Ahli Temukan Virus Mirip COVID-19 di China

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Senin, 28 November 2022
0 dilihat
Ahli Temukan Virus Mirip COVID-19 di China
Ahli virologi menemukan virus mirip COVID-19 pada tubuh kelelawar. Penelitian ini dilakukan para peneliti China dan Australia dari Universitas Sun Yat-sen di Shenzhen. Foto: Repro arsctechnica.com

" Penelitian terbaru yang dilakukan para peneliti China dan Australia dari Universitas Sun Yat-sen di Shenzhen, menemukan virus baru mirip COVID-19 "

CHINA, TELISIK.ID - Penelitian terbaru yang dilakukan para peneliti China dan Australia dari Universitas Sun Yat-sen di Shenzhen, menemukan virus baru mirip COVID-19.

Mengutip Sindonews.com, ahli virologi menemukan virus ini pada tubuh kelelawar di selatan negara itu. Para peneliti di China mengambil sampel dari 149 kelelawar dari 15 spesies di seluruh Provinsi Yunnan dan menemukan lima jenis baru virus yang mengkhawatirkan karena berpotensi menulari manusia dan hewan ternak.

Dilansir dari health.detik.com, para peneliti mengambil sampel dari 149 kelelawar di seluruh Provinsi Yunnan, yang berbatasan dengan Laos dan Myanmar. Dari total tersebut, teridentifikasi lima virus kemungkinan patogen bagi manusia atau ternak, di antaranya ditemukan virus corona kelelawar atau BtSY2 yang terkait erat dengan SARS-CoV-2 dan SARS.

Ahli Biologi Evolusi dan Ahli Virologi di University of Sydney, Prof Eddie Holmes mengatakan virus tersebut mirip SARS-CoV-2.

Baca Juga: Ilmuwan Hidupkan Sejumlah Virus Berusia Puluhan Ribu Tahun Akibat Pemanasan Global

"Ini berarti virus mirip SARS-CoV-2 masih beredar di kelelawar China dan terus menimbulkan risiko kemunculan," katanya, dikutip dari health.detik.com.

Ahli Virologi Universitas Nottingham, Profesor Jonathan Ball mengatakan, yang paling mengkhawatirkan adalah frekuensi jenis virus yang menginfeksi kelelawar dalam waktu bersamaan karena berpotensi memicu varian baru.

Baca Juga: 3 Fakta Tanaman Bunga Matahari Mampu Redam Reaksi Nuklir

“Ini dapat menyebabkan virus yang ada mengubah sedikit kode genetiknya melalui proses yang dikenal sebagai rekombinasi untuk membentuk patogen baru ," ungkapnya dikutip dari Sindonews.com.

Penelitian ini dipimpin oleh para ilmuwan dan pakar dari Universitas Sun Yat-sen di Shenzhen, Institut Pengendalian Penyakit Endemik Yunnan dan Universitas Sydney dan dirinci dalam penelitian yang baru-baru ini diterbitkan. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga