Banjir Bandang di Bolaang Mongondow Selatan, Bupati Terapkan Status Tanggap Darurat
Reporter Jakarta
Senin, 03 Agustus 2020 / 4:33 pm
BOLAANG MONGONDOW, TELISIK.ID – Banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara menyebabkan pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat selama dua pekan.
Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), seorang warga dilaporkan meninggal dunia dan sebanyak 7.046 KK atau 22.655 jiwa terdampak babjir.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, mengungkapkan, adapun keseluruhan warga yang terdampak tersebut terbagi di tujuh wilayah kecamatan meliputi Kecamatan Bolaang Uki ada 2.978 KK atau 9.715 jiwa, Kecamatan Helumo ada 225 KK atau 861 jiwa, Kecamatan Tomini ada 62 KK atau 250 jiwa, Kecamatan Posigadan ada 154 KK atau 636 jiwa.
Kemudian di Kecamatan Pinolosian ada 1749 KK atau 5980 jiwa, Kecamatan Pinolosian Tengah ada 925 KK atau 1.729 jiwa dan Kecamatan Pinolosian Timur ada sebanyak 953 KK atau 3.494 jiwa.
Bencana sejak Jumat, (31/7/2020), itu terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur seluruh wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan menyebabkan beberapa sungai besar meluap, sehingga air masuk ke permukiman warga.
Berdasarkan kaji cepat Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, beberapa sungai yang meluap tersebut meliputi Sungai Bolangaso, Sungai Toluaya, Sungai Salongo, Sungai Nunuka, Sungai Mongolidia, Sungai Milangodaa dan beberapa sungai lainnya.
Baca juga: Fokus Bina Atlit di Konsel, Milenial RAG-SS Gelar Turnamen Bola Voli
Kendati sebagian besar sudah surut, namun air dapat kembali naik apabila hujan deras mengguyur wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dalam periode yang cukup lama.
“Terlebih hingga saat ini, hujan masih sering terjadi sebagaimana hal itu juga telah diprakirakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait curah hujan tinggi di wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo dan wilayah lain di bagian utara Indonesia,” tuturnya, Senin (3/8/2020).
Sementara itu lanjut Raditya, dampak kerusakan yang disebabkan oleh bencana tersebut mulai dari 29 unit rumah hanyut, 64 unit rumah rusak berat, lima unit jembatan rusak berat dan lima ruas jalan rusak. Hal itu sekaligus menyebabkan tiga kecamatan seperti Helumo, Tomini dan Posigadan terisolir.
Menyikapi dampak bencana tersebut, kata Raditya, Bupati Bolaang Mongondow Selatan, Iskandar Kamaru, mengambil langkah penetapan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor selama 14 hari terhitung mulai tanggal 24 Juli hingga 6 Agustus 2020.
Selain itu, Bupati Bolaang Mongondow Selatan juga telah menetapkan surat keputusan pembentukan posko yang berlokasi di Alun-alun Kabupaten dengan Jomandan Dandim 1303.
“Hingga saat ini, seluruh komponen pemerintah daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan bekerja sama melakukan upaya penanganan darurat bencana,” tandas Raditya.
Reporter: Marwan Azis
Editor: Kardin