Ada 15-20 Wisatawan Tenggelam di Sungai Aare dalam Setahun, Diduga Ini Penyebabnya
Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Minggu, 29 Mei 2022
0 dilihat
Sungai Aare dengan keindahannya yang berada di Bern, Swiss, kini menjadi perbincangan. Foto: Repro google.com
" Pada tahun 2013 setidaknya ada 24 orang tenggelam di Sungai Aare. Menurut Swiss Lifesaving Society, mayoritas korbannya adalah pria muda "
BERN, TELISIK.ID - Sungai Aare yang berada di Bern, Swiss, kini menjadi perbincangan tidak hanya oleh warganet, tapi juga berbagai tokoh nasional.
Melansir detik.com, Sungai Aare menjadi viral karena menjadi tempat hilangnya putra sulung Ridwan Kamil, Emmeril Khanz Mumtadz alias Eril. Ternyata kejadian serupa sudah sering terjadi.
Di mana dalam satu tahun, terdapat kejadian serupa yakni sebanyak 15-20 kasus.
Dikutip dari situs swissinfo.ch, pada tahun 2013 setidaknya ada 24 orang tenggelam di Sungai Aare. Menurut Swiss Lifesaving Society, mayoritas korbannya adalah pria muda.
Laporan lain menunjukkan sejumlah orang di komunitas traveling juga sempat menyinggung bahaya berenang di Sungai Aare.
Termasuk ada juga peringatan dari traveler bahwa sungai itu memiliki pusaran yang kerap tak terduga bagi perenang.
Salah satunya seseorang dengan akun Mari, menulis di kolom komunitas pada situs ricksteves.com pada 2019.
Dalam postingan itu disebutkan pula kasus remaja putri tenggelam, padahal ia termasuk jago berenang. Disebutkan pula sebuah peringatan bahwa sungai itu memiliki pusaran yang kerap tak terduga bagi perenang.
Baca Juga: Unik, Desa di Negara Ini Gunakan Siulan Sebagai Bahasa Sehari-hari
Halo semuanya, jika ada orang yang menuju ke Bern dan tergoda untuk berenang di Aare (rekomendasi Rick Steves), Anda harus tahu bahwa Kota Bern telah mengeluarkan imbauan karena sungai itu secara historis berada pada level tinggi dan berbahaya sekarang," tulisnya.
"Minggu lalu seorang gadis 16 tahun yang merupakan perenang sangat kuat, tenggelam. Ada pusaran, terutama di sekitar pemecah gelombang dan jembatan, yang bisa menarik Anda ke bawah," katanya lagi.
"Sangat indah untuk berjalan-jalan (di sekitar sungai), tetapi tidak begitu baik untuk berenang sekarang. Terima kasih!" dia menambahkan.
Selain itu, ada juga imbauan senada yang disampaikan traveler di situs Tripadvisor.com. Akun bernama Roland juga mengatakan, Sungai Aare berbahaya. Apalagi bagi yang belum berpengalaman berenang di Sungai Aare.
Ia menuliskan peringatan tersebut belum lama, yakni pada 8 April 2022.
"Sungai Aare sangat berbahaya. Jika anakmu belum pernah berenang di sungai sebelumnya, saya sangat tidak merekomendasikan untuk berenang! Terutama tidak di Bern," tulisnya.
"Setiap tahun kita membaca sejumlah orang tewas tenggelam atau terjadi kecelakaan pada perenang di Aare," katanya.
Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Muliaman D Hadad juga mengatakan, setidaknya ada 15 hingga 20 kasus serupa yang terjadi di Sungai Aare dalam waktu satu tahun.
"Mereka memperoleh informasi tiap tahun kejadian serupa terjadi 15-20 kasus setiap tahun," kata Muliaman saat konferensi pers virtual, dikutip dari detik.com, Sabtu (28/5/2022).
Menurut Muliaman, banyaknya kasus orang tenggelam maupun hilang di Sungai Aare disebabkan karena lokasi tersebut merupakan tempat wisata yang banyak didatangi warga.
Bukan hanya menyaksikan keindahan Sungai Aare, wisatawan biasanya berenang dan bermain di air.
Baca Juga: 10 Orang Terkaya di Swiss Tempat Hilang Anak Ridwan Kamil, Nomor 1 Bikin Melongo
"Jadi kenapa cukup banyak karena bisa disampaikan ini tempat orang berenang (wisata) jadi kasusnya 15-20 setahun," kata dia.
Jumlah orang tenggelam membuat pemerintah setempat memberikan peringatan kepada orang yang datang.
Selain lewat papan-papan peringatan yang dipasang di lokasi, pemerintah setempat juga menyediakan sarana informasi tentang suhu air hingga deras arus Sungai Aare di website resmi.
"Seperti yang saya saksikan selain warning di lokasi setiap saat kita bisa mengecek website dari pemerintah lokal bagaimana suhu air hari ini termasuk perkiraan deras arus. Jadi selalu disampaikan," ujarnya.
"Jadi memang cukup banyak informasi yang bisa diakses masyarakat. Jadi masyarakat mengacu ke sumber informasi seperti itu," dia menambahkan. (C)
Penulis: Fitrah Nugraha
Editor: Haerani Hambali