Bahaya, Jangan Ucapkan Ini Pada Penderita Gangguan Mental

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Kamis, 06 Januari 2022
0 dilihat
Bahaya, Jangan Ucapkan Ini Pada Penderita Gangguan Mental
Ilustrasi orang yang terkena gangguan mental. Foto: Repro Halodoc.com

" Apa yang kita ucapkan bisa membuat penderita gangguan mental semakin terpuruk dan menyebabkan gejala yang mereka alami semakin parah "

KENDARI, TELISIK.ID - Data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan, lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Dilansir dari Kompas.com, jumlah tersebut diperkirakan akan semakin meningkat mengingat tekanan kehidupan semakin besar di tambah kondisi pandemi yang tak kunjung usai.

Terlepas dari hal tersebut, banyak penderita gangguan kesehatan mental yang tak mendapat pengobatan layak dan seringkali mendapat siksaan emosional karena takut akan stigma orang lain.

Selain itu, apa yang kita ucapkan juga bisa membuat penderita gangguan kesehatan mental semakin terpuruk dan menyebabkan gejala yang mereka alami semakin parah.

Apa yang kita ucapkan bisa saja merusak mental dan emosi seseorang. Karena itu, kita harus berhati-hati dengan apa yang keluar dari mulut kita.

Berikut ini 5 hal yang tak boleh Anda ucapkan pada penderita gangguan kesehatan mental:

1. Jangan merasa paling menderita

Ungkapan semacam itu mungkin Anda ucapkan tanpa bermaksud menyakiti hatinya. Namun, hal tersebut bisa memicu luka jika diucapkan pada orang dengan gangguan mental.

Ucapan semacam itu juga terkesan meremehkan "siksaan" yang benar-benar dihadapi oleh seseorang dengan penyakit mental.

Daripada mengatakan hal tersebut, lebih baik peluk mereka dan tanyakan apa yang mereka butuhkan agar bisa merasa tenang.

Jika Anda tak mampu menolong mereka, cukup ada di sampingnya dan menjadi pendengar yang baik untuk mereka.

2. Jangan terlalu memikirkan hal-hal kecil, tenang!

The Anxiety and Depression Association of America (ADA) menyebutkan bahwa 40 juta orang dewasa memiliki gangguan kecemasan.

Pada penderita kecemasan, rasa atau hal yang kita anggap sepele bisa jadi masalah besar buat mereka. Hal tersebut bukan karena mereka berlebihan tapi karena penyakit yang mereka derita.

Mengucapkan hal tersebut hanya membuat mereka semakin merasa tak diterima.

Sebaiknya, Anda tidak bertindak menghakimi. Yang perlu Anda lakukan adalah menunjukan rasa empati dengan tidak menasehati atau mengolok-mengolokl mereka.

Agar tidak memperparah gejala yang mereka alami, sebaiknya Anda mengucapkan kalimat seperti "Ini pasti sangat sulit untukmu" atau "aku disini siap menjadi pendengarmu".

3. Ke psikiater atau psikolog hanya untuk orang yang lemah

Banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan mental namun enggan mencari pertolongan karena takut dibilang lemah.

Anggapan seperti itu sama saja melanggengkan stigma negatif terhadap kesehatan mental. Padahal, pergi ke psikolog atau psikiater bukan berarti kita lemah.

Baca Juga: Simak 4 Manfaat Push Up untuk Tubuh dan Kesehatan Kamu

Dilansir dari Halodoc.com, tidak ada penyebab tunggal dari penyakit mental. Tanda psikologis terganggu biasanya berasal dari berbagai faktor (kadang-kadang dalam kombinasi).

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mengembangkan penyakit mental: 

-Faktor biologis

Zat kimia otak memainkan peran utama dalam penyakit mental. Perubahan dan ketidakseimbangan neurotransmiter, pembawa pesan kimiawi di dalam otak, sering dikaitkan dengan gangguan mental.

-Paparan zat

Anak-anak yang terpapar zat tertentu di dalam rahim mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit mental. Misalnya, jika ibu minum alkohol, menggunakan obat-obatan, atau terpapar bahan kimia atau racun berbahaya saat hamil, anak mungkin berisiko lebih tinggi.

-Faktor genetik

Para ahli telah lama mengetahui bahwa banyak penyakit mental cenderung diturunkan dalam keluarga, menunjukkan adanya komponen genetik. Orang yang memiliki kerabat dengan penyakit mental, seperti autisme, gangguan bipolar, depresi berat, dan skizofrenia, mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit itu. (C)

Baca Juga: Ternyata Ada Cara Sehat Minum Kopi, Yuk Simak

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga