Suami Istri Warga Kendari Saban Hari Berjalan Mencari Barang Rongsokan demi Kebutuhan Hidup Keluarga
R. Anugrah, telisik indonesia
Jumat, 18 Juli 2025
0 dilihat
Arifuddin bersama istri saat merapikan kardus yang didapatkannya di sekitar Jalan AH Nasution, Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kota Kendari, Jumat (18/7/2025) malam. Foto: R. Anugrah/Telisik
" Di bawah temaram lampu jalan di poros AH Nasution, Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kota Kendari tampak sepasang suami istri mendorong gerobak kayu tua yang sarat dengan kardus dan barang-barang rongsokan, Jumat (18/7/2025) sekitar pukul 22.55 Wita "

KENDARI, TELISIK.ID - Di bawah temaram lampu jalan di poros AH Nasution, Kelurahan Kambu, Kecamatan Kambu, Kota Kendari tampak sepasang suami istri mendorong gerobak kayu tua yang sarat dengan kardus dan barang-barang rongsokan, Jumat (18/7/2025) sekitar pukul 22.55 Wita.
Malam semakin larut, namun langkah mereka tak surut. Arifuddin (63) dan istrinya, warga Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia, Kota Kendari, tiap malam menyusuri jalan demi memenuhi kebutuhan hidup dari limbah yang ditinggalkan orang lain.
“Kalau dari rumah dekat SMA 2, jalan kaki dorong gerobak sampai lampu merah Pasar Baru. Pulangnya lewat jalur lain cari-cari lagi. Kadang di tempat sampah,” tutur Arifuddin, sambil duduk beristrahat di trotoar jalan.
Baca Juga: Nenek Nur Hidayat Si Penjual Sapu Keliling, Kadang hanya Dapat Rp 10 Ribu Sehari
Mereka berangkat selepas maghrib, sekitar pukul 18.00 Wita, dan baru tiba kembali di rumah menjelang pukul 01.00 dini hari. Barang-barang rongsokan yang terkumpul, seperti kardus, plastik, dan logam bekas, mereka simpan dan timbang satu bulan sekali.
Sekali waktu, jika rezeki berpihak, Arifuddin bisa mengumpulkan hingga satu atau dua ton kardus, dengan harga Rp 1.500 per kilogram. Ia pun bisa memperoleh Rp 1.500.000 sampai Rp 3.000.000 sebulan. Tapi itu belum sepenuhnya menjadi miliknya.
“Uangnya dibagi-bagi lagi. Kita ini kan menampung dulu, baru usaha. Makan juga dari utang. Nanti sudah dijual baru dibayar. Beras, ikan, semua diutang dulu,” tuturnya.
Arifuddin tinggal bersama istri dan delapan dari sepuluh anaknya. Dua lainnya telah berkeluarga. Ia mengaku sudah lima tahun menekuni pekerjaan sebagai pemulung.
Sebelumnya, ia menarik becak, namun becaknya kini hanya tinggal kenangan, rusak dan tak bisa diperbaiki lagi.
“Kadang tiap hari turun, kadang istirahat juga kalau capek,” katanya, sambil mengusap keringat.
Bantuan pemerintah sempat datang, seperti BLT dan PKH, tapi tidak rutin. Keterbatasan informasi membuat mereka sering ketinggalan, apalagi Arifuddin tidak memiliki telepon genggam. Jika hujan turun, mereka tetap berjalan.
Baca Juga: Korek Barang Bekas ke Tumpukan Sampah, Ibu Rumah Tangga di Kendari Cuan Jutaan Tiap Bulan
“Kalau tidak jalan, utang tambah banyak. Basah ya dijemur,” ujarnya lirih.
Tak ada pilihan lain, selain terus berjalan. Gerobak tua milik Arifuddin bukan hanya alat angkut barang rongsokan, melainkan tumpuan hidup baginya.
Di balik tumpukan kardus dan plastik, terselip ketabahan, cinta, dan pengorbanan Arifuddin bersama istri yang tidak pernah berhenti berjuang untuk keluarganya. (C)
Penulis: R. Anugrah
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS