Stop Politisasi Penanganan Pasien COVID-19 di RS Raha
Sunaryo, telisik indonesia
Rabu, 10 Juni 2020
0 dilihat
Jubir Satgas COVID-19 Muna, dr La Ode Ahmad Wahid Agigi bersama Bupati, LM Rusman Emba. Foto: Sunaryo/Telisik
" Harusnya Satgas Mubar berterima kasih pada kami yang sudah merawat pasien mereka hingga sembuh. Ini yang terjadi malah mempolitisasi. "
MUNA, TELISIK.ID - Tim Satgas COVID-19 Muna Barat (Mubar) terkesan selalu mempolitisasi persoalan penanganan pasien yang menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Raha.
Terlebih, Jubir Satgas COVID-19 Mubar, Rahman Saleh yang selalu ngoceh di media daring. Padahal sesungguhnya, saat dua pasien asal Mubar yang dirawat, mereka tak punya kontribusi. Begitu pasien dinyatakan sembuh, mereka seolah menjadi pahlawan yang berhasil melakukan perawatan.
Jubir Satgas COVID-19 Muna, dr La Ode Ahmad Wahid Agigi pun kehilangan kesabaran dan angkat bicara. Sebagai Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), Wahid mengingatkan Satgas Mubar untuk tidak selalu mempolitisasi persoalan penanganan pasien. Sebab, mereka sangat tergantung di Muna.
"Harusnya Satgas Mubar berterima kasih pada kami yang sudah merawat pasien mereka hingga sembuh. Ini yang terjadi malah mempolitisasi," kata Wahid.
Baca juga: Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Baru Percepatan Penanganan COVID-19
Selama ini, Satgas Muna sudah cukup diam melihat tingkah Jubir Satgas Mubar, Rahman Saleh yang selalu membawa-bawa nama Bupati Muna, LM Rusman Emba. Ia sudah berulangkali menghubungi Rahman Saleh. Namun, jawabannya selalu lain. Ia menduga, pernyataan-pernyataan yang dibuat Rahman Saleh merupakan perintah atasannya. Sehingga, mau tidak mau, dia (Rahman Saleh) mengikutinya.
"Dia (Rahman Saleh) takut kehilangan jabatannya itu. Karena setiap saya hubungi, bicaranya selalu lain," ungkapnya.
Dokter Ahli Dalam itu menegaskan, penanganan COVID-19 jangan dikaitkan dengan urusan politik. Sebab, ini masalah kemanusiaan yang butuh kerja sama dan koordinasi yang baik dalam rangka memutus rantai penularannya.
"Kami tenaga medis tetap profesional dan tidak pernah mengaitkan dengan urusan politik sebab ini misi kemanusiaan," ungkapnya.
Baca juga: Keluarga Jemput Paksa PDP COVID-19 di RSUD Baubau
Selama ini, Wahid sebagai Ketua IDI Muna-Mubar sekaligus DPJP terus membantu para dokter di Mubar terkait penanganan pasien COVID-19. Hal itu dikarenakan, Mubar kekurangan SDM, khususnya tidak adanya dokter ahil penyakit dalam.
"Boleh tanya dr Syahrir, Direktur RS Mubar, saya terus membantu mereka saat konsultasi," ujarnya.
Prinsipnya, Tim Satgas Muna sudah sangat profesional dalam menangani COVID-19. Bahkan, telah diapresiasi oleh Tim Satgas Sultra. Bahkan, ada pula DPRD daerah lain melakukan kunjungan kerja di RS Raha dalam rangka belajar strategi dalam menemukan COVID-19 positif yang begitu baik hingga cara meningkatkan jumlah pasien yang sembuh.
"Kami sudah teruji. Beda dengan RS Mubar, tidak merawat pasien, tetapi begitu sembuh mereka promosi keberhasilan luar biasa, sampai-sampai surat keterangan sembuh pasien yang kami rawat diposting di media sosial. Maaf ini saya bisa katakan politisasi untuk mencapai tujuan tertentu meskipun melanggar kode etik kedokteran," sentilnya.
Reporter: Sunaryo
Editor: Haerani Hambali