Tak Kenal Lelah, 2 Ibu Ini Memulung hingga Larut Malam

Ridho Syafarullah

Reporter

Minggu, 17 April 2022  /  7:28 am

Siti dan Husnawati sedang beristirahat di samping tempat sampah. Foto: Ridho Syafarullah/Telisik

KENDARI, TELISIK.ID - Berkerja demi mencukupi kebutuhan hidup adalah hal yang wajib dilakukan setiap orang. Begitu pula yang dilakukan 2 wanita yang tinggal di Lepo-Lepo, Kota Kendari.

Harga sembako dan kenutuhan lainnya yang terus melonjak naik membuat 2 wanita ini terpaksa harus memberanikan diri keluar memulung hingga larut malam.

Siti yang berusia 70 tahun bersama Husnawati 55 tahun, setiap hari berjalan menyusuri gelapnya malam area sekitaran Lepo-Lepo. Berbekal arco tua yang mereka pinjam, Siti dan Husna menjelajahi tiap sudut jalan, tempat sampah hingga rumah ke rumah hanya untuk mendapatkan botol plastik bekas.

Sorot lampu jalan di malam hari yang kadang terang dan meredup, menyinari raut wajah mereka yang nampak lelah dengan bahu sedikit membungkuk.

"Kami tidak memiliki pendidikan, jangan tanya kami," jawab mereka, berusaha menolak diwawancarai, Sabtu malam (16/4/2022).

Pendidikan menurut mereka sesuatu yang mahal. Itulah mengapa mereka tidak pernah merasakan bangku sekolah. Ekonomi yang terbatas memaksa mereka mengubur keinginannya untuk bersekolah.

Baca Juga: Tinggal di Lahan Orang, Pemulung Ini Tetap Bisa Sekolahkan 2 Anaknya

Husna memiliki rutinitas yang cukup padat tiap harinya. Mulai dari tukang cuci, kuli bangunan, hingga memulung. Semua itu dia lakukan sebagai takdir yang dia harus hadapi, semata-mata agar bisa tetap makan dan hidup.

Gubuk yang terlihat rapuh menjadi tempat istirahat ternyaman yang dimilikinya, meskipun istana kecilnya itu berdiri di lahan orang yang sewaktu-waktu bisa saja diambil oleh pemiliknya.

Tidak seperti Husna, Siti sedikit lebih beruntung. Dia tinggal serumah bersama anak sulungnya yang sudah berkeluarga. Siti yang sudah lanjut usia tentunya memiliki fisik yang sudah tidak bugar lagi. Namun itu bukan menjadi alasan baginya untuk tidak bekerja.

Di saat orang yang seusianya lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga dan menikmati hari tuanya, dia tetap berjuang melawan penat demi mendapatkan sejumput beras.

Baca Juga: Pernah Jadi Karyawan Proyek, Pemulung Ini Rupanya Jarang Diberi Upah

Tangan mereka yang nampak keriput menjajal tumpukan sampah guna mendapatkan botol plastik dengan harapan botol plastik tersebut dapat diubahnya menjadi lembaran uang kertas.

Botol yang mereka dapat dikumpulkan selama 2 minggu. Uang yang diperoleh dari hasil menimbang botol bekas itu tak seberapa, terkadang hanya Rp 100.000 sampai Rp 200.000, tergantung banyaknya botol plastik yang terkumpul.

Walaupun kehidupan mereka serba pas-pasan, namun mereka terus berusaha. Meskipun hasil yang didapatkan tidak seberapa, mereka tetap bersyukur karena itulah hasil tetesan keringatnya. (A)

Reporter: Ridho Syafarullah

Editor: Haerani Hambali