Kasus Eksploitasi Anak di Kendari Semakin Marak
Reporter
Senin, 29 November 2021 / 9:41 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Memperhatikan tumbuh kembang anak merupakan tugas orang tua dan keluarga, sebab anak termasuk ke dalam kelompok usia rentan.
Namun, belakangan ini banyak ditemukan anak usia sekolah yang dibiarkan bahkan diintervensi oleh orang terdekatnya untuk melakukan sesuatu yang dapat mengganggu tumbuh kembang mental dan fisiknya.
Hal tersebut sudah mengarah pada aktivitas eksploitasi anak, karena memanfaatkan anak untuk kepentingan pribadi serta menghilangkan hak-haknya.
Dinas Sosial (Dinsos) Kota Kendari menyebutkan, fakta di lapangan menunjukkan kasus eksploitasi yang terjadi pada anak makin marak terjadi.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Kendari, Anwar mengatakan, merujuk pada Pasal 76l UU 35 Tahun 2014 bahwa orang tua atau keluarga yang menyuruh atau sekedar membawa dan membiarkan anak untuk beraktivitas di lampu merah termasuk dalam kategori eksploitasi secara ekonomi.
"Selama ini kami banyak melihat ibu-ibu membawa serta anaknya untuk menjual atau meminta-minta kepada pengguna jalan, ini sudah termasuk eksploitasi anak karena memanfaatkan rasa iba orang lain terhadap anak yang dibawanya," katanya kepada Telisik.id, Senin (29/11/2021).
Baca Juga: Soal Oknum Minta ATM KPM Bansos, Lurah Bonggoeya Kendari Beri Klarifikasi
"Bahkan selama pandemi kami lihat makin banyak anak-anak yang beraktivitas di lampu merah, dan ini keterusan sampai sekarang," sambungnya.
Selain mengemis, modus lainnya adalah menjual, mengamen, hingga membersihkan debu pada mobil.
Fenomena ini banyak ditemukan di beberapa jalan yang ada di Kota Kendari, seperti pada kawasan Eks MTQ, lampu merah MT. Haryono, lampu merah Jalan Made Sabara dan masih banyak lagi.
"Kami sebenarnya miris melihat aktivitas anak-anak ini, karena di usia muda mereka tempah mentalnya untuk mendapatkan uang melalui jalan pintas seperti itu," ucap Anwar.
Baca Juga: Soal Bumil Melahirkan dalam Mobil, Begini Penjelasan BPJS Kesehatan Kendari
Dia juga menuturkan, pemerintah sudah melakukan upaya penanganan pada kasus tersebut, namun hal ini masih terus terjadi karena didorong oleh faktor ekonomi dan pola asuh keluarga.
"Pemerintah setempat sudah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan aksi tersebut, mulai dari pengamanan dan edukasi pada anak-anak juga keluarganya. Tapi memang karena faktor ekonomi dan pola asuh sehingga isu ini terus berlanjut sampai hari ini," tutupnya. (C)
Reporter: Apriliana Suriyanti
Editor: Fitrah Nugraha