Sejarah Tolak Israel hingga Kronologi FIFA Coret Indonesia Tuan Rumah

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Jumat, 31 Maret 2023
0 dilihat
Sejarah Tolak Israel hingga Kronologi FIFA Coret Indonesia Tuan Rumah
Penolakan Indonesia untuk tim Israel juga pernah terjadi pada 1962. Presiden Sukarno mengambil keputusan menolak Israel terlibat dalam ajang Asian Games

" Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Gianni Infantino di Sekretariat Presiden. Jokowi ikut bersuara atas keikutsertaam Israel. Foto: Repro Bola net "

JAKARTA, TELISIK.ID - Piala Dunia U-20 2023 harusnya digelar pada 2021 lalu. Namun, karena pandemi COVID-19, salah satu agenda utama FIFA ini diundur dan akan digelar pada 20 Mei hingga 11 Juni nanti. FIFA telah memutuskan mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 pada Rabu (29/3/2023) malam WIB.

Melansir Bola.net, Indonesia harusnya menjadi tuan rumah. Terdapat enam stadion yang sudah disiapkan untuk menggelar pertandingan Piala Dunia U-20 2023. Sebanyak 24 negara dipastikan ambil bagian setelah lolos dari kualifikasi, kecuali Indonesia.

Belakangan, keikutsertaan Israel di Piala Dunia U-20 2023 menjadi isu yang banyak dibahas. Padahal, Israel memastikan satu tempat di Piala Dunia U-20 sejak Juni 2022 lalu.

Israel mampu lolos ke semifinal Euro U-19 untuk menjadi satu dari lima wakil Eropa di Piala Dunia U-20. Bahkan, Israel mampu lolos ke final, sebelum akhirnya kalah dari Inggris dengan skor 3-1.

Ketika itu, tak banyak isu berkembang di Indonesia. Persiapan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 berjalan seperti biasa. FIFA kemudian memastikan Indonesia tetap menjadi tuan rumah, walau ada Tragedi Kanjuruhan.

Pada 11 Maret 2023, empat negara wakil Asia dipastikan lolos ke Piala Dunia U-20 2023 yaitu Irak, Jepang, Uzbekistan, dan Korea Selatan. Mereka melengkapi daftar 24 negara yang lolos ke Piala Dunia U-20 2023.

Baca Juga: FIFA Coret Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Soroti Tragedi Kanjuruhan hingga Sanksi PSSI

Tiga hari kemudian, Gubernur Bali, I Wayan Koster, mengirim surat kepada Menpora soal penolakan Israel bermain di Bali. Dari situ, situasi makin panas. Gelombang penolakan terjadi di beberapa tempat. Bahkan, sempat ada aksi turun ke jalan terkait isu Israel.

Setelah Wayan Koster, giliran Ganjar Pranowo yang membuat pernyataan penolakan kehadiran Israel di Piala Dunia U-20 2023. Gubernur Jawa Tengah itu membuat pernyataan pada Kamis, 23 Maret 2023.

"Dalam konteks (Piala Dunia) U-20 kami mendorong upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh pemerintah. Dalam hal ini menerobos agar U-20 tetap sukses tapi tidak menghadirkan Israel," tegas Ganjar.

Pada 26 Maret 2023, PSSI memastikan bahwa drawing fase Piala Dunia U-20 dibatalkan. Rencananya, drawing akan digelar pada 31 Maret 2023 di Bali. Meskipun drawing resmi dibatalkan, FIFA tetap melanjutkan agenda lain mereka di Indonesia.

Sejak 20 Maret 2023, ada 18 perwakilan FIFA yang berada di Indonesia untuk melakukan inspeksi terhadap venue pertandingan. Pada 28 Oktober 2023, Presiden Joko Widodo memberikan keterangan resmi soal situasi seputar Piala Dunia U-20. Joko Widodo memastikan bahwa Israel tetap bisa ambil bagian pada Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia.

