PENA 98 Ajak Mahasiswa UHO Kendari Refleksi 25 Tahun Reformasi
Reporter
Rabu, 17 Mei 2023 / 8:26 pm
KENDARI, TELISIK.ID - Reformasi telah 25 tahun berlalu, untuk itu organisasi Persatuan Nasional (PENA 98) menggelar diskusi interaktif memperingati reformasi bersama mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.
Reformasi di Indonesia disebut juga sebagai era pasca Soeharto yang dimulai pada tahun 1998, mengakhiri kekuasaan 32 tahun Soeharto.
Dalam diskusi interkatif yang bertemakan "saya tidak pernah lupa siapa pelakunya", menghadirkan narasumber yang menjadi bagian dari aktifis 98 CEO Telisik.id M. Nasir Idris, praktisi hukum Hidayatullah dan Dekan FIB UHO, Ahmad Marhadi.
Baca Juga: BEM UHO Rangkul Pelaku UMKM Mahasiswa Jajakan Produk pada Booth Pameran HUT ke-59 Sulawesi Tenggara
Perwakilan PENA 98 Sulawesi Tenggara, Hartono dalam sambutannya mengatakan, kegiatan itu serentak dilakukan PENA 98 di seluruh Indonesia dan kegiatan sengaja dilakukan di kampus, karena gerakan reformasi 98 diawali di kampus-kampus.
"Yang kami harapkan di momen 25 tahun reformasi kampus itu, tetap menjadi penggerak dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat dan mahasiswa tidak pasif dan berdiam diri," ujar Hartono, Rabu (17/5/2023).
Sementara itu, Dekan FIB UHO, Ahmad Marhadi mengatakan, momentum saat ini sangat di tunggu, karena mahasiswa saat ini sangat disibukan dengan urusan akademik yang sangat padat, sehingga diksusi seperti itu sangat dibutuhkan mahasiswa.
"Jadi kegiatan seperti ini kalau bisa dirutinkan, sehingga para mahasiswa dan pelaku reformasi itu saling berdekatan untuk berdiskusi bagaimana mengawal enam agenda reformasi itu," ujarnya.
Baca Juga: Lokasi Strategis, Pedagang Kuliner Depan Kampus UHO Kendari Raup Omzet Menggiurkan
Diskusi itu diikuti oleh mahasiswa UHO yang sangat antusias dalam mendengarkan pemaparan narasumber hebat dari aktivis 98 ini.
Nasir Idris menyampaikan kepada seluruh mahasiswa, saat ini banyak permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang bisa merubah keadaan melalui media sosial. Di sisi lain, media sosial menjadikan susunan tata sosial menjadi individualistik bergerak menjadi individu, bukan menjadi kelompok.
"Seharusnya pergerakan dilakukan secara bersamaan, media sosial sebagai sarana dan mahasiswa tetap sebagai pelopor karena masyarakat tidak akan bergerak jika mahasiswa tida bergerak, jika mahasiswa hanya tidur dan kuliah tidak akan terjadi perubahan di negeri ini," tegasnya. (A)
Penulis: Wa Ode Ria Ika Hasana
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS