2020, Pertama Kali Kampanye Hari Lingkungan Hidup Sedunia Secara Online

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Jumat, 05 Juni 2020
0 dilihat
2020, Pertama Kali Kampanye Hari Lingkungan Hidup Sedunia Secara Online
Kampanye online Hari Lingkungan Hidup Sedunia oleh akun @kementerianlhk Foto: Fitrah Nugraha/Telisik

" Akan tetapi, karena adanya pandemi virus Corona, peringatan tahun 2020 ini dilakukan melalui kampanye online. Ini adalah kampanye online pertama sepanjang sejarah Hari Lingkungan Hidup Sedunia. "

KENDARI, TELISIK.ID - Hari ini, masyarakat dunia sedang mengkampanyekan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang setiap tahun diperingati pada 5 Juni.

Dikutip dari TRIBUNKALTIM.com, saat ini, Jumat 5 Juni 2020, dunia sedang memperingati Hari Lingkungan Hidup  sedunia atau World Environment Day  setiap tanggal 5 Juni.

Biasanya, peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dilakukan dengan menanam bibit tumbuhan atau cara lain dengan pesan melestarikan lingkungan.

Akan tetapi, karena adanya pandemi virus Corona, peringatan tahun 2020 ini dilakukan melalui kampanye online. Ini adalah kampanye online pertama sepanjang sejarah Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Sebagaimana yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, melalui akun Instagramnya, Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environmental Day ( WED ) diperingati setiap tahun pada tanggal 5 Juni, demi meningkatkan kesadaran global akan kebutuhan untuk mengambil tindakan lingkungan yang positif bagi perlindungan alam dan planet Bumi.

Baca juga: BTS Masuk Daftar Selebriti Termahal Dunia 2020

WED diinisiasi oleh UN Environment Programme ( UNEP ), di mana tahun ini terfokus pada Keanekaragaman Hayati.

Keanekaragaman Hayati, merupakan hal yang penting bagi penunjang kehidupan dan berperan sebagai indikator dari sistem ekologi dan sarana untuk mengetahui adanya perubahan spesies.

Keanekaragaman Hayati sendiri mencakup kekayaan spesies dan kompleksitas ekosistem, sehingga dapat memengaruhi komunitas organisme, perkembangan dan stabilitas ekologi.

Nah untuk itu, kita harus menjaga ekosistem kita agar keanekaragaman hayati yang dimiliki dapat terjaga dengan baik dan meminimalkan penggunaan bahan beracun agar lingkungan tetap terjaga.

Dilansir dari KOMPAS.com yang memuat keterangan dari India Today, Kamis (4/6/2020), peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia berawal dari konferensi besar pertama tentang isu-isu lingkungan yang diadakan pada 5-16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia.

Akhirnya, pada 15 Desember 1972, Majelis Umum PBB membuat resolusi yang menetapkan 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Baca juga: Warga Bombana diminta Sigap Hadapi Musim Kemarau

Sejak 1974, Hari Lingkungan Hidup Sedunia dirayakan setiap tahun dengan melibatkan pemerintah, pebisnis, selebriti, dan masyarakat. Dimana, mereka memfokuskan upaya pada masalah lingkungan yang mendesak.

Melansir laman United Nations, tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini adalah biodiversity atau keanekaragaman hayati. Konsennya pada masalah yang mendesak dan eksistensial.

Baru-baru ini, terjadi kebakaran hutan di Brazil, Amerika Serikat, dan Australia.

Peristiwa yang terjadi belakangan ini mulai dari kebakaran hutan di Brazil hingga pandemi penyakit global menunjukkan saling ketergantungan manusia dengan jaring kehidupan.

Akan tetapi, apakah masyarakat sudah menyadari pentingnya keanekaragaman hayati?

Keanekaragaman hayati adalah pondasi yang mendukung semua kehidupan di darat dan di bawah air.

Baca juga: Tak Bisa Hanya Berdiam Diri, Masyarakat harus Menyesuaikan Pola Hidup Baru

Hal ini memengaruhi setiap aspek kesehatan manusia. Misalnya, soal udara, air bersih, makanan bergizi, pemahaman ilmiah, sumber obat, ketahanan terhadap penyakit alami, dan mitigasi perubahan iklim.

Mengubah atau menghapus satu elemen ini dapat memengaruhi seluruh sistem kehidupan dan menghasilkan konsekuensi negatif.

Tindakan manusia seperti penggundulan hutan, perambahan habitat satwa liar, pertanian intensif, dan percepatan perubahan iklim telah mendorong alam melampaui batasnya.

Munculnya virus Corona dinilai telah menegaskan fakta bahwa, ketika manusia menghancurkan keanekaragaman hayati, maka juga menghancurkan sistem yang mendukung kehidupan manusia.

Sekitar 75 persen dari semua penyakit menular yang muncul pada manusia adalah zoonosis, artinya penyakit tersebut ditularkan kepada manusia dari hewan.

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Sumarlin

Artikel Terkait
Baca Juga