Bulan Terbelah, Dahsyatnya Mukjizat Rasulullah SAW

Haerani Hambali, telisik indonesia
Jumat, 18 Maret 2022
0 dilihat
Bulan Terbelah, Dahsyatnya Mukjizat Rasulullah SAW
Foto yang membuktikan bahwa bulan pernah terbelah. Foto: Repro syamilquran.com

" Peristiwa terbelahnya bulan adalah salah satu mukjizat dahsyat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang wajib kita imani "

KENDARI, TELISIK.ID - Kisah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam membelah bulan benar-benar menakjubkan hingga membuat Raja penyembah berhala dari Syam, Habib bin Malik, bersyahadat dan sujud syukur.

Dilansir Sindonews.com dalam terjemahan Kitab Durrotun Nashihin Bab Mu'jizat Nabi Muhammad Karya Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawiyyi dikisahkan, pada zaman Rasulullah hiduplah raja bernama Habib bin Malik di Syam. Dia adalah penyembah berhala yang fanatik dan menentang serta membenci agama yang didakwahkan Rasulullah.

Suatu hari Abu Jahal menyurati Raja Habib bin Malik perihal Rasulullah. Surat itu membuatnya penasaran dan ingin bertemu dengan Nabi Muhammad dan membalas surat itu ia akan berkunjung ke Makkah.

Pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah ia dengan 10.000 orang ke Makkah. Sampai di Desa Abtah, dekat Makkah, ia mengirim utusan untuk memberitahu Abu Jahal bahwa dia telah tiba di perbatasan Makkah. Maka Abu Jahal pun menyambut Raja Hanib bersama pembesar Quraisy.

"Seperti apa sih Muhammad itu?" tanya Raja Habib setelah bertemu dengan Abu Jahal.

"Sebaiknya Tuan tanyakan kepada Bani Hasyim," jawab Abu Jahal.

Lalu Raja Habib menanyakan kepada Bani Hasyim. "Di masa kecilnya, Muhammad adalah anak yang bisa dipercaya, jujur, dan baik budi. Tapi, sejak berusia 40 tahun, Ia mulai menyebarkan agama baru, menghina dan menyepelekan tuhan-tuhan kami. Ia menyebarkan agama yang bertentangan dengan agama warisan nenek moyang kami," kata salah seorang dari keluarga Bani Hasyim.

Raja Habib makin penasaran dan ia memerintahkan untuk menjemput Rasulullah dan memaksa bila ia tidak mau datang. Dengan menggunakan jubah merah dan sorban hitam, Rasulullah datang bersama Abu Bakar As-Shiddiq dan istri tercinta Sayyidah Khadijah radhiyallahu 'anha.

Sepanjang jalan Khadijah menangis karena khawatir akan keselamatan suaminya, demikian pula Abu Bakar. "Kalian jangan takut, kita serahkan semua urusan kepada Allah" kata Rasulullah.

Setibanya di Desa Abthah, Nabi Muhammad disambut dengan ramah dan dipersilahkan duduk di kursi yang terbuat dari emas. Ketika Rasulullah duduk di kursi itu, memancarlah cahaya kemilau dari wajahnya yang berwibawa, sehingga yang menyaksikannya tertegun dan kagum.

Maka berkata Raja Habib, "Wahai Muhammad, setiap Nabi memiliki mukjizat, mukjizat apa yang Engkau miliki?"

Baca Juga: Anjuran Perbanyak Istighfar di Malam Nisfu Syaban

Dengan tenang, Rasulullah balik bertanya, "Mukjizat apa yang Tuan kehendaki?"

"Aku menghendaki matahari yang tengah bersinar engkau tenggelamkan, kemudian munculkanlah bulan. Lalu turunkanlah bulan ke tanganmu, belah menjadi dua bagian, dan masukkan masing-masing ke lengan bajumu sebelah kiri dan kanan. Kemudian keluarkan lagi dan satukan lagi. Lalu suruhlah bulan mengakui engkau adalah Rasul. Setelah itu kembalikan bulan itu ke tempatnya semula. Jika engkau dapat melakukannya, aku akan beriman kepadamu dan mengakui kenabianmu," kata Raja Habib.

Mendengar itu, Abu Jahal sangat gembira karena yakin pