4 Tahun Natal di Papua, Ketum GAMKI Sebut Orang Asli Papua Selalu Ketakutan
Try Wahyudi Ary Setyawan, telisik indonesia
Selasa, 28 Desember 2021
0 dilihat
Ketua Umum GAMKI, William Wandik. Foto: Yudhie/Telisik
" Selama 4 tahun perayaan Natal di Papua, keluarga Orang Asli Papua (OAP) tak pernah merasakan kebahagiaan, melainkan penuh duka dan air mata "
SURABAYA, TELISIK.ID - Ketua Umum DPP GAMKI (Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia) William Wandik mengatakan, selama 4 tahun perayaan Natal di Papua, keluarga Orang Asli Papua (OAP) tak pernah merasakan kebahagiaan, melainkan penuh duka dan air mata.
“Sejak empat tahun yang lalu, dalam momentum perayaan Natal pada akhir tahun 2018, operasi militer dimulai di wilayah Nduga, Tanah Papua. Status Quo, "operasi militer" hingga Desember 2021 ini tidak menunjukkan pertanda akan berakhir,” katanya, Selasa (28/12/2021).
Pria yang juga politisi Demokrat ini mengatakan, di Tanah Papua, situasi berbeda justru terjadi pada setiap perayaan Natal, di mana aksi saling balas dendam, saling menumpahkan darah, antara kelompok bersenjata versus aparat personel militer dan kepolisian, terus berlanjut.
Korban tewas dari dua belah pihak terus berjatuham, seperti menghitung angka-angka kematian yang telah lazim diwartakan oleh media nasional.
“Suasana operasi militer di Tanah Papua selalu digambarkan sebagai peristiwa penegakan kedaulatan oleh personel militer dan kepolisian,
"Kampanye nilai-nilai heroisme melawan para pemberontak. Padahal, di balik konflik bersenjata tersebut ada ratusan ribu hingga jutaan OAP yang tersebar di 4 kabupaten yang menjadi basis operasi militer, tidak merasakan suka cita perayaan Natal,” terangnya.
Anggota Komisi V DPR RI ini mengatakan, perayaan Natal yang sebelumnya ramai dengan dekorasi lampu hias dan pohon Natal di sudut-sudut rumah dan kampong, kini gelap gulita, berganti dengan suasana horor dan menakutkan akan adanya peristiwa berdarah yang terus berlangsung dari hari ke hari.
“Bagi mereka yang tidak merasakan bagaimana kampung-kampung mereka dijadikan basis operasi militer, tentunya akan mudah mengatakan bahwa kehadiran aparat militer dan kepolisian dalam tugas operasi militer adalah untuk memberikan jaminan keamanan,” tambahnya.
Baca Juga: Presiden Jokowi akan Keliling Waduk Menggunakan Perahu Naga di Koltim
Dibeberkan olehnya, di sepanjang 4 kali perayaan Natal, sejak Natal di tahun 2018 hingga perayaan di tahun 2021 ini, suasana kedamaian, suka cita, dan suasana religius dalam merayakan hari Natal tidak pernah dirasakan oleh OAP (Orang Asli Papua).
“Justru yang terjadi adalah teror ketakutan yang terus menghantui kehidupan masyarakat di kampung-kampung, yang selama beberapa tahun bahkan membangun pelayanan di gereja sekalipun tidak dapat dilakukan karena umat harus hidup berpindah-pindah dari dan ke shelter pengungsian untuk sekedar mencari rasa aman,” jelasnya.
Baca Juga: Dewan Melunak, RDP Pronyek Pengaspalan di Kolut Hasilkan Tiga Putusan
Dengan fakta-fakta tersebut, kata Wandik, GAMKI menyatakan sikap terutama kepada presiden, Panglima TNI, dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia, bahwa karena umat Kristen di Tanah Papua telah mendapatkan jaminan keselamatan seperti yang dijanjikan dalam Al-Kitab, namun perayaan Natal di "Tanah Injil" Tanah Papua terus dihantui dengan kebijakan operasi militer yang telah menciptakan konflik berdarah selama 4 kali perayaan Natal, maka tentunya Tuhan juga akan mengadili sikap para pemimpin di negeri ini yang telah menumpahkan darah di Tanah Injil, Tanah Papua. (C)
Reporter: Try Wahyudi Ari Setyawan
Editor: Haerani Hambali