Pada Rabu (29/3/2023) malam WIB, usai pertemuan antara Erick Thohir dan Gianni Infantino, FIFA membuat pernyataan resmi soal Piala Dunia U-20 2023. FIFA mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah. Namun, penolakan atas kedatangan Israel di Indonesia pernah terjadi.

Dikutip dari Tempo.co, penolakan Indonesia untuk tim Israel juga pernah terjadi pada 1962, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Asian Games IV. Presiden Sukarno mengambil keputusan menolak Israel terlibat dalam ajang se-Asia itu. Akibat keputusan tersebut, status keanggotaan Indonesia di Komite Olimpiade Internasional atau IOC ditangguhkan.

Meski baru merintis, di usia 17 tahun kemerdekaannya, Indonesia telah berani menjadi tuan rumah Asian Games. Bahkan, untuk menggelar ajang olahraga paling bergengsi se-Asia itu, Indonesia menyiapkan kompleks olahraga Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta. Hampir semua negara di Asia diundang, kecuali Israel dan Taiwan.

Sebelum gelaran Asian Games IV, pada kualifikasi Piala Dunia 1958 Indonesia juga menolak keterlibatan Israel. Indonesia kukuh menolak karena kebijakan pro-Arab sebagai bagian dari perlawanan terhadap kolonialisme Israel terhadap Palestina. Alasan yang sama digunakan Sukarno menolak Israel dalam gelaran Asian Games IV.

Asian Games IV pada 1962 sukses digelar di Jakarta. Namun, penolakan Indonesia terhadap Israel dan Taiwan berbuntut panjang. Salah satu pendiri Asian Games sekaligus wakil presiden Federasi Asian Games atau AFG dan anggota IOC, Guru Dutt Sondhi, tak mengakui penyelenggaraan Asian Games di Jakarta. Dia menganggap Indonesia merusak pesta olahraga itu dengan politik.

Pernyataan Sondhi mendapat tanggapan keras masyarakat Indonesia. Pria India tersebut lantas diusir dari Indonesia. Tak hanya itu, massa aksi juga mengobrak-abrik kantor kedutaan India di Jakarta. Kejadian itu dikenal sebagai ‘Peristiwa Sondhi’.

Baca Juga: Lobi Erick Thohir Tak Mempan, Baru Jabat Ketua PSSI Sudah Terancam Disanksi FIFA

Kontroversi Asian Games IV dibahas dalam rapat IOC di Lausanne, Swiss, pada 7 Februari 1963. Hasilnya, keanggotaan Indonesia di IOC ditangguhkan dan dilarang tampil di Olimpiade 1964.

Sanksi ini dapat disebut luar biasa. Itu adalah kali pertama dalam sejarah, IOC menangguhkan salah satu negara anggotanya. Indonesia dianggap melanggar aturan IOC. Pasalnya, Indonesia memasukkan politik ke dalam olahraga selama Asian Games 1962. Hukuman bisa dicabut dengan syarat Indonesia berjanji tak mengulangi kesalahan serupa di masa depan.

Alih-alih minta maaf, pemerintah Indonesia justru berang dengan sanksi IOC. Presiden Sukarno balik menuding IOC main politik karena melarang Republik Rakyat China atau RRC masuk sebagai anggota. Sukarno kemudian menarik Indonesia dari keanggotaan IOC. Presiden Pertama RI ini kemudian mencanangkan Olimpiade tandingan bernama Ganefo yang diikuti negara-negara kekuatan berkembang.

Ganefo sukses digelar di Jakarta pada 10 hingga 22 November 1963. Turnamen tandingan Olimpiade itu diikuti 2.700 atlet dari 51 negara, termasuk Palestina, dengan RRC keluar sebagai pemenang. Ganefo kedua digelar di Phnom Penh, Kamboja pada 1967 dan diikuti 17 negara Asia. Sayangnya pesta olahraga negara-negara berkembang ini kolaps pada 1970 dan hanya tinggal sejarah. Indonesia kembali bergabung menjadi anggota IOC setelah Presiden Sukarno lengser. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Haerani Hambali 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga