Rp 1,170 Miliar Refocusing Anggaran COVID-19 Digunakan untuk Proyek Pembangunan di BPSDM Sultra
Siswanto Azis, telisik indonesia
Kamis, 11 Juni 2020
0 dilihat
Proyek di Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sultra. Foto: Siswanto Azis/Telisik
" Kita bisa lihat, saat ini banyaknya pasien kabur, pasien lari, kalau dia lari masuk ke daerah perkampungan dan singgah beli minum kopi di warung situ dan warga tidak tau jika dia sedang menjalani karantina, bisa menular. Makanya kita pagar, ini untuk kenyamanan supaya mereka tidak berkeliaran. "
KENDARI, TELISIK.ID - Sejumlah proyek yang menggunakan anggaran milliaran rupiah, baik pembangunan gedung baru maupun rehabilitasi yang berlabelkan anggaran refocusing COVID-19 nampak terlihat di beberapa instansi lingkup Pemprov Sultra.
Salah satunya yang terletak Gedung Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Sulawesi Tenggara, yakni pembangunan guest house, pembangunan gedung, pekerjaan pagar, rehab mushola, rehab asrama C dan rehab media center serta pemasangan paving blok.
Dalam papan proyek yang dipasang di lokasi pembangunan peoyek tersebut tertuliskan sumberdana dari refocusing COVID-19. Tiga bangunan fisik tersebut senilai Rp 866 juta, yang dikerjakan oleh CV. Bintang Griyatama yang dimulai sejak 13 Mei hingga 13 Juni 2020.
Dari pantauan Telisik.id di lokasi tersebut, nampak sejumlah pekerja masih berkutat menyelesaikan bangunan tiga item proyek tersebut. Salah satunya pembangunan pagar, tampak pekerja tengah mengecor bagian atas pagar. Temboknya telah dilumuri material campuran semen.
Melalui sambungan telepon, Kepala BPSDM Nur Endang Abbas kepada Telisik.id menerangkan, renovasi pagar itu untuk mengantisipasi keamanan baik para pegawai maupun para warga yang bermukim di sekitar gedung yang dulunya disebut Badan Diklat Kecamatan Puuwatu. Tepatnya untuk mengantisipasi jika nantinya ada pasien kabur dari ruang isolasi.
Untuk itu, Kepala BPSDM menjelaskan, asrama yang tengah direnovasi bakal menampung 168 pasien suspect COVID-19 dengan kriteria orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) setelah proyek ini rampung.
Baca juga: Wabup Sebut Persoalan di Pasar Laino Sensitif
“Kita bisa lihat, saat ini banyaknya pasien kabur, pasien lari, kalau dia lari masuk ke daerah perkampungan dan singgah beli minum kopi di warung situ dan warga tidak tau jika dia sedang menjalani karantina, bisa menular. Makanya kita pagar, ini untuk kenyamanan supaya mereka tidak berkeliaran,” jelas Endang, Kamis (10/6/2020).
Selain pembangunan pagar, di lokasi tersebut juga tengah berlangsung pembangunan gedung rumah singgah atau guest house. Dalam papan proyek tersebut jelas terlihat sumber anggarannya dari refocusing anggaran COVID-19 senilai Rp 550 juta.
Jika dilihat dari proses pekerjaannya, proyek-proyek tersebut telah rampung sekitar 60 persen, saat ini para pekerja tengah memasang rangka atap sedangkan di bagian dinding telah diplester.
Sesuai penyampaian Kadis BPSDM Nur Endang Abbas, gedung tersebut akan diperuntukkan sebagai ruang isolasi para dokter yang menangani pasien COVID-19 dan tenaga medis.
Dalam pembangunannya, gedung ini menggunakan anggaran dari dana refocusing COVID-19 sebesar Rp 250 juta. Kedua proyek itu ditarget selesai pada 11 Juli 2020.
Menurut Kepala BPSDM, demi kenyamanan para petugas medis dan pasien COVID-19, di antara gedung tersebut dipasangkan paving blok yang menghubungkan antara gedung tersebut yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 314 juta.
Baca juga: UMY Siapkan Skenario Kedatangan Mahasiswa
Kepala BPSDM, Endang, memaparkan, pembangunan enam item proyek tersebut tertuang dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) refocusing COVID-19 dengan nomenklatur pengembangan ruang isolasi pasien COVID-19.
"Untuk pembangunan maupun rehab 6 item proyek tersebut kami menganggarkan sebesar Rp 6,5 miliar. Jumlah itu dibagi Rp 3,8 miliar untuk pengerjaan fisik dan sisanya untuk membiayai operasional atau honorarium pegawai serta biaya sarana dan prasarana lain," jelasnya.
Alokasi anggaran tersebut, menurut Endang, masuk sebagai belanja modal. Bukan belanja program dan belanja tidak terduga (BTT) sebagaimana data yang dirilis Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Sultra, Jumat (5/6/2020).
Data tersebut menyebutkan, jika BPSDM mengelola anggaran Rp 1,170 miliar untuk belanja program dan Rp 5.329.159.000 dialihkan ke BTT.
Untuk menentukan perusahaan yang akan mengerjakan keenam proyek tersebut, BPSDM menggunakan sistem penunjukan langsung, meskipun proyek-proyek tersebut anggarannya di atas Rp 200 juta.
“Ini adalah instruksi Mendagri, atas instruksi presiden. Bahwa semua BPSDM se-Indonesia punya ruang Diklat, harus menjadi ruang karantina. Misalnya di Yogyakarta dan beberapa daerah lain itu sudah digunakan BPSDM-nya sebagai ruang isolasi,” tukas dia.
Reporter: Siswanto Azis
Editor: Haerani Hambali