Penuh Mistik, Basarnas Terus Cari Nelayan Hilang
Deni Djohan, telisik indonesia
Senin, 20 Januari 2020
0 dilihat
Basarnas kota Baubau bersama tim sedang berkemas untuk kembali melanjutkan pencarian nelayan hilang, La Ode Samiun. Foto: Deni D
" Terkait dengan kendala alhamdulilah sampai saat ini belum ada kendala selama proses pencarian ini. Sejak hari pertama sampai hari ke empat ini belum ada. "
BATAUGA, TELISIK.ID - Tim Search And Rescue (SAR) Pos Baubau bersama tim lainnya, masih melakukan pencarian nelayan asal, Lakambau, Kecamatan Batauga, Buton Selatan (Busel), La Ode Samiun (60), yang dikabarkan hilang saat melaut pada, Jumat (17/01/2020).
Baca Juga: OJK: Cegah Skimming dengan Kartu Debit Chip
Koordinator pos SAR Baubau yang juga Kepala pengendali operasi, Hasruddin Ere, mengatakan, memasuki hari keempat ini, pihaknya belum menemukan adanya tanda-tanda korban yang hilang. Baru satu yang ditemukan yakni perahu korban.
"Terkait dengan kendala alhamdulilah sampai saat ini belum ada kendala selama proses pencarian ini. Sejak hari pertama sampai hari ke empat ini belum ada," kata Ere sapaan akrab Hasruddin, di pos pencairan korban, Senin (20/01/2020).
Berdasarkan ketentuan Standar Operasi Prosedur (SOP), lanjutnya, proses pencarian akan dilakukan selama tujuh hari. Karena itu, sejak hari pertama hingga hari keempat ini, proses pencarian korban terus dimaksimalkan.
"Batas waktu ini bisa kami perpanjang apabila ada tanda-tanda penemuan korban," tambahnya.
Kata dia, selain tim Basarnas, pihaknya ditemani sejumlah instansi yakni, Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Busel, Dinas Sosial, Personil Brimob Batauga, Polres Buton, Koramil Batauga, Kodim 1413 Buton, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Dinas perhubungan dan Satpol-PP hingga kini terus melalukan pencarian terhadap korban.
Sebelumnya, korban, La Ode Samiun, keluar melaut pada Jumat (17/01/2020) pagi, sekira pukul 08.00 Wita. Korban di laporkan hilang oleh keluarganya pada pukul pukul 09.00 Wita. Hilangnya korban pertama kali diketahui oleh ojek katinting yang menemukan perahu longboat dan alat memancing korban telah terapung di lautan. Warga kemudian mencari korban namun tidak membuahkan hasil.
Hilangnya nelayan di perairan Selat Batauga bukanlah kali pertamanya. Sejak Buton Selatan mekar sebagai daerah otonomi baru di Sultra, tercatat sudah tujuh orang warga Batauga tewas saat melaut di Selat Batauga. Bahkan tiga diantara ketujuh orang tersebut, jazadnya hingga kini tak ditemukan.
"Kalau yang di Batauga dalam itu ada dua orang. Sedangkan di Laompo ada tiga yakni, La Aumba, Rehan, La Pende. Di Lakambau satu orang mi ini, La Ode Samiun, sedangkan di Kolowu dua orang yakni, La Taher dan La Ode Dundu. Sedang ketiga warga yang hingga kini belum ditemukan adalah, La Aumba, La Pende dan La Ode Samiun," kata salah satu tokoh masyarakat Laompo, Ikbal.
Ikbal mengaku, pernah menjadi korban ganasnya penghuni laut. Saat itu ia juga hendak memancing. Saat mengemas perahunya, ia mendengar suara gesekan pada bodi perahunya. Namun alamat itu tak menyurutkan niatnya untuk melaut. Saat berada ditengah laut, ia merasakan keanehan. Kepalanya juga ikut pusing.
Saat menundukkan kepalanya di laut, serasa ada sesuatu yang menariknya masuk kedalam laut. Dengan rasa ketakutan, ia memaksakan diri mendayung sampai ke darat.
"Jadi saat itu saya mendayung dengan posisi tunduk tidak melihat laut, sampai ke darat. Sampai di darat saya langsung terbaring dan melihat bulan di langit berputar-putar," kisahnya.
Kejadian ini baru berani ia ungkap setelah adanya peristiwa ini. Sejak itu, ia memutuskan untuk istirahat melaut.
Reporter: Deni Djohan
Editor: Sumarlin