Siasati Pandemi COVID-19, Berinovasi dari Bahan Kayu

Affan Safani Adham, telisik indonesia
Kamis, 16 Juli 2020
0 dilihat
Siasati Pandemi COVID-19, Berinovasi dari Bahan Kayu
Dody berinovasi mengubah kayu menjadi bahan bermanfaat yang bernilai tinggi. Foto: Ist.

" Awalnya saya cuma iseng saja. "

YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Menjaga kreativitas di dunia yang semakin canggih seperti sekarang ini -- salah satunya dalam bidang bisnis dan usaha -- memang sangat diperlukan. Agar bisa menghasilkan sesuatu yang menarik minat orang.

Adanya tingkat persaingan yang semakin tinggi, orang tentunya harus memikirkan apa saja yang bisa mereka jual dan menghasilkan untung besar.

Tapi, dampak pandemi COVID-19 sangat dirasakan para pelaku usaha, tak terkecuali dialami Dody Andri (28), yang omzet tas kayu Ruaya terjun bebas. Omsetnya merotot tajam.

Selama memproduksi tas premium dari kayu mindi yang diperolehnya dari Bantul, DIY, omsetnya mencapai Rp 35-40 juta per bulan dengan harga berkisar Rp 750 ribu sampai Rp 1 juta. Penjualannya sampai ke luar kota dan luar negeri. Tapi setelah adanya pandemi COVID-19, produksinya menurun.

Adanya pandemi COVID-19 membuat Dody serba sulit. Sejumlah perajin yang membantunya di workshop Dusun Dadapong, Sendangsari, Pajangan, Bantul, dirumahkan. Selain itu, orang lebih memilih sesuatu yang lebih pokok dibanding kebutuhan sekunder.

Tapi ia bersyukur produk berupa box souvernir dan interior rumah tangga justru laku di pasaran dan banyak permintaan.

Dody bersyukur masih bisa bisnis menggunakan bahan dasar kayu. Jika kayu biasanya dijadikan furniture biasa, Dody mengubahnya menjadi fashion mewah yang disukai masyarakat. Ia menyulap kayu itu jadi tas fashion yang unik sejak awal 2004, jam tangan hingga lainnya.

Bersama temannya, ia mulai mempelajari bidang baru yang sebelumnya tidak pernah ia tekuni: jam tangan dari kayu. "Awalnya saya cuma iseng saja," katanya.

Baca juga: Polemik Penyaluran BST Tahap II di Wakatobi, Ini Penjelasan Dinsos

Hal itu tidak berjalan lama. Ia lantas membuat olahan kayu menjadi speaker yang unik: speaker pasif dari kayu.

Lagi-lagi usaha itu tidak bertahan lama. Ia lantas membuat tas dari kayu. "Supaya banyak diminati kaum perempuan," tandasnya.

Katanya, kadang suatu produk itu ada masa jenuhnya. Kadang bisa terjual habis, kadang tidak ada yang terjual. "Makanya saya selalu memutar haluan," kata alumni teknik sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Kini produknya ada notebook dari kayu, speaker, tempat kartu, headset, jam, tas jinjing hingga tas punggung dan sebagainya. Kalau ada konsumen yang memesan souvernir juga akan dikerjakannya. "Saya juga melayani pemesanan online," tandasnya.

Menyulap kayu jadi barang unik, memang tidak mudah. Harganya pun seimbang dengan proses produksi yang terbilang tidak mudah: bervariasi, tergantung dari jenis barang yang diinginkan. Harga tas berkisar antara Rp 750 ribu hingga Rp 1,2 juta. Barang lainnya dengan harga Rp 70 ribu sampai Rp 300 ribu.

Beberapa kali Dody mengikuti pameran di luar negeri: Prancis, Filipina, Rusia, Korea dan China. Kali pertama ke luar negeri tahun 2017 di Prancis.

Reporter: Affan Safani Adham

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga