Mengenal Budaya Mansa dari Buton Tengah
Nur Fauzia, telisik indonesia
Jumat, 21 Juni 2024
0 dilihat
Penampilan tokoh adat dalam budaya Mansa di Buton Tengah. Foto: Nur Fauzia/Telisik
" Kegiatan Budaya Mansa kembali digelar di Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, yang diselenggarakan oleh Ikatan Pemuda Bagea Raya (IPBR) "
BUTON TENGAH, TELISIK.ID - Kegiatan Budaya Mansa kembali digelar di Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, yang diselenggarakan oleh Ikatan Pemuda Bagea Raya (IPBR) dengan tema "Pohamba-hamba merajut tali silahturahmi melalui budaya Mansa", Jumat (21/6/2024).
Berdasarkan pantauan Telisik.id, masyarakat sangat antusias menyaksikan acara tersebut. Tampilan gaya seni bela diri yang diiringi dengan suara gendang, mendapatkan sorak sorai dari para penonton.
Salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Mawasangka, Alimuddin Ilau kepada Telisik.id menyampaikan, budaya Mansa sudah ada sejak lama di Kecamatan Mawasangka. Mansa biasanya digelar usai lebaran. Bukan hanya itu, Mansa juga kerap ditampilkan pada acara-acara sakral seperti perkawinan dan penyambutan pemimpin atau tamu terhormat yang datang di Mawasangka.
Alimuddin menambahkan, budaya ini sempat vakum beberapa tahun belakangan, lantaran tidak adanya fasilitas bagi kelompok atau guru yang dapat mendidik generasi muda terkait budaya ini. Walaupun ada sanggar seni, namun Mansa masih jarang dilirik, padahal budaya Mansa merupakan agenda tahunan yang biasa digelar.
Kegiatan seperti ini perlu dipertahankan, tambah Alimuddin. Karena ini merupakan bagian identitas sebagai masyarakat yang bukan hanya sebatas kegiatan seremonial namun warisan nenek moyang untuk tetap dibudayakan dan ditumbuh kembangkan oleh generasi muda.
Baca Juga: Nantikan Festival Budaya Burangasi Buton Selatan Bakal Digelar September
Sementara itu, salah satu tokoh adat, La Sieri mengatakan, budaya Mansa merupakan salah satu rangkaian dari budaya awal kejadian manusia. Budaya ini diawali dengan Tari Linda yang mengisahkan muda mudi yang sedang mencari pasangan.
Kemudian dilanjutkan dengan Ngibi, yang menceritakan pasangan muda mudi yang mulai menjalin cinta namun ada cinta segitiga dimana dua orang laki-laki memperebutkan satu perempuan. Dari sinilah budaya Mansa lahir yaitu persaingan antara dua orang laki-laki untuk memenangkan perempuan yang diperebutkan. Dan terakhir yaitu budaya Mangaru, yang menceritakan laki-laki yang memenangkan pertarungan dan meminang sang wanita.
Baca Juga: Pelestarian Budaya Lokal jadi Fokus Kerja Kekar Wakatobi
La Sieri menambahkan, budaya Mansa pada intinya merupakan sebuah seni untuk mempertahankan diri namun bukan untuk membuat onar, tapi justru mempertahankan kedamaian.
Asniar, salah seorang warga yang turut menyaksikan kegiatan tersebut mengaku sangat senang budaya ini kembali ditampilkan, sehingga generasi baru seperti anak-anak kecil yang ada di Mawasangka dapat mengetahui adanya budaya seperti ini.
"Bagusnya kalau ada acara seperti ini bukan hanya untuk pergi nonton, tapi kita bisa juga kumpul-kumpul dan bersilaturahmi sama orang satu kampung yang tidak mungkin kita datangi satu per satu saat lebaran," pungkasnya. (A)
Penulis: Nur Fauzia
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS