Al Quran sebagai Obat Pertama dan Utama Rukiah

Muhammad Israjab, telisik indonesia
Jumat, 06 November 2020
0 dilihat
Al Quran sebagai Obat Pertama dan Utama Rukiah
Imam Supriyadi, S. HI,. MH. (kanan) dengan Gus Baha' atau KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim (kiri). Foto: Repro wartanu.com

" Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian. "

KENDARI, TELISIK.ID - Banyak orang khususnya muslim di Indonesia mempunyai persepsi yang kadang beranggapan bahwa rukiah hanya untuk mengusir jin.

Namun, Al Quran adalah obat bagi manusia. Tentu saja sebagai obat pertama dan utama. Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Isra ayat 82, yang berbunyi :

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian”.

Tulisan Imam Supriyadi, S.HI,. MH. (Ketua Jam’iyah Ruqyah Aswaja (JRA) Bondowoso, bahwa rukiah, menjadikan al Quran sebagai obat pertama dan utama. Berikut ulasannya yang dilansir dari  WARTANU:

1. Terapi Rukiah Aswaja

Bagi perukiah adalah orang yang mempunyai akidah yang bersih dan murni, mempunyai pemahaman yang utuh tentang agama dan mempunyai niat dalam merukiah.  

Jam’iyah Ruqyah Aswaja (JRA) dalam praktiknya, melakukan cara pengobatan dengan doa-doa yang masyhur dari Rasulullah SAW, serta juga ayat-ayat al Quran untuk mengobati berbagai macam penyakit medis ataupun non medis.

Dr Dossey, salah seorang dokter lulusan universitas Texas, setelah mengumpulkan beberapa penelitian tentang terapi doa, dia menemukan bahwa ternyata doa dapat mengendalikan sel-sel kanker, sel-sel pemicu sel-sel darah merah, enzim, bakteri jamur dan sebagainya.

Sementara, William G. Braud direktur riset di Institut of Transpersonal Psychologi di Palo Alto, melaporkan bahwa manusia mampu mempengaruhi secara mental dan dari jarak jauh.

Berbagai sasaran biologis misalnya bakteri koloni, algae semacam tumbuhan tanaman, protozoa, larva semut dan sebagian besar sasarannya mempengaruhi gerakan mata, gerakan motorik, kegiatan elektrodermal, kegiatan pletismografik, pernafasan dan irama otak.

Maka, ini menunjukkan bahwa doa dan kegiatan pikiran manusia dapat mempengaruhi makhluk (parasit di dalam tubuh) termasuk kesehatannya.

Baca juga: Ini Panduan Memperlakukan Istri yang Tidak Taat pada Suami

Dalam teori magnet rezeki, ketika doa diucapkan dari seseorang yang berpikiran positif dan tertuju kepada orang yang dituju dengan tujuan positif tanpa tendensi apa-apa akan menjadi kekuatan terijabahnya doa itu.

Hal ini menunjukkan mukjizat al Quran yang bisa digunakan sebagai sarana pengobatan.

Salah satu dokter yang mempunyai perhatian khusus terhadap anak-anak indigo, dr H Tubagus Erwin Kusuma Sp. Kj., mengatakan, air yang dibacakan doa ataupun mantra akan mengubah molekul air dan dapat digunakan sebagai obat.

Sebuah penelitian di Jepang yang dilakukan Dr Masaru Emoto menunjukkan bahwa struktur molekul air akan berubah bila diberi kata-kata atau suara.

Ia kemudian menjelaskan bahwa tubuh manusia kurang lebih 70?alah air. Maka, akan ada perubahan bila diberi kata-kata suara atau doa.

Perubahan ini dalam struktur air dalam tubuh akan mempengaruhi tingkat kesehatan manusia.

Penelitian dan eksperimen di atas menunjukkan bahwa secara tidak langsung, membuktikan bahwa terapi rukiah yang diambil dari bacaan-bacaan al Quran dan doa-doa yang diajari oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bisa dijadikan sarana pengobatan dan akan mempengaruhi terhadap penyembuhan fisik seseorang yang sakit, baik secara medis ataupun non medis.

2. Rukiah Sebagai Sarana Dakwah

Saat ini, komunitas ataupun kelompok perukiah yang pemahaman keagamaannya tidak sesuai dengan Ahlussunnah wal Jamaah kian berkembang.

Bahkan, mereka mudah mengkafirkan, membid’ahkan, mensyirikkan amaliah-amaliah yang sudah diajarkan oleh leluhur salafus sholeh, terutama para Wali Songo.

Dalam sejarah, Wali Songo berdakwah dan menyebarkan Islam di Indonesia salah satunya dengan sarana pengobatan Islam yang turun temurun. Istilah pengobatan yang diajarkan oleh Wali Songo diketahui oleh masyarakat luas.

Baca juga: Hukum Menikahi Anak Perempuan yang Belum Haid

Orang-orang Jawa mengenalnya dengan istilah “suwuk”, sedangkan orang Madura mengenalnya dengan istilah "sembur".

Sarana pengobatan ini sangatlah efektif bukan hanya menyembuhkan penyakit medis ataupun non medis, tapi juga mengislamkan nusantara ini yang sebelumnya menganut kepercayaan animisme dan dinamisme maupun Hindu dan Budha.

Proses penyembuhan dengan metode rukiah ini mengandung nilai-nilai psikologis.

Orang yang sakit kemudian sembuh akan mengalami kepatuhan dan kepasrahan, karena sakit yang sudah dideritanya itu sembuh dengan cara instan.

Mereka beranggapan, bahwa ini adalah keajaiban dari Allah Subhanahu Wata'ala, dan keajaiban tersebut hanya diberikan kepada orang orang-orang tertentu (pilihan Allah Subhanahu Wata'ala).

Suatu ketika, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dalam kitab sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih menceritakan Kharijah Ibnul Shilt :

“Aku datang kepada Nabi SAW dan masuk Islam. Kemudian aku pulang, aku bertemu dengan suatu kaum. Di antara mereka terdapat seorang laki-laki gila dalam keadaan diikat dengan belenggu besi. Lalu keluarganya berkata, sesungguhnya kami mendapat berita bahwa temanmu itu (Nabi SAW) telah datang dengan membawa kebaikan. Apakah kau punya sesuatu untuk mengobatinya? Aku merukiahnya dengan fatihatul kitab ternyata ia sembuh. Komandan mereka, keluarga si sakit memberikan seekor kambing. Aku datang kepada Nabi SAW dan menceritakan hal itu kepadanya, lalu beliau bersabda apakah engkau mengucapkan selain itu? Aku menjawab, tidak. Beliau SAW bersabda: Ambillah ternak itu demi umurku. Sesungguhnya orang yang memakan dari hasil rukiah batil tidak boleh, tetapi engkau makan dari rukiah yang benar.”

Kisah ini mengindikasikan, bahwasanya doa yang dibacakan dari bacaan ayat-ayat al Quran dan As-Sunnah adalah sesuatu yang halal dan mendapatkan apresiasi kategori sunnah taqririyah dari Rasulullah SAW.

JRA Sayap Dakwah LDNU

Jam’iyah Ruqyah Aswaja (JRA) saat ini sudah memiliki banyak cabang, yang tersebar di sejumlah provinsi dan kabupaten.

Kemudian JRA sendiri merupakan sayap dakwah LDNU, yang memiliki spirit dan motivasi semangat Qurani untuk menjadikan al Quran sebagai pedoman hidup, sebagai rujukan dalam kehidupan, bahkan sebagai pengobatan utama, bukan pengobatan alternatif bagi orang yang sakit. (C)

Reporter: Muhammad Israjab

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga