Mengenal Layang-Layang Tertua di Dunia Bakal Diterbangkan Juli dalam Even Kaghati Kolope Muna

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Rabu, 29 Mei 2024
0 dilihat
Mengenal Layang-Layang Tertua di Dunia Bakal Diterbangkan Juli dalam Even Kaghati Kolope Muna
Momen saat Kaghati Kolope diterbangkan, dengan seutas tali dari daun nenas. Foto: Instagram@aharudin_laode

" Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara bakal menggelar even Kaghati Kolope, yang menampilkan layang-layang tertua di dunia, direncanakan berlangsung dari tanggal 19 hingga 21 Juli 2024 "

KENDARI, TELISIK.ID - Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Sulawesi Tenggara, bakal menggelar even Kaghati Kolope, acara yang menampilkan layang-layang tertua di dunia, direncanakan berlangsung dari tanggal 19 hingga 21 Juli 2024 mendatang.

Kaghati, permainan tradisional layang-layang masyarakat Suku Muna, Sulawesi Tenggara, terbuat dari daun ubi yang dikeringkan dan serat nenas yang dianyam bersama.

Menurut Wolfgang Bick, seorang konsultan yang melakukan penelitian di Muna pada tahun 1997, Kaghati telah dimainkan oleh nenek moyang masyarakat Muna selama empat ribu tahun.

Bersumber dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, penemuan lukisan tangan manusia di Gua Sugi, Desa Liangkobori, membuktikan bahwa layang-layang ini merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Muna jauh sebelum kehadiran layang-layang China yang terbuat dari kain parasut dan batang aluminium.

Kaghati bukan hanya sekadar permainan, tetapi juga memiliki makna spiritual bagi suku Muna. Sebelum Islam masuk ke Muna, layang-layang ini digunakan dalam ritual keagamaan untuk mencapai Tuhan mereka, matahari.

Ritual ini dilakukan dengan menerbangkan layang-layang selama tujuh hari, dimana pada hari ketujuh, tali layang-layang diputus agar layang-layang bisa terbang menuju matahari. Selain sebagai alat spiritual, layang-layang juga digunakan untuk menjaga sawah dari serangan burung dan babi hutan.

Proses pembuatan layang-layang dari daun kolope yang sudah dikeringkan. Foto: Ist.

 

Kaghati Kolope, layang-layang tertua di dunia, terbuat dari bahan-bahan alami seperti daun kolope (ubi hutan), bambu rami, dan serat daun nenas. Pembuatan layang-layang ini tidak mengikuti ukuran tertentu, melainkan bergantung pada selera pembuatnya dan tujuan penggunaannya.

Baca Juga: Pesona Alam Kolaka Utara Bakal Dipamerkan September dalam Even Jelajah Wisata

Layang-layang ini memiliki berbagai bentuk yang umumnya dikenal oleh masyarakat setempat, seperti Bhangkura, Bhalampotu, dan Kasopa, dengan ukuran yang bisa mencapai 1,9 meter dan lebar 1,5 meter.

Masyarakat Muna sering mengikutsertakan Kaghati dalam perlombaan layang-layang tingkat nasional dan internasional untuk melestarikan keberadaannya. Pada tahun 1996 dan 1997, layang-layang Kaghati bahkan mendapat penghargaan sebagai layang-layang paling alami dari kalangan pecinta layang-layang.

Salah seorang warga Muna, Amir Ahmad, pada Telisik.id mengatakan, akan mempersiapkan layangan terbaik yang cukup besar. Terlebih lagi jika ada yang diperlombakan, ia akan mencari dan mengumpulkan bahan dari kampungnya seperti daun nenas dan bambu kualitas terbaik.

Kaghati Kolope bisa menjadi magnet untuk mendatangkan wisatawan ke Muna. Foto: Instagram@genpisultra

 

Sebelumnya, pada tahun 2022, Pemerintah Kabupaten Muna telah sukses menyelenggarakan Festival Kaghati Kolope dengan antusiasme yang tinggi dari masyarakat dan pihak terkait.

Pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan kepuasannya dengan pelaksanaan festival tersebut dan telah menetapkan Kaghati Kolope dalam kalender tahunan nasional.

Sekretaris Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf, Eddy Wardoyo, menegaskan bahwa kegiatan ini akan terus didorong di tahun-tahun mendatang dan dipromosikan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Untuk diketahui, pada tahun 2024 ini, Provinsi Sulawesi Tenggara menargetkan jumlah wisatawan sebesar 16,8 juta per tahun, dengan meluncurkan 57 even termasuk Festival Kaghati Kolope.

Belli Harli Tombili, Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara, menjelaskan bahwa meskipun jumlah even sedikit berkurang dibanding tahun sebelumnya, kualitas even yang diselenggarakan diharapkan dapat meningkat.

Baca Juga: Nantikan Even Face of Mekongga di Kolaka Bakal Digelar Juni dan Desember

Sementara itu, salah satu warga Muna di Kota Raha, La Ode Hamirul, saat dihubungi Telisik.id via telepon seluler mengungkapkan bahwa festival layang-layang pada tahun ini agar dilaksanakan, karena momen tersebut sangat ia nantikan.

Ia bahkan akan mempersiapkan bahan untuk layangan dari jauh hari jika memang hal tersebut berjalan sesuai rencana pemerintah.

Dengan menggelar even Kaghati Kolope, Sulawesi Tenggara tidak hanya mempromosikan potensi wisata budaya, tetapi juga menghidupkan kembali tradisi dan kearifan lokal yang telah ada sejak zaman nenek moyang.

Acara ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan domestik maupun internasional untuk datang dan menikmati keindahan alam dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bumi Sowite. (A-Adv)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga