Demi Bantu Ekonomi Keluarga, Pelajar Ini Jadi Buruh Pikul di Pasar

Nadwa Rifada

Reporter

Sabtu, 02 April 2022  /  2:52 pm

Rafli berdiri memegang kayu yang hampir setiap hari digunakannya untuk memikul. Dengan kaos hitam yang lusuh, celana pendek berwarna merah, serta kakinya yang becek, tidak membuatnya malu menjadi buruh kuli di pasar Mandonga, Kota Kendari. Foto: Nadwa Rifada/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Rafli Putra adalah seorang anak SMP kelas 9, umurnya yang masih berusia 13 tahun, tidak menyurutkan semangatnya untuk bisa membantu ekonomi keluarga.  

Demi membantu keluarganya, Rafli bekerja sebagai buruh pikul di pasar Mandonga Kota Kendari. Di sela kesibukannya bersekolah, Rafli masih bisa bekerja memikul barang belanjaan para pembeli di pasar.

Rafli tinggal bersama bapak dan ibunya beserta 3 orang saudaranya di sebuah rumah di Kelurahan Wawombalata, dekat lampu merah, Mandonga. Bapak Rafli yang hanya seorang kuli bangunan, membuatnya berinisiatif ikut mencari uang dengan menjadi buruh pikul, tak hanya Rafli, kakaknya Taufan (15) juga ikut menjadi buruh di pasar.

Saat libur, sejak pukul 06.00 Wita, Rafli sudah bergegas ke pasar bersama tentengan kayu panjang yang siap berada di punggungnya. Dengan pakaian yang terlihat lusuh, serta kaki yang tak beralaskan sendal, juga jalanan yang becek karena hujan yang mengguyur pasar Mandonga, menyebabkan kaki Rafli dipenuhi becek.

Walau begitu, Rafli terus berjalan menyusuri sepanjang pasar mencari orang yang membutuhkan jasanya untuk memikul barang.

Adakalanya jasa Rafli dipakai. Dengan tenaga yang dimiliki, Rafli memikul barang belanjaan seorang ibu yang terkadang bebannya ringan kadang juga berat. Karena pekerjaan memikul barang yang dilakoni Rafli setiap hari mengharuskannya memiliki fisik yang kuat.  

Baca Juga: Minim Lapangan Kerja, Memulung jadi Alternatif Bertahan Hidup

Berbekal kayu yang dipakai untuk memikul, Dalam sehari Rafli dapat memperoleh penghasilan sampai Rp100.000. Namun terkadang di hari yang sepi pembeli, Rafli hanya bisa memperoleh Rp 20.000.

Panasnya terik matahari siang tidak menyurutkan semangat Rafli berkeliling mencari para pembeli di pasar yang membutuhkan jasanya. Hingga menjelang sore, Rafli baru akan pulang kembali ke rumah membawa hasil dari kerjanya menjadi buruh pikul.

Jika anak lain menggunakan uang yang diperoleh untuk jajan atau ditabung, Rafli menggunakannya untuk membantu perekonomian keluarganya. meskipun masih terbilang belia, Rafli tetap memikirkan keluarganya.

Rafli menuturkan, dirinya bercita-cita ingin menjadi pemain bola.

"Saya nanti ingin menjadi pemain bola, menjadi kipper bola, karena saya jago menjaga gawang," ungkap Rafli sambil berbinar-binar. Sabtu (2/4/2022)

Baca Juga: Hidup Menumpang di Lahan Orang, Pemulung Lansia Ini Pernah Dituduh Pencuri

Menjadi buruh kuli, tidak menyurutkan keinginan Rafli untuk bermimpi, bercita-cita menjadi seorang pemain bola yang suatu hari bisa dibanggakan. Walaupun jarang, Rafli masih tetap bisa bermain bola bersama teman-teman sebayanya.

"Saya sudah senang dengan kehidupan saya saat ini," katanya dengan penuh ketegasan.

Sebagian orang lain yang kurang beruntung mungkin sulit bersyukur, namun Rafli dengan hanya uang Rp 5000 sudah mampu mengukir senyum sumeringah, Wujud syukur yang tidak semua orang bisa lakukan. (A)

Reporter: Nadwa Rifada

Editor: Kardin