Penyebab dan Cara Atasi Panik Attack
Wa Ode Ria Ika Hasana, telisik indonesia
Selasa, 19 Desember 2023
0 dilihat
Serangan panik (panic attack) adalah kemunculan rasa takut atau gelisah yang berlebihan secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Kondisi ini bisa berlangsung selama beberapa menit hingga setengah jam. Foto: Repro Aladokter.com
" Serangan panik adalah pengalaman mendalam ketakutan dan kecemasan yang tiba-tiba, mencapai puncak dalam waktu singkat, dan dapat disertai dengan gejala fisik dan mental yang intens "
KENDARI, TELISIK.ID - Panik merupakan timbulnya perasaan cemas dan rasa takut yang datang secara tiba-tiba. Kondisi ini juga dapat diikuti dengan sejumlah gejala seperti gemetar, disorientasi, mual, detak jantung tidak teratur, mulut kering, sesak napas, berkeringat dan pusing. Faktor penyebab dan pemicunya pun dapat bervariasi.
Serangan panik adalah pengalaman mendalam ketakutan dan kecemasan yang tiba-tiba, mencapai puncak dalam waktu singkat, dan dapat disertai dengan gejala fisik dan mental yang intens. Gejalanya dapat meliputi detak jantung yang cepat, sesak napas, gemetar, keringat berlebihan, rasa tidak nyaman atau sakit di dada, mual, dan perasaan kehilangan kendali.
Cara Mengatasi Serangan Panik:
1. Bernapas dengan Tenang: Fokus pada pernapasan dalam dan perlahan. Cobalah bernapas melalui hidung dan keluarkan napas perlahan melalui mulut.
2. Grounding Techniques: Alihkan perhatian Anda ke hal-hal di sekitar Anda. Sentuh objek di sekitar atau sebutkan benda-benda di ruangan.
3. Terima dan Kenali Gejala: Terima gejala serangan panik sebagai bagian dari proses yang akan berlalu. Jangan melawan atau menolak gejala tersebut.
4. Kendalikan Pikiran: Ingatkan diri sendiri bahwa serangan panik bersifat sementara dan tidak membahayakan. Cobalah mengubah pola pikiran yang negatif.
5. Pendekatan Relaksasi: Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau relaksasi otot progresif.
6. Hindari Stimulan: Kurangi konsumsi kafein, nikotin, atau stimulan lain yang dapat meningkatkan tingkat kecemasan.
7. Cari Dukungan: Hubungi orang terpercaya atau profesional kesehatan mental. Berbicara dengan seseorang dapat membantu mengurangi rasa isolasi.
8. Pendekatan Profesional: Konsultasikan dengan profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, untuk mendapatkan bantuan dan dukungan lebih lanjut.
Baca Juga: Marak Kasus Bunuh Diri, Remaja harus Jaga Kesehatan Mental
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Jika serangan panik berulang atau menghambat fungsi sehari-hari Anda, penting untuk mencari bantuan profesional. Psikoterapi, khususnya terapi kognitif perilaku (CBT), seringkali efektif dalam mengelola dan mengatasi serangan panik.
Penting untuk diingat bahwa informasi ini tidak menggantikan nasihat medis profesional. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami serangan panik atau gejala mental yang serius, segera hubungi layanan kesehatan atau profesional medis.
Dilansir dari Kompas.com, panic attack juga dapat disebabkan oleh kondisi lain, sepertI: masalah kesehatan seperti tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme), atau masalah jantung atau pernapasan. Depresi atau gangguan suasana hati lainnya. Konsumsi alkohol berat.
Menggunakan terlalu banyak nikotin atau kafein. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti yang digunakan untuk mengobati asma dan masalah jantung.
Penggunaan obat. Hidup dengan tingkat stres tinggi untuk waktu yang lama.
Jika Anda mengalami serangan panik secara berulang atau mengalami kesulitan mengelolanya sendiri, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk evaluasi lebih lanjut dan perencanaan intervensi yang sesuai. Serangan panik dapat diatasi, dan banyak orang mendapatkan bantuan yang signifikan melalui pendekatan berbasis bukti.
Baca Juga: Penderita Diabetes Perlu Hindari Sayuran Ini
Sementara itu, faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami panik di antaranya:
• Stres berkelanjutan, yang menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak zat kimia pemicu stres, seperti adrenalin
• Trauma atau pengalaman yang membuat diri sangat tertekan
• Pengendalian amarah yang buruk sehingga lebih rentan mengalami stres
• Perubahan suasana secara tiba-tiba maupun mengalami sensory overload, misalnya masuk ke lingkungan yang ramai dan penuh sesak
• Masalah kehidupan, misalnya perceraian atau masalah keuangan
• Faktor genetik atau riwayat serangan panik dalam keluarga
• Perubahan tertentu pada fungsi di beberapa bagian otak
• Konsumsi minuman berkafein, seperti kopi dan teh, secara berlebihan
• Aktivitas fisik yang terlalu berat. (C)
Penulis: Wa Ode Ria Ika Hasana
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS