3,2 Juta Anak di Afghanistan Menderita hingga Terancam Meninggal
Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Sabtu, 13 November 2021
0 dilihat
Anak-anak Afghanistan menikmati minuman berbasis yoghurt. Foto: Repro Sumeks.co
" Ada 3,2 juta anak menderita karena kekurangan gizi atau malnutrisi di Afghanistan, menjelang akhir tahun ini "
KABUL, TELISIK.ID - Ada 3,2 juta anak menderita karena kekurangan gizi atau malnutrisi di Afghanistan, menjelang akhir tahun ini.
Dimana 1 juta diantaranya sudah dalam kondisi kritis, seperti yang dilaporkan organisasi kesehatan dunia WHO.
Mengutip Reuters, Sabtu (13/11/2021), WHO sudah memperingatkan adanya bencana kelaparan karena kekeringan melanda negara itu. Ditambah ekonomi yang gagal dan penarikan dukungan keuangan dari barat setelah pengambilalihan Taliban pada Agustus lalu.
Sektor kesehatan sangat terpukul, dengan banyak petugas kesehatan melarikan diri karena gaji yang belum dibayar.
"Ini perjuangan berat karena kelaparan melanda negara ini," kata Juru Bicara WHO Margaret Harris, kepada wartawan di Jenewa melalui sambungan telepon.
"Dunia tidak boleh memunggungi Afghanistan," tegasnya.
Baca Juga: Warga Asing Berlomba-lomba Tinggalkan China, Ada Apa?
Baca Juga: Di Balik Hilangnya Kim Jong Un, Ternyata Korea Utara Bangun Kekuatan Militer Besar
Dilansir Cnbcindonesia, pada saat malam hari temperatur di sana sudah turun mencapai titik dingin di bawah nol derajat celcius. Kondisi ini membuat para orang tua dan anak anak lebih mudah terjangkit penyakit.
Di beberapa tempat lain, banyak orang memotong pohon untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di rumah sakit, karena dilanda kekurangan.
Namun, Harris belum punya angka pasti berapa anak-anak yang mengalami kematian akibat malnutrisi. Tapi menggambarkan bangsal penuh dengan anak anak berukuran kecil, termasuk bayi berusia tujuh bulan yang lebih kecil dari bayi yang baru lahir.
Kasus campak juga meningkat, data WHO menunjukan 24.000 kasus klinis sejauh ini telah dilaporkan.
"Untuk anak-anak yang kekurangan gizi, campak adalah hukuman mati. Kita akan melihat lebih banyak kematian jika kita tidak bergerak cepat," kata Harris. (C)
Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim
Editor: Fitrah Nugraha