Konsep Khutbah Idul Fitri di Rumah Bersama Keluarga

Haidir Muhari, telisik indonesia
Senin, 18 Mei 2020
0 dilihat
Konsep Khutbah Idul Fitri di Rumah Bersama Keluarga
Khutbah Idul Fitri. Sumber: Repro republika.co.id

" Pelaksanaan salat idul fitri di rumah dapat dilakukan, misalnya khatib dan imamnya adalah kepala keluarga atau juga boleh anggota keluarga yang lain. Yang perlu diperhatikan disini yang menjadi Imam atau Khatib haruslah laki-laki. "

TELISIK.ID - Kini kita telah tiba di penghujung Ramadan. Idul Fitri akan menyapa. Kita semua diimbau untuk melaksanakan salat Idul Fitri di rumah bersama keluarga.

Kepastian lebaran masih menunggu keputusan sidang isbat yang akan dilakukan oleh pemerintah dan Muhammadiyah menetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah jatuh pada hari Ahad, 24 Mei 2020.

Pelaksanaan khutbah idul Fitri sama dengan khutbah jumat. Ada dua pendapat, di akhir khutbah pertama, khatib dianjurkan untuk duduk sejenak lalu melanjutkan ke khutbah kedua. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW berikut:

“Sunnah seorang Imam berkhutbah dua kali pada shalat hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dan memisahkan kedua khutbah dengan duduk.” (HR Asy-Syafi’i)

Majelis Tarjih dan Tadjid Pimpinan Pusat Muhammadiyah berpendapat hanya ada satu khutbah dan tidak diselingi duduk diantara dua khutbah. Hal ini didasarkan kepada hadis Nabi SAW berikut:

"Dari Abu Sa‘id al-Khudri (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw. keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha menuju lapangan tempat shalat, maka hal pertama yang dia lakukan adalah shalat, kemudian manakala selesai beliau berdiri menghadap orang banyak yang tetap duduk dalam saf-saf mereka, lalu Nabi saw menyampaikan nasehat dan pesan-pesan dan perintah kepada mereka; lalu jika beliau hendak memberangkatkan angkatan perang atau hendak memerintahkan sesuatu beliau laksanakan, kemudian lalu beliau pulang." (Muttafaq ‘alaih, dan ini lafal al-Bukhari).

"Dari Jabir (diriwayatkan) ia berkata: Saya menghadiri shalat pada suatu hari raya bersama Rasulullah saw: sebelum khutbah beliau memulai dengan shalat tanpa azan dan tanpa qamat. Lalu manakala selesai shalat beliau berdiri dengan bersandar kepada Bilal. Lalu ia bertahmid dan memuji Allah, menyampaikan nasehat dan peringatan untuk jamaah, serta mendorong mereka supaya patuh kepada-Nya...". (H.R. an-Nasa’i).

Hal lain yang membedakan khutbah Id dan khutbah jumat adalah khutbah idul fitri dilaksanakan setelah menunaikan salat id. Sementara itu khutbah salah jumat dilaksanakan di awal, sebelum salat.

Baca juga: Ketentuan dan Tata Cara Salat Idul Fitri di Rumah Saat Pandemi

Pelaksanaan salat idul fitri  di rumah dapat dilakukan, misalnya khatib dan imamnya adalah kepala keluarga atau juga boleh anggota keluarga yang lain. Yang perlu diperhatikan disini yang menjadi Imam atau Khatib haruslah laki-laki.

Berikut telisik.id telah membuat konsep khutbah yang bisa anda pakai dalam penyelenggaraan salat idul fitri bersama keluarga di rumah.

------------------------------

Assalalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar Walillahil-hamd.

Jamaah salat Id, keluargaku tercinta yang Insya Allah dirahmati oleh Allah SWT

Pagi ini kita telah memasuki salat idul fitri. Marilah kita senantiasa memperbanyak takbir, tahmid, dan tahlil untuk mengagungkan Allah SWT. Sebab kita telah melewati amaliah ramadan bersama-sama.

Baca juga: Begini Ketentuan Bayar Zakat Fitrah Bagi Fakir Miskin

Ramadan di tahun ini sungguh berbeda dengan ramadan tahun-tahun kemarin. Berpuasa di  musim pandemi telah banyak menguji kita semua, tetapi juga ada untaian hikmah yang tak terbilang yang bisa kita petik. Hal demikian ini sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam Quran Surat Al Baqarah ayat 286.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya".

Selain itu juga Allah SWT berfirman dalam Quran Surat Al Insyirah ayat 5 dan 6, yang artinya sebagai berikut:

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan".

Hikmah yang bisa kita petik dari ramadan ini antara lain.

Pertama, Merekatkan Keluarga. Keluarga adalah harta yang paling berharga di dunia ini. Dengan konsentrasi aktivitas terfokus ke rumah saja, maka terbangun kerekatan keluarga. Kita bisa bercanda ria kembali, yang kerap sulit kita jumpai di ramadan-ramadan sebelumnya.

