Termasuk Inflasi Tertinggi di Dunia, 3 Butir Telur di Negara Ini Berharga 100 Miliar

Nurdian Pratiwi

Reporter

Senin, 06 Juni 2022  /  7:39 pm

Saking tidak berartinya, uang 100 miliar di Zimbabwe hanya laku untuk 3 butir telur. Foto: Repro Grid.id

HARARE, TELISIK.ID - Pada umumnya jika seseorang mempunyai uang dengan 15 angka nol di belakangnya, maka ia akan di katakan sebagai orang kaya. Namun berbeda halnya dengan warga di negara ini.

Di Zimbabwe, menjadi miliarder tidak akan menjadikanmu sebagai orang kaya. Sebab uang di negara tersebut dianggap hanyalah sebuah sampah.

Mengutip dari merdeka.com, pada tahun 2008-2009, nilai mata uang negara yang terletak di Afrika bagian selatan ini, hancur berantakan usai negara tersebut dilanda krisis ekonomi dan hiperinflasi, yang membuat nilai barangpun menjadi sangat mahal.

Selain itu, mata uang Zimbabwe menjadi tidak bernilai karena bank sentral Zimbabwe terus mencetak uang untuk menutupi defisit anggaran yang mendalam.

Akibatnya, 1 dolar Amerika (USD) setara dengan 35.000 triliun dolar Zimbabwe dan uang triliunan dolar Zimbabwe sangat tidak berharga di sana. Bahkan untuk membeli tiga butir telur saja, warga harus membawa uang sebanyak 100 miliar dolar Zimbabwe.

Baca Juga: Pesona Baikal, Danau Tertua, Terluas dan Terdalam di Dunia

Dikutip dari Kompas.com, Pecahan tertinggi yang pernah dicetak Bank Sentral Zimbabwe (RBZ) adalah 100 triliun dollar yang hanya cukup untuk ongkos naik bus selama sepekan.

Namun, pada Juni 2015 lalu warga Zimbabwe bisa mengatakan selamat tinggal untuk mata uang mereka yang tak berharga itu.

Sebab, bank sentral Zimbabwe memutuskan untuk membolehkan rakyatnya menggunakan mata uang dolar Amerika sebagai mata uang mereka guna menstabilkan kembali ekonomi Zimbabwe.

Baca Juga: Intip Kota Tersepi di Dunia, Hanya Dihuni 1 Orang

Setiap orang yang menukarkan 250 triliun dollar Zimbabwe akan memperoleh 1 dollar AS. Artinya, pemilik 100 triliun dollar Zimbabwe hanya akan mendapatkan uang sebesar 40 sen AS atau kurang dari Rp 7.000 saja.

Disamping itu, diketahui Krisis di Zimbabwe mulai terjadi sejak Presiden Robert Mugabe mengeluarkan kebijakan radikal soal distribusi lahan pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an.

Ekonomi dari Cato Institute memperkirakan, inflasi bulanan Zimbabwe di 2008 mencapai 7,9 miliar persen. Namun, Angka ini hanya perkiraan saja karena selama ini tidak ada angka inflasi resmi yang dikeluarkan pemerintah. (C)

Penulis: Nurdian Pratiwi

Editor: Musdar