Percepat Rehabilitasi Pasca Bencana, NTT Dorong Terbitnya Instruksi Presiden
Berto Davids, telisik indonesia
Rabu, 19 Mei 2021
0 dilihat
Wagub NTT, Yoseph Nae Soi. Foto: Berto Davids/Telisik
" Oleh karena itu kita akan terus mendorong pemerintah pusat agar menerbitkan Instruksi Presiden itu. "
KUPANG, TELISIK.ID - Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi mengatakan, Pemerintah Provinsi NTT terus berkomunikasi dengan pemerintah pusat agar upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana Seroja dapat berjalan dengan cepat melalui Instruksi Presiden (Inpres).
"Kita akan terus mendorong pemerintah pusat untuk menerbitkan Instruksi Presiden terkait upaya Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca bencana Seroja di NTT," kata Wagub Nae Soi kepada awak media, Rabu (19/05/2021).
Menurutnya, Instruksi Presiden sangat penting untuk sebuah pemulihan ekonomi pasca bencana, sebab instruksi tersebut dapat menjadi rujukan bagi pemerintah provinsi dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk pemulihan ekonomi NTT.
Selain itu ia juga mengaku bahwa pihaknya sedang mengupayakan pinjaman dana dari PT SMI (Sarana Multi Infrastruktur) sebesar Rp 1,5 triliun untuk pembangunan infrastruktur, sektor pertanian, peternakan dan perikanan.
"Oleh karena itu kita akan terus mendorong pemerintah pusat agar menerbitkan Instruksi Presiden itu," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja kepada awak media menjelaskan tentang kerugian yang dialami NTT pasca bencana sehingga butuh cepat Instruksi Presiden untuk menangani itu.
Baca juga: Waspada, Gunung Sinabung Kembali Erupsi Setinggi 3.500 Meter
Ia menuturkan bahwa badai seroja memiliki dampak besar dari sisi ekonomi, contohnya pada sektor pertanian, kerusakan lahan padi mencapai 23.517 ha dan 13.960 ha lahan jagung. Atau setara luas panen 325.469 ha padi dan 366.740 ha jagung pada tahun 2021.
"Kalau dipersentasekan, kerusakan padi mencapai 7,23 persen untuk tahun 2021 dan 12,94 persen untuk triwulan kedua. Sementara untuk jagung mencapai 4,35 persen untuk tahun 2021," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa ada tambahan kerusakan infrastruktur pertanian seperti bendungan dan irigasi. Tak hanya itu ada sekitar 8.179 anggota kelompok tani yang terdampak bencana.
Sementara untuk sub sektor peternakan, jelas dia, jumlah ternak yang hilang atau hanyut dan mati yakni sapi 4.410 ekor, kerbau 65 ekor, babi 5.202 ekor, kambing 4.261 ekor, kuda 108 ekor dan ayam 31.103 ekor.
Selanjutnya untuk sub sektor perikanan ada 602 kapal nelayan rusak berat yang menyebabkan sekitar 4.868 ton ikan yang tidak bisa ditangkap.
Lebih lanjut Nyoman Atmaja menjelaskan, bencana ini berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi NTT tahun 2021 secara akumulatif dari awalnya diproyeksikan 3, 97 persen turun jadi 3,68 persen. Untuk triwulan kedua tahun 2021 diproyeksikan turun dari 5,66 persen turun jadi 5,21 persen, triwulan ketiga dari 4,32 persen ke 3,98 persen dan triwulan keempat dari 5,67 persen ke 5,30 persen.
Baca juga: ASDP Feri Kolaka Kembali Dibuka, Calon Penumpang Wajib Rapid Test
"Penurunan pertumbuhan ekonomi ini tanpa intervensi kebijakan. Jika ada intervensi kebijakan di bidang pertanian, ekonomi NTT diperkirakan tumbuh 3,78 persen. Sementara kalau ada intervensi pertanian disertai upaya di sektor konstruksi, diperkirakan pertumbuhan ekonomi NTT bisa mencapai 4,085 persen," jelas I Nyoman.
Dikatakannya lagi, inflasi NTT secara tahunan pada April 2021 mencapai 1,54 persen year on year (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional. Bencana badai siklon seroja diperkirakan meningkatkan tekanan inflasi dua (2) sampai dengan tiga (3) bulan ke depan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, juga mengakibatkan tekanan inflasi di akhir tahun 2021.
Namun inflasi NTT sepanjang tahun 2021 diperkirakan masih terkendali dan berada pada rentang 2,10 sampai dengan 3,10 persen (yoy).
"Karenanya kami merekomendasikan agar pemerintah provinsi menyampaikan surat kepada pemerintah pusat untuk penerbitan Instruksi Presiden tentang Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana terutama kepada Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian PUPR," tambahnya.
Jika melihat beberapa daerah lainnya seperti di Palu, Sulawesi Tengah dan NTB, sebulan setelah bencana, Instruksi Presidennya langsung keluar dan sangat membantu proses rekonstruksi fisik dan ekonomi pasca bencana.
Oleh karena itu, tutur Nyoman, pihaknya juga merekomendasikan perluasan Program TJPS, Food Estate, akselerasi tindak lanjut Pinjaman PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) PT SMI 2021, perluasan penggunaan brigade alsintan dan percepatan vaksinasi untuk dorong mobilitas.
"Kami juga mengimbau agar Pemprov surati Dewan Komisioner OJK untuk meminta relaksasi kredit bagi debitur terdampak bencana di NTT," pungkasnya. (B)
Reporter: Berto Davids
Editor: Haerani Hambali