Dengan pandemi ini, maka kita menyelenggarakan salat tarawih dan witir secara bersama-sama, bisa tadarusan bareng bersama-sama, berbuka puasa  bersama. Alhamdulillah.

Kerekatan antara suami dan istri, antara anak dan ibu, antara ayah dan anak, maka akan terbangun keluarga yang harmonis. Semoga keharmonisan ini tetap dapat kita rawat, sehingga rumah akan selalu dirindukan, untuk mewujudkan "baituna jannatuna" (rumah kita, surga kita).

Baca juga: Jadi Mualaf, Keturunan Tionghoa ini Jalani Puasa Ramadan Pertamanya di Kendari

Keluargaku sekalian yang saya cintai.

Kedua, hal yang bisa kita petik dari pandemi ini adalah betapa lemahnya manusia, betapa lemahnya kita semua. Menghadapi virus saja, manusia bahkan negara telah kalang kabut, ini baru virus, salah satu ciptaan Allah.

Olehnya itu saya berpesan kepada kita semua untuk terus mengagungkan Allah SWT dengan sebenar-benarnya yang dengan ketaatan, dengan menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. Amaliah-amaliah ramadan yang telah kita lakukan, semoga dapat kita tetap lanjutkan seusai ramadan ini.

Segenap kesadaran kita mengakui kebesaran Allah SWT, keagungan-Nya. Tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun, karena menyekutukan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Luqman ayat 13:

"Dan telah berkata Luqman kepada anaknya, ketika dia memberi pengajaran kepada anaknya, "Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Pengakuan keagungan itu harus terimplementasi juga dalam laku sosial. Karena manusia itu lemah, maka manusia harus saling membantu, saling mendukung.

Kepedulian sosial mesti harus kita galakkan. Zakat fitrah yang kita telah tunaikan beberapa hari yang lalu adalah salah satu implementasinya. Setelah mengagungkan Allah SWT, menjadi manusia penderma adalah tugas yang mesti seluruh anggota keluarga kita emban. Di manapun berada giatlah berderma, bersedekah, dan membantu orang.

Baca juga: Tentukan 1 Syawal Kemenag Gelar Sidang Isbat 22 Mei

Jamaah salah Id, keluargaku yang saya cintai.

Ketiga, hal yang dapat kita petik dari pandemi di bulan ramadan yang telah kita lewati adalah pertautan ilmu dan agama.

Pandemi telah menguji  kita sejauh mana kita meletakkan ilmu dan agama. Bahwa kajian keilmuan yang penuh dedikasi berdasarkan fakta-fakta sains tidak boleh kita elakkan, sebab hal demikian adalah ayat-ayat Allah yang dibentangkan-Nya di alam semesta.

Bahwa ilmu dan agama bukanlah dua hal yang saling bertolak  belakang. Ilmu dan agama adalah dua hal yang saling mendukung. Tidak ada pertentangan antara Islam dan Ilmu. Bahkan Allah SWT akan mengangkat orang-orang beriman dan berilmu melampaui orang kebanyakan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Quran surat Al Mujadilah ayat 11:

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka  berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan".

Olehnya itu saya selaku khatib berpesan kepada kita untuk menghidupkan budaya literasi. Etos kecintaan dan kegigihan dalam literasi dan keilmuan mesti kita tumbuh kembangkan. Allah SWT tidak akan pernah mengingkari apa yang telah diwahyukan dalam al Quran yang suci.

Keluargaku sekalian yang tercinta, dengan imu manusia menjadi mulia. Dengan ilmu yang benar manusia menjadi semakin dekat dengan Allah SWT. Ilmu yang benar akan mengantarkan kita semua kepada kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhirat. Ayo kita galakkan kembali budaya baca kita mulai dari serambi rumah kita.

Mari kita senantiasa amalkan ajaran-ajaran islam, mulai dari diri kita, keluarga kita, dari rumah ini. Kita semua berharap semoga masih bisa dipertemukan dengan ramadan tahun depan. Mari kita saling memaafkan, mari selalu saling mendoakan dan saling mendukung.

Aquulu qauli hadza wastagfiruhu, Innallaha gafurur-rahim.

Baca juga: Tuntunan Salat Tarawih Lengkap

Marilah kita akhiri khutbah ini dengan berdoa memohon kepada Allah SWT, semoga Allah SWT mengangkat pandemi COVID-19 ini dan melindungi kita dan bangsa Indonesia ini.

 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

------------------

Bagi yang meyakini ada dua khutbah di idul fitri, maka setelah bacaan Aquulu qauli hadza wastagfiruhu, Innallaha gafurur-rahim, bisa duduk sejenak kemudian melanjutkan dengan membaca pembuka pada khutbah awal, lalu disambung dengan doa diatas.

Selain doa yang kami cantumkan tersebut di atas, khatib juga bisa menambahkan doa-doa lainnya yang dihafal. Dari tim telisik.id mengucapkan taqabbalallahu minna waminkum.

 

Tim telisik.id

Artikel Terkait
Baca Juga