Seleksi Direktur PDAM Baubau Disoal, Diduga Tak Transparan
Reporter
Selasa, 13 Oktober 2020 / 3:17 pm
BAUBAU, TELUSIK.ID - Seleksi Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Semerbak Kota Baubau Sulawesi Tenggara (Sultra) diprotes oleh peserta.
Pasalnya pengumuman setiap tahapan dianggap tidak transparan dan diduga meloloskan keluarga Wali Kota Baubau.
Salah seorang peserta seleksi, Budi Amin memrotes pengumuman yang dikeluarkan oleh tim panitia seleksi (Pansel), pads Senin (12/10/2020).
Dari 9 calon direktur termasuk dirinya, tiga nama ditetapkan sebagai peserta yang telah memenuhi persyaratan dan lolos ke tahap selanjutnya.
Menurut Budi, dalam pengumuman itu, Pansel tidak menyertakan skoring hasil penilaian dari awal tahapan hingga saat ini. Sehingga ia merasa proses itu janggal dan tidak objektif.
Baca juga: Ganti Aparat Desa, Kades di Bombana di-RDP
"Seharusnya, di setiap tahapan harus diumumkan nilainya, dirangking, indikator penilaiannya harus jelas supaya kita peserta puas dengan pengumuman ini. Di pengumuman ini tidak jelas, nomor satu nilainya berapa, tidak jelas," keluh Budi Amin saat ditemui di Kendari, Selasa (13/10/2020).
Transparansi itu, kata Budi penting untuk dilakukan, sebab menurut dia, PDAM itu bukan perusahaan keluarga, melainkan milik daerah dan harus dikelola secara profesional. Akhirnya, ia menaruh curiga, proses seleksi sarat nepotisme, karena menurutnya ada keluarga Wali Kota Baubau yang diloloskan.
"Dalam daftar nama yang lolos di tiga besar itu ada keluarga Wali Kota Baubau, istri dari nama yang lolos itu adalah kemenakan langsung dari kuasa pemilik modal dan itu melanggar aturan," ungkap dia.
Dia pun meminta agar proses tersebut diulang sejak tahapan pertama dan meminta Komisi I DPRD Baubau agar membentuk panitia khusus (Pansus) guna menyelidiki masalah itu.
Baca juga: Percepat Laju Perekonomian, Abu Hasan Canangkan Bangun Bandara di Butur
"Sebagai lembaga pengawasan, proses seleksi seperti harus diawasi," cetusnya.
Senada, peserta yang lain, Alamsyah melihat porsi penilaian untuk psikotes 40 persen terlalu besar, sementara untuk psikotes sendiri kata dia tidak terlalu masuk akal. Jika porsi penilaian untuk presentasi lebih tinggi, ia menganggap lebih masuk akal.
"Penilaian tidak ada transparansi, sehingga tiba-tiba muncul tiga nama. Kita tidak melakukan komplain sejak awal seleksi, karena kami mengira prosesnya sesuai harapan, tapi faktanya tidak sesuai," kata Alamsyah.
Dia juga melihat ada dugaan nepotisme yang terjadi dalam proses seleksi. Nama yang diloloskan dalam urutan kedua itu adalah keluarga Wali Kota Baubau. Alamsyah mengaku tak mempersoalkan urutan nama, hanya saja penilaian yang tidak transparan.
"Saya menganalisa dulu, melihat dulu persoalan ini dengan fakta-fakta yang ada, artinya secara prinsip wajar untuk menyuarakan, tidak memprotes hasil dari (Pansel) kita menghargai keputusan Pansel tapi kita ingin ada transparansi," katanya. (B)
Reporter: Kardin