Sekolah dan Kantor Pemerintah di Manggarai Siap Tampung Pengungsi Gempa
Reporter Kupang
Selasa, 22 Februari 2022 / 7:15 pm
MANGGARAI, TELISIK.ID - Pemerintah Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama BMKG terus memantau setiap perkembangan gempa yang terjadi di wilayah timur laut Manggarai, Senin hingga Selasa, 22-23 Februari 2022.
Pemerintah pun telah menyiapkan sejumlah tempat pengungsian bagi warga yang terdampak gempa. Tempat yang disiapkan itu yakni, sekolah dan kantor pemerintah.
Bupati Manggarai, Heribertus Nabit mengatakan, pihaknya telah berkordinasi dengan semua pihak, mulai TNI-Polri, kecamatan, kelurahan, desa, RSUD, puskesmas maupun sekolah-sekolah dan kantor pemerintah yang ada untuk merespon cepat terhadap dampak gempa yang terjadi.
"Untuk masyarakat di wilayah pesisir agar tetap waspada sepanjang malam. Kantor pemerintah dan sekolah-sekolah yang terletak di dataran tinggi di Kecamatan Reok sudah disiapkan menjadi tempat pengungsian apabila terjadi hal yang tidak diinginkan" kata Bupati Heribertus, Selasa (22/2/2022) di Ruteng.
Sedangkan untuk masyarakat di wilayah pegunungan kata bupati, diminta selalu waspada sepanjang malam, apalagi yang berada di wilayah rawan longsor.
"Untuk yang berada di wilayah pegunungan rawan longsor mohon segera menghindar dan mengungsi ke tempat yang lebih nyaman atau ke tempat yang telah disiapkan pemerintah," tuturnya.
Sementara untuk pasien atau pun keluarga pasien yang berada di RSUD dan puskesmas diminta tetap waspada dan jangan panik berlebihan.
Lebih lanjut mantan Direktur BOPLBF ini meminta, masyarakat mengakses informasi dari sumber-sumber resmi pemerintah terutama dari BMKG terkait gempa yang terjadi. Hal ini agar masyarakat tidak terlalu panik yang berlebihan.
Bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan pemerintah juga telah menyiapkan posko di Kantor BPBD Manggarai.
Sebelumnya, Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) Kupang, NTT merilis data terbaru terkait gempa yang terjadi di Timur Laut Manggarai, Senin malam hingga Selasa (22-23/2/2022) pagi.
Kepala BMKG Kupang, Margiono dalam mengatakan, gempa tersebut terjadi berturut-turut selama 89 kali, baik yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan.
Menurutnya, dari 89 gempa itu hanya 3 kali yang dirasakan dengan magnitudo 5.8, 5.1 dan 4.6.
Hingga saat ini pihaknya terus merilis data terbaru terkait gempa susulan.
Baca Juga: Gempa di Manggarai Rupanya Terjadi 89 Kali, Warga Reok Tetap Aktivitas Biasa
Sementara itu pasca gempa, warga di pesisir pantai Kecamatan Reok tetap beraktivitas seperti biasa, baik yang berprofesi sebagai pegawai, TNI Polri, petani, nelayan, swasta, dokter, perawat, BUMN, BUMD, hingga tukang ojek dan buruh.
Seperti dipantau Telisik.id, Selasa (22/2/2022), pegawai di Kantor Kecamatan Reok melakukan aktivitas seperti biasa pasca gempa. Mereka pun terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Tak hanya itu, para petani, nelayan hingga tukang ojek dan buruh juga terlihat melakukan aktivitas seperti biasanya.
Sekcam Reok, Theobaldus Junaidin mengaku, pihaknya belum mendapat laporan dari Desa maupun Kelurahan terkait kerusakan yang terjadi akibat gempa.
"Belum ada laporan yang masuk terkait data kerusakan sehingga pada hari ini kami beraktivitas seperti biasa. Warga di pesisir pantai juga sampai saat ini terpantau aman," kata Theobaldus.
Pasca gempa, kata dia, pihaknya terus melakukan kesiapsiagaan dengan tetap mengimbau warga Kecamatan Reok agar selalu waspada dengan gempa susulan.
Sementara itu, Jamil Sarijal salah seorang nelayan di Kecamatan Reok juga mengaku masih beraktivitas seperti biasa pasca gempa, karena memang tidak terjadi gelombang tsunami berdasarkan data BMKG yang ia dapat.
Baca Juga: Perlukah Sultra Waspada Gempa Bumi?
"Gempa susulan memang terjadi terus sepanjang malam, tetapi hari ini saya tetap berani melaut dan melakukan aktivitas seperti biasa di atas perahu karena sudah ada imbauan katanya tidak terjadi tsunami," tutur Jamil.
Hal serupa juga disampaikan seorang penjual ikan, Elfridus Adi Gunawan. Ia mengatakan, dirinya masih melakukan aktivitas seperti biasanya pasca gempa.
"Waspada sih waspada, tapi aktivitas menjual ikan tetap saya lakukan demi kebutuhan hidup," ujar Elfridus.
Ia juga mengaku sempat panik dengan gempa yang terjadi semalam. Pasalnya, ada tiga kali yang guncangannya cukup besar hingga membuat ia dan keluarganya berlari keluar rumah.
Pasca BMKG mengeluarkan imbauan tak ada gelombang tsunami, Elfridus pun melanjutkan aktivitas membeli ikan di pantai dan menjualnya ke kampung-kampung. (A)
Reporter: Berto Davids
Editor: Kardin