Turut Anjuran Pemerintah, Mahasiswa Sultra di Yogyakarta Memilih tidak Pulang Kampung
Affan Safani Adham, telisik indonesia
Senin, 08 Juni 2020
0 dilihat
Salah satu mahasiswa dari Sultra yang memilih tidak pulang kampung. Foto Affan Safani Adham/Telisik
" Karena ada larangan mudik selama masa pandemi COVID-19. "
YOGYAKARTA, TELISIK.ID - Gara-gara pandemi COVID-19, banyak perantau dan mahasiswa dari Sultra di Kota Yogyakarta yang terpaksa bertahan karena tak bisa pulang kampung.
Kesulitan yang dialami mahasiswa Sultra ini pun mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Awaluddin Muh Ali, mahasiswa Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta asal Bombana bersama puluhan mahasiswa dan mahasiswi Sultra di Yogyakarta tidak bisa pulang kampung lantaran tertahan di asrama, kontrakan atau kos.
"Karena ada larangan mudik selama masa pandemi COVID-19," kata Awaluddin, Senin (8/6/2020).
Kepada Telisik.id, para mahasiswa asal Sultra itu juga mengaku tidak semua mahasiswa bisa pulang ke kampung halaman dan mengikuti kegiatan perkuliahan dari rumah.
Pelaksanaan pembelajaran melalui sistem daring yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sebenarnya membuka peluang mahasiswa untuk belajar dari mana pun dan salah satunya dari rumah.
Baca juga: Ujaran Kebencian Gunakan Akun Palsu, Coreng TNI AD
Karenanya, seharusnya pembelajaran daring hingga batas waktu yang belum ditentukan bisa menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk pulang ke kampung halaman dalam waktu yang cukup panjang.
Tapi, mahasiswa di Yogyakarta lebih mengikuti anjuran pemerintah pusat yang menerapkan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB).
Selain itu juga menaati imbauan Pemerintah Sultra yang meminta mahasiswa untuk tidak pulang kampung demi memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Meski mengalami kesulitan karena keterbatasan keuangan. "Karena pengiriman dari orang tua telat disebabkan melambatnya perekonomian di daerah," ungkap Ali mahasiswa Sultra di Yogyakarta.
Kata Ali, banyak mahasiswa Sultra di Yogyakarta yang sudah kesulitan bekal hidup. Pasalnya, kiriman uang dari orangtuanya juga berkurang karena pergerakan perekonomian yang melambat. "Itu pula yang membuat orang tua di kampung juga kesulitan untuk mengirimkan uang bulanan ke Yogyakarta," ungkapnya.
Bahkan, untuk mencukupi kebutuhan pokok di rumah saja mungkin sulit. Karenanya mahasiswa Sultra di Yogyakarta berharap ada perhatian untuk mahasiswa yang berada di asrama atau kos.
Lebih lagi, kata dia, mahasiswa yang ada di perantauan sangat mungkin sedang mengalami kondisi tersebut.
Baca juga: Pasien Sembuh COVID-19 di Sultra Bertambah 10 Orang, Postif Bertambah Dua
Pandemi COVID-19 ini sedikit banyak sudah mempengaruhi sisi emosional mahasiswa. Di sisi lain, tidak sedikit mahasiswa yang kesulitan menjaga asupan makanan secara baik karena minimnya jaringan sosial yang membantu mereka.
Mahasiswa-mahasiswi Sultra yang bertahan di Yogyakarta selama masa pandemi COVID-19 dan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari tidak punya niat pulang kampung.
Meskipun keadaan tak kunjung membaik, Awaluddin mengimbau mahasiswa-mahasiswi dari Sultra untuk tidak pulang kampung sementara waktu demi mencegah penyebaran COVID-19 di daerah asalnya.
"Kami mengusahakan yang terbaik sehingga orang tua di kampung halaman dapat merasa tenang dengan kondisi putra dan putrinya selama menempuh studi di Yogyakarta," kata Awaluddin Muh Ali.
Oleh karena itu, sebagian besar mahasiswa Sultra di Yogyakarta memilih untuk menuruti anjuran pemerintah dan tetap tinggal di Yogyakarta.
Reporter: Affan Safani Adham
Editor: Haerani Hambali