Ruswanto Restorasi Berbagai Jenis Motor Klasik
Affan Safani Adham, telisik indonesia
Sabtu, 20 Juni 2020
0 dilihat
Motor klasik yang dikerjakan sehari-hari oleh Ruswanto. Foto: Affan/Telisik
" Ada motor yang dibawa kemari dalam keadaan di dalam karung. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Ada yang perlu diketahui tentang sesuatu di Yogyakarta dan sekitarnya sebagai penyandang predikat kota pelajar yang sekaligus menjadi ikon kota ini, di antaranya menyangkut kebutuhan transportasi, terutama sebagai penunjang kelancaran studi.
Bagi kebanyakan mereka yang saban hari berangkat ke sekolah dan kampus menunggangi sepedamotor, barang tentu suatu ketikanya akan selalu berhubungan dengan bengkel.
Yogyakarta beruntung mempunyai bengkel-bengkel motor yang masih mau setia dan telaten merangkai satu demi satu pasien yang bagi sebagian orang tidak lebih dari besi tua.
Motor-motor tua itu, sebagian mereknya sudah punah. Karena tidak ada lagi pabriknya dan tentu saja tak ada lagi onderdilnya.
Semakin lawas tahun pembuatan motor, malah tambah mengasyikkan. Dan ada syarat bagi pemiliknya, yakni sabar menunggu karena pengarahannya sangat hati-hati.
Bila orang akan menuju obyek wisata Tamansari atau pasar Ngasem, berbagai jenis motor klasik buatan Jepang dan Eropa tampak terparkir di bengkel kecil di sudut pertigaan kawasan pasar Ngasem, Keraton, Yogyakarta.
Mulai dari Honda S90 berwarna biru kombinasi perak hingga BSA 51 Salur berwarna merah bata mengkilap.
Motor-motor tua tersebut, merupakan hasil restorasi karya Ruswanto Tri Wibowo yang meneruskan usaha bengkel eyang dan ayahnya.
Melalui tangannya itu, bisa difungsikan seperti baru lagi. Suaranya juga halus.
Ruswanto sebenarnya telah jatuh cinta pada motor klasik sejak kelas lima SD (Sekolah Dasar).
Tidak hanya looknya saja. Tapi pengapian dan mesinnya semuanya dikembalikan seperti fungsinya.
Baca juga: PAN Sudah Beri Surat Tugas Calon di Empat Daerah
Hingga sekarang Ruswanto masih punya kenangan sepeda motor Honda S90.
"Suaranya sangat bagus," imbuhnya.
Menjadi hal menyenangkan bagi Ruswanto untuk merestorasi berbagai motor lawas. Dan, ia tak keberatan menghabiskan waktunya berbulan-bulan lamanya, demi mengembalikan kemolekan motor-motor lawas tersebut.
Setiap jenis motor klasik yang ia garap memerlukan waktu yang berbeda-beda. Untuk sepeda motor buatan Eropa membutuhkan waktu lebih lama dalam merestorasinya.
Kalau motor Jepang biasanya 3-4 bulan. Tapi kalau seperti Matchless buatan Inggris atau buatan Eropa lainnya bisa sampai 6 bulan.
Kebanyakan, motor-motor yang dibawa ke bengkelnya dalam wujud yang tak lengkap.
"Ada motor yang dibawa kemari dalam keadaan di dalam karung," ujar Ruswanto.
Namun itu bukan masalah baginya. Justru itulah sisi asyik dan menantang baginya untuk mengembalikan keadaan motor seperti sedia kala.
Motor Inggris ini, biasanya yang jadi tantangan baginya. Mulai dari pengapiannya sampai mencari spare-partnya.
Berbeda dengan motor Eropa, motor Jepang masih cukup mudah menemukan spare-partnya. Masih banyak yang jual.
"Barang lama tapi baru. Jadi stok lama yang belum laku itu kadang masih ada," ungkap laki-laki berusia 41 tahun ini.
Biasanya, motor-motor klasik yang ia garap itu datang dari berbagai daerah di Indonesia. Dari mana saja. Ada dari Medan sampai Cikarang.
Baca juga: Ketua JaDI Sultra dan MPM UHO Buka Tabir Penolakan 500 TKA China
Menurutnya, motor-motor seperti BSA dan Matchless ini banyak datang dari Medan.
"Di sana wadahnya motor lawas bekas zaman perang dulu," jelas Ruswanto sambil menunjuk kerangka sebuah motor lawas di depan pintu garasinya.
Kalau bisa menyelesaikan motor klasik ini, builder motor klasik ini merasa puas. Apalagi bisa dikendarai lagi.
"Seperti mengembalikan motor-motor ini ke masanya," kata Ruswanto, yang menambahkan penggarapan motor itu seperti merestorasi mesin waktu.
Kecintaan Ruswanto pada motor klasik ini begitu mendalam. Bahkan ia semakin mendalami soal motor klasik. Dan cintanya semakin bertambah.
Terlebih lagi kecintaannya terhadap motor buatan Eropa.
"Semakin didalami semakin terjerumus," kelakarnya.
Rupanya, ada kesan tersendiri bagi Ruswanto terhadap motor-motor tersebut. Ia lebih suka motor yang dibuat Inggris.
"Buatan Jerman juga cakep gitu dan garang," ujar Ruswanto yang mewarisi motor BSA 51 Salur milik ayahnya yang juga pecinta motor klasik.
Beruntung, selain dapat mewarisi motor klasik milik ayahnya, ternyata Ruswanto juga mewarisi keahlian mengutak-atik motor ini dari sang ayah.
Maklum, sejak kecil Ruswanto sudah bantu bapaknya di bengkel ini. Jadi, memang semuanya itu ia pelajari dari bapaknya secara otodidak.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Sumarlin