Mengenal Kadiuano Liwu, Tradisi Tolak Bala Masyarakat Lowu-Lowu
Elfinasari, telisik indonesia
Senin, 08 Juli 2024
0 dilihat
Pelaksanaan Tradisi Kadiuano Liwu di Kelurahan Lowu-Lowu Baubau. Foto: Ist
" Masyarakat Kelurahan Lowu-Lowu di Kecamatan Lea-Lea, Kota Baubau merayakan Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1446 H dengan ritual adat Kadiuano Liwu "
BAUBAU, TELISIK.ID - Masyarakat Kelurahan Lowu Lowu di Kecamatan Lea-Lea, Kota Baubau merayakan Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1446 H dengan ritual adat Kadiuano Liwu, Minggu (7/7/2024).
Menurut Sekretaris Daerah Kota Baubau, La Ode Fasikin, tradisi dan budaya memiliki peran penting dalam pelestarian lingkungan dan seni. Jika terus dilestarikan, hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ritual Kadiuano Liwu merupakan salah satu cara untuk memohon kepada Allah SWT agar masyarakat dan lingkungan sekitar, terhindar dari berbagai musibah dan bahaya.
“Melihat antusiasme masyarakat, khususnya di Lowu Lowu, ini adalah bentuk apresiasi terhadap kegiatan ritual yang merupakan warisan leluhur kita. Ritual ini perlu dilestarikan sepanjang waktu,” ungkap La Ode Fasikin.
Kegiatan seperti Kadiuano Liwu, tidak hanya menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan adat, budaya, dan kearifan lokal, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Hal ini terlihat dari banyaknya talang yang disediakan oleh masyarakat, yang nilai ekonominya tidak kecil.
La Ode Fasikin juga menambahkan bahwa di tanah Buton, khususnya di Kota Baubau, hampir semua wilayah memiliki kegiatan adat dan budaya. Contohnya adalah tradisi Kasambu-sambu di Kelurahan Kolese dan Tuturangiana Andala. Begitu juga dengan ritual Kadiuano Liwu di Lowu Lowu ini.
Ia berharap, kegiatan seperti ini dapat menarik perhatian lebih banyak orang sehingga dapat memicu pergerakan dan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Semakin banyak kegiatan seperti ini, semakin bergeliat pula perekonomian setempat.
Selain itu, di era modern ini, perkembangan teknologi sering kali mengikis nilai-nilai sosial kemasyarakatan, adat, serta budaya berperan sebagai perekat sosial. Selain sebagai acara adat, kegiatan ini juga menjadi ajang untuk bersilaturahmi.
La Ode Fasikin menekankan pentingnya inovasi dan promosi untuk kegiatan serupa di masa depan, serta dukungan dari semua pihak untuk merealisasikan hal tersebut. Ini dapat menjadi momen wisata yang tetap menghormati nilai-nilai ritual yang dilaksanakan oleh tokoh adat dan tokoh agama.
Salah seorang warga Lowu Lowu, Neli, menuturkan bahwa Kadiuano Liwu adalah tradisi tolak bala dan pelaksanaannya setiap tahun.
"Selama tujuh hari, para orang tua masjid melaksanakan dzikir dan doa di masjid untuk keselamatan kampung agar dijauhkan dari musibah dan bala, dan hari ini merupakan puncak acara," ungkapnya. (B)