Setelah Jadi Mualaf, Penghasilan Sedikit Terasa Nikmat jika Disyukuri

Wa Ode Sunaimi Rahman, telisik indonesia
Selasa, 13 September 2022
0 dilihat
Setelah Jadi Mualaf, Penghasilan Sedikit Terasa Nikmat jika Disyukuri
Pria ini selalu mensyukuri berapapun hasil yang ia dapatkan dari pekerjaannya. Foto: Wa Ode Sunaimi Rahman/Telisik

" Pada tahun 2000, ia mulai penasaran dengan perjalanan hidupnya. Bram yang kebanyakan temannya beragama Islam, mulai tertarik mempelajari Islam "

KENDARI, TELISIK.ID – Pria asal Ambon ini memutuskan menjadi mualaf pada tahun 2000 lalu. Bram kemudian mengganti namanya menjadi Muhammad Bram usai masuk Islam.

Pria berusia 48 tahun ini berasal dari Kota Ambon. Ia sebelumnya bekerja di PT Freeport bersama sang  paman. Dalam pekerjaannya, ia memegang SIM B dan mampu menjalankan alat berat ekskavator dengan penghasilan Rp 17 juta per bulan.

Selama bekerja dengan penghasilan yang tergolong lumayan, Bram hanya menghabiskannya untuk bersenang-senang (hura-hura) tanpa tujuan. Sampai akhirnya pamannya meninggal dunia, ia kemudian merantau ke Makassar. Di Makassar ia bekerjaa sebagai sopir truk sampah dengan penghasilan yang jauh dibanding sebelumnya.

Sebagai pendatang, ia berusaha menyesuaikan diri, beradaptasi dengan orang-orang baru, juga teman baru.

Baca Juga: Ini Doa Pembuka Aura Kecantikan dari Al-Qur'an

Disinilah awal kisahnya ia menjadi mualaf. Pada tahun 2000, ia mulai penasaran dengan perjalanan hidupnya. Bram yang kebanyakan temannya beragama Islam, mulai tertarik mempelajari Islam.

Dengan beban hidup yang dihadapinya, ia terus mempelajari Islam dan mulai merasakan ketenangan dan kedamaian.

Bram juga mengaku sangat merasakan perbedaan ketika memiliki penghasilan banyak namun tidak pernah merasakan kenikmatan. Dan justru ketika penghasilannya sedikit, ia begitu merasakan nikmat yang luar biasa.

“Sekarang saya sangat mensyukuri berapapun uang yang saya dapatkan dari pekerjaan ini,”ucapnya.

Sejak mendapatkan hidayah dan memutuskan menjadi mualaf pada tahun 2000, ia begitu mensyukuri setiap nikmat yang Allah berikan.

Baca Juga: Jangan Lupa Memeluk dan Mencium Anak Setiap Hari, Ini Keutamaannya

Ia mulai menabung dari hasil pekerjaannya sampai akhirnya menikah dengan seorang muslimah. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan. Sayangnya, pernikahan itu hanya bertahan 8 tahun, sampai akhirnya mereka berpisah.

Rumah tangganya hancur, tetapi dia tetap bersyukur karena bisa mengontrol dirinya dengan bimbingan Islam ini. Dari ujian yang menimpanya, menjadikan ia semakin memperdalam Islam, makin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Setelah perpisahannya dengan sang istri, ia akhirnya meninggalkan Makassar lalu merantau ke Raha. Di sana ia bekerja sebagai sopir mobil muatan ikan Ereke-Raha. Setelah beberapa lama di Raha, ia berhenti jadi sopir kemudian ke Kendari untuk mencari pekerjaan baru dan akhirnya bekerja di pencucian motor dan mobil yang beralamat di poros By Pass Kendari Barat. (A)

Penulis: Wa Ode Sunaimi Rahman

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga