Ustadz Abdul Somad Berbagi Tips Cara Itikaf di Rumah

Fitrah Nugraha

Reporter

Kamis, 14 Mei 2020  /  10:41 am

Ulama asal Riau, Ustadz Abdul Somad. Foto: Repro AyoBandung.com

KENDARI, TELISIK.ID - Itikaf merupakan bagian dari ibadah yang banyak dilakukan saat di bulan Ramadan. Namun yang biasanya dilakukan di masjid, itikaf juga bisa dilakukan di rumah khususnya saat ada wabah virus seperti saat ini.

Berikut penjelasan ulama asal Riau, Ustadz Abdul Somad, terkait cara itikaf di rumah saat pandemi.

Dilansir Suara.com, ulama yang disapa UAS menjelaskan, bahwa jika itikaf merupakan menetap di masjid dengan niat ibadah. Hal ini berdasarkan dalil, yaitu hadis Nabi Muhammad SAW. Beliau shalallahu 'alaihi wasallam biasa melakukan itikaf pada 10 malam terakhir Ramadan.

Kebiasaan itu terus dijalaninya hingga beliau wafat. Dan, para istri Nabi SAW pun mengamalkan ibadah ini, termasuk setelah sang suami tercinta berpulang ke rahmatullah.

Dimana, kata UAS, riwayat hadis itu sahih, sebagaimana termaktub dalam Sahih Bukhari.

Baca juga: Sejarah Perang Badar di Bulan Ramadan

Lantas, dimanakah tempat itikaf menurut tuntunan Rasulullah SAW. Muslim dapat memilih salah satu dari tiga lokasi berikut. Pertama, masjid besar (masjid jami'). Agar dapat dikategorikan demikian, suatu masjid mesti bisa mengadakan salat Jumat.

Kedua, masjid biasa. Dalam arti, bangunan-bangunan semisal mushala atau surau dapat pula dijadikan tempat beritikaf.

Ketiga, tempat salat di rumah (mushalla al-bait). Lokasi ini dibolehkan, umpamanya, bagi kaum muslimah, sebagaimana dijelaskan menurut Mazhab Hanafi.

"Keterangan ini bersumber dari kitab al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, Juz III, halaman 1.757. Nah, dalam masa pandemi corona seperti sekarang, karena darurat bisa kita ambil opsi ketiga (sebagai tempat beritikaf)," katanya, Rabu (13/5/2020).

Baca juga: Kenapa Muhammadiyah Kerap Lebaran Duluan? Ini Alasannya

Durasi dan tujuan Itikaf mestilah didasari niat yang tulus ikhlas, semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.

UAS mengatakan ada lima tujuan beritikaf, yaitu menyucikan hati, merasakan pengawasan Allah Ta'ala, fokus ibadah, melepaskan diri dari keduniawian, hingga berserah diri kepada Allah.

Menurut jumhur ulama, lanjut UAS, paling minimal durasi itikaf ialah lebih sedikit dari gerakan rukuk dalam salat. Adapun batas maksimalnya itikaf mengikuti sunah Rasulullah SAW. Diketahui, Nabi SAW pernah 20 hari tidak keluar dari masjid.

UAS menjabarkan, ada setidaknya tiga pilihan waktu itikaf. Pertama, waktu subuh. Seorang muslim sesudah salat subuh, hendaknya berzikir hingga matahari terbit. Lalu, ia melakukan salat sunah isyraq. Lamanya itikaf itu kira-kira 90 menit atau lebih.

Baca juga: Mengejar Pahala 10 Malam Terakhir Ramadan Hingga Turunnya Lailatul Qadar

Kedua, kala salat isya. Ini yang biasa kita jumpai saat Ramadan. Orang-orang sesudah melaksanakan salat isya berjamaah, lantas salat tarawih dan witir. Kemudian, mereka membaca Alquran, berzikir, dan sebagainya. Durasinya pun bisa sekitar 90 menit atau lebih.

"Ketiga, saat bangun malam. Sepertiga malam, terutama. Dirikanlah salat sunah wudu, salat sunah taubat, salat sunah hajat, dan salat tahajud. Sesudah itu, baca Al Quran atau berzikir," ujar alumnus Universitas al-Azhar itu.

Lantas, ibadah-ibadah apa saja yang seyogyanya dilakukan seorang muslim ketika beritikaf, UAS memaparkan beberapa ibadah yang hendaknya dilakukan kala itikaf.

"Salat wajib dan salat sunah, membaca Al Quran, berzikir, tafakur, atau bisa pula membaca buku-buku agama," ucapnya.

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Rani