Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Tenggara, Asmar. Foto: Fitrah/Telisik
" Program ayah asuh anak stunting menjadi salah satu program yang digalakkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara nasional, termasuk di Sulawesi Tenggara "
KENDARI, TELISIK.ID - Program ayah asuh anak stunting menjadi salah satu program yang digalakkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara nasional, termasuk di Sulawesi Tenggara.
Program tetsebut sudah dilakukan sejak tahun 2022 lalu. Untuk 2023 ini, BKKBN Sulawesi Tenggara bakal lebih memaksimalkan program tersebut. Pasalnya, program itu dilakukan sebagai upaya untuk menyukseskan program percepatan penurunan stunting.
Kepala BKKBN Sulawesi Tenggara, Asmar mengatakan, program bapak asuh akan cukup membantu anak yang terdeteksi mengalami stunting dalam memenuhi kebutuhan gizinya.
Konsep program Bapak Asuh Stunting sama dengan program orang tua asuh kebanyakan, yakni pihak donator membantu anak asuhnya, namun kali ini sasarannya adalah anak-anak stunting yang berasal dari keluarga tidak mampu.
Pada umumnya, tambah dia, sebagian besar anak mengalami stunting karena kekurangan gizi, baik saat masih dalam kandungan maupun saat beranjak usia anak-anak.
“Kalau di Sulawesi Tenggara ini ada beberapa yang sudah bersedia jadi ayah asuh untuk anak stunting, seperti komandan Korem, bupati, wakil bupati. Jadi ini program nasional yang diteruskan hingga ke daerah,” ujarnya.
Saat ini, BKKBN Sulawesi Tenggara terus menjalin koordinasi dengan berbagai kepala daerah untuk percepatan penurunan stunting, mengingat stuning merupakan masalah yang memerlukan kerjasama semua pihak.
Untuk lebih memaksimalkan program ini di tahun 2023, kata dia, pihaknya mendorong para pejabat daerah dan pengusaha untuk terlibat dengan menjadi ayah asuh bagi anak stunting.
“Jadi sudah ada beberapa kepala daerah yang mendorong para pejabat seperti kepala dinas untuk menjadi ayah asuh anak stunting ini,” ujarnya.
Untuk penyaluran bantuan gizi ini, lanjut dia, dapat langsung dilakukan oleh donator kepada anak yang menjadi asuhannya selama enam bulan.
Sebelumnya, Ketua Tim Kerja Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi Perwakilan BKKBN Sulawesi Tenggara, Agus Salim mengungkapkan, upaya dalam percepatan penurunan stunting dapat dilakukan dalam berbagai hal, di antaranya peran pemerintah daerah untuk menerapkan bapak/bunda asuh anak stunting.
Di mana kata dia, program bapak asuh anak stunting sedikitnya dapat memberikan kesejahteraan kepada keluarga yang berisiko stunting.
Pada prinsipnya, program bapak asuh anak stunting atau BAAS diperuntukkan bagi siapa saja yang memiliki kelebihan harta untuk bisa membantu anak yang mengalami stunting dalam memenuhi kebutuhan gizi.
“Suksesnya percepatan penurunan stunting ini bukan hanya menjalankan satu program saja seperti bapak asuh anak stunting ini, tetapi juga beberapa program lainnya terus dilakukan,” pungkasnya. (B-Adv)