Wow, Indonesia Ternyata Bisa Ditumbuhi Tanaman Penghasil Emas

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Selasa, 30 November 2021
0 dilihat
Wow, Indonesia Ternyata Bisa Ditumbuhi Tanaman Penghasil Emas
Ilustrasi emas. Foto: Repro kompas.com

" Berada di iklim tropis, Indonesia merupakan negara yang ditumbuhi berbagai jenis pohon dan tanaman "

BOGOR, TELISIK.ID -Berada di iklim tropis, Indonesia merupakan negara yang ditumbuhi berbagai jenis pohon dan tanaman.

Ternyata, dari beraneka ragam tanaman yang dapat dijumpai di Tanah Air ini, Indonesia memiliki tanaman yang dapat menghasilkan emas.

Mengutip dari kompas.tv, keberadaan pohon emas ini disampaikan oleh Prof Dr Ir Hamim M.Si dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University dalam paparannya di Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap IPB University.

Hamim mengungkapkan, terdapat sejumlah tanaman yang mengekstrak emas dengan menyerap logam berat di antaranya juga logam mulia.

Menurut penjelasannya, logam berat merupakan komponen yang tidak mudah terdegradasi dan keberadaannya di tanah bisa mencapai ratusan tahun. 

Sementara itu, kata dia, tumbuhan ini memiliki mekanisme fisiologis yang memungkinkan untuk dapat menyerap logam berat dari lingkungannya.

Baca Juga: UHO Jalin Kerja Sama Pelatihan dengan BLK Kendari

Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai agen pembersih lingkungan. Adapun proses pembersihan komponen berbahaya untuk dikonsumsi dengan tanaman ini dikenal sebagai fitoremediasi. 

Hamim mengatakan, beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyerap logam berat dalam jumlah besar di dalam jaringannya, disebut tumbuhan hiperakumulator.

"Selain bisa dimanfaatkan dalam fitoremediasi, tumbuhan ini juga bisa digunakan untuk menambang logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti nikel, perak, emas, platinum dan talium atau suatu kegiatan yang dikenal sebagai fitomining,” kata Hamim melansir dari laman resmi IPB University, Minggu (28/11/2021). 

Untuk diketahui, tumbuhan hiperakumulator biasanya banyak ditemukan di wilayah dengan kandungan logam tinggi misalnya tanah serpentine dan ultramafic.

Dikutip dari harianhaluan.com, Indonesia termasuk negara dengan lahan ultramafic terbesar di dunia yang meliputi wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku hingga ke Papua.

“Namun potensi tumbuhan hiperakumulator di daerah ini belum tergali secara optimal, sehingga perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak sehingga potensinya bisa digali dan dimanfaatkan untuk tujuan fitoremediasi dan fitomining,” jelasnya.

Menurutnya, selain tumbuhan hiperakumulator yang hidup di wilayah ultramafic, beberapa jenis tumbuhan penghasil minyak non-pangan (non-edible oil) seperti jarak pagar (Jatropha curcas), jarak kastor (Ricinus communis).

Lalu mindi (Melia azedarach) dan kemiri sunan (Reutealis trisperma) serta tanaman aromatic (penghasil minyak atsiri) seperti Vetiver (Vetiveria zizanioides) juga berpotensi besar untuk digunakan sebagai agen fitoremediasi maupun fitomining.

“Hasil percobaan membuktikan bahwa jenis-jenis tumbuhan tersebut mampu bertahan tumbuh pada media cair mengandung Pb dan Hg serta pada media tailing tambang emas. Di antara keempat spesies penghasil minyak non-pangan yang digunakan, Kemiri sunan (R. trisperma) termasuk yang paling tahan terhadap perlakuan dengan logam berat dan tailing tambang emas,” tuturnya.

Ia mengatakan bahwa beberapa tumbuhan di seputar tambang emas juga bisa menjadi alternatif sumber genetik bagi tumbuhan hiperakumulator logam emas.

Hasil eksplorasi tumbuhan di seputar tailing dam pertambangan emas PT Antam UBPE Pongkor diketahui bahwa hampir semua jenis tumbuhan yang tumbuh di sana punya kemampuan mengakumulasi emas meskipun pada kadar yang masih rendah.

Baca Juga: Yuk Intip 10 Universitas Negeri dengan Prodi Terbanyak di Indonesia, Ada Kampus Kamu?

“Kelompok bayam-bayaman (Amaranthus) yang tumbuh di seputar tailing, memiliki kemampuan akumulasi emas yang paling tinggi, namun karena biomassanya rendah sehingga potensi fitominingnya tergolong rendah. Tumbuhan lembang (Typha angustifolia) juga cukup tinggi dalam mengakumulasi logam emas (Au). Typha bisa menghasilkan 5-7 gram emas per hektar. Ini tentunya memerlukan ekplorasi yang lebih jauh,” imbuhnya.

Sementara itu, dalam percobaan yang dilakukannya, pemanfaatan cendawan endofit berseptat gelap (Dark Septate Endophyte) dan cendawan mikoriza terbukti dapat membantu tumbuhan dalam beradaptasi pada lingkungan tercemar logam berat. Cendawan ini dapat membantu program fitoremediasi.

“Penggunaan senyawa ammonium tiosianat (NH4SCN) sebagai ligan pelarut emas juga dapat meningkatkan penyerapan emas oleh tanaman dan meningkatkan biomassa tanaman. Ini potensi yang baik untuk program fitomining pada tailing tambang emas,” pungkasnya. (C)

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga