalam forum komisi komunitas muslim dan minoritas, Hugua berpendapat parlemen negara Organisasi Kerja sama Islam (OKI) perlu berperan lebih dalam meredam perilaku diskriminasi.
Ia mengusulkan Parlemen Negara OKI dapat menjadi jembatan pembuka pintu dialog dengan sejumlah negara yang terindikasi memiliki kecenderungan islamophobia. Melalui dialog itu diharapkan dapat menyelaraskan cara pandang yang positif terhadap muslim.
Terkait hal tersebut, Hugua mengatakan, pertama masalah perbedaan cara pandang tentang budaya Muslim yang ada di Eropa dengan Muslim yang mayoritas ada di Arab dan Asia.
"Islam yang berkembang di Eropa seperti agama yang islamophobia, contohnya kalau umur 17 itu ada sedikit tekanan untuk salat bagi cara pandang Eropa yang liberal itu melanggar hak asasi manusia padahal Ini sebenarnya cara pandang yang berbeda sehingga muncul pembakaran Al-Qur'an dan bentuk-bentuk kekerasan lainya pada komunitas Muslim," ucap Hugua.
Baca Juga: Putusan Mahkamah Internasional Mengecewakan, ICJ Tak Melarang Israel Hentikan Genosida di Palestina
Dalam komitmen rapat tersebut, diusulkan untuk memperbanyak dialog produktif antara lembaga parlemen yang ada di Eropa dengan negara muslim,” ungkapnya ditemui usai rapat di Abidjan, Pantai Gading, Senin (4/3/2023).
Lebih lanjut Hugua mengusulkan adanya studi banding terhadap pengungsi di Rohingya Myanmar, Muslim Uighur di Tiongkok dan beberapa negara di Eropa yang memiliki rekam jejak melakukan diskriminasi.
"Langkah itu diharapkan dapat memunculkan solusi yang tepat dalam penyelesaian konflik muslim minoritas dan islamophobia," pungkas Hugua.
Delegasi DPR di Konferensi PUIC ke-18 ini dipimpin Fadli Zon (Fraksi Gerindra) dan dua anggota Hugua (Fraksi PDIP) dan Fathan Subchi Badawi (Fraksi PKB). (C-Adv)
Penulis: Erni Yanti
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS