Sosialisasi BPJS di Desa Bondoalo Konawe Selatan, STIKES Pelita Ibu Targetkan Literasi Kesehatan Masyarakat Meningkat

Ana Pratiwi, telisik indonesia
Selasa, 22 Juli 2025
0 dilihat
Sosialisasi BPJS di Desa Bondoalo Konawe Selatan, STIKES Pelita Ibu Targetkan Literasi Kesehatan Masyarakat Meningkat
Dosen dan mahasiswa STIKES Pelita Ibu Kendari saat sosialisasi BPJS Kesehatan di Desa Bondoalo, Konawe Selatan, Jumat (19/7/2025). Foto: Ist.

" Minimnya pemahaman masyarakat pedesaan terhadap mekanisme layanan BPJS Kesehatan menjadi perhatian serius bagi Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit STIKES Pelita Ibu Kendari "

KONAWE SELATAN, TELISIK.ID – Minimnya pemahaman masyarakat pedesaan terhadap mekanisme layanan BPJS Kesehatan menjadi perhatian serius bagi Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit STIKES Pelita Ibu Kendari.

Hal ini kemudian mendorong pihak kampus melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi alur pelayanan BPJS di Desa Bondoalo, Kecamatan Bondoalo, Kabupaten Konawe Selatan.

Ketua Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit STIKES Pelita Ibu Kendari, Marheni Fadillah Harun, menjelaskan bahwa Desa Bondoalo dipilih sebagai lokasi kegiatan berdasarkan pengamatan awal dan wawancara dengan warga serta perangkat desa.

Hasilnya, banyak masyarakat yang belum memahami hak dan prosedur penggunaan BPJS Kesehatan secara tepat, mulai dari pendaftaran, alur berobat, hingga jenis layanan yang ditanggung.

Baca Juga: Jualan Pisang Nuget Beragam Toping, Raup Keuntungan Puluhan Juta Rupiah

"Masih banyak yang belum tahu kalau bisa berobat gratis jika sudah jadi peserta aktif. Bahkan ada yang tidak paham soal rujukan atau masa berlaku kartu BPJS," ujar Marheni kepada telisik.id, Jumat (19/7/2025).

Kegiatan ini telah dirancang sejak dua bulan sebelumnya dengan melibatkan dosen, mahasiswa, serta mitra lokal, termasuk pihak desa dan puskesmas.

Tujuan utama program ini adalah meningkatkan literasi masyarakat terkait pelayanan BPJS agar warga tidak lagi ragu dalam mengakses layanan kesehatan dasar.

Dalam pelaksanaannya, tim menggunakan metode interaktif seperti presentasi visual, diskusi terbuka, dan sesi tanya jawab.

Materi juga disesuaikan dengan konteks lokal, menggunakan bahasa sederhana serta ilustrasi yang mudah dipahami oleh semua kalangan, termasuk lansia dan masyarakat dengan tingkat pendidikan dasar.

"Respons masyarakat sangat baik. Banyak yang antusias bertanya dan menceritakan pengalaman pribadi. Misalnya ada yang pernah ditolak berobat karena belum tahu prosedur penggunaan BPJS. Ini jadi diskusi yang membangun," tambah Marheni.

Beberapa kesalahpahaman yang ditemukan antara lain anggapan bahwa semua pengobatan pasti gratis tanpa syarat, serta ketidaktahuan tentang pentingnya membayar iuran tepat waktu agar kartu tetap aktif.

Meski dihadapkan pada tantangan beragam tingkat pemahaman warga, tim sosialisasi mengatasinya dengan menggunakan studi kasus konkret dan pendekatan komunikatif yang lebih membumi.

Dari sisi dampak, kegiatan ini diharapkan dapat memicu perubahan perilaku, seperti kebiasaan mengecek status kepesertaan BPJS, memahami jalur rujukan dari faskes pertama, dan keaktifan dalam mengurus administrasi kesehatan.

STIKES Pelita Ibu juga berencana menindaklanjuti kegiatan ini melalui komunikasi berkelanjutan dengan pemerintah desa dan kader kesehatan. Sebuah grup WhatsApp telah dibentuk sebagai wadah konsultasi pasca kegiatan.

Baca Juga: 17 Tahun Berdinas di Polda Sulawesi Tenggara, Segini Laporan Harta Kombes Pol Dodi Ruyatman

Selain itu, tim tengah menyiapkan modul edukasi, infografis, dan video pendek yang dapat dibagikan melalui gawai maupun media sosial desa.

“Kami berharap kegiatan ini bisa direplikasi ke desa-desa lain yang masih minim informasi tentang BPJS. Tujuannya supaya masyarakat desa bisa mendapatkan hak pelayanan kesehatan secara layak,” jelas Marheni.

Sebagai refleksi, Marheni menilai pentingnya literasi BPJS bagi masyarakat desa, sebab tanpa pemahaman yang benar, program sebesar BPJS pun tidak akan optimal manfaatnya.

“Berinteraksi langsung dengan masyarakat membuat kami sadar bahwa teori saja tidak cukup. Mahasiswa harus dilatih untuk adaptif dan peka. Di sinilah perguruan tinggi harus hadir, menjadi jembatan antara sistem kesehatan dan masyarakat,” pungkasnya. (C-Adv)

Penulis: Ana Pratiwi

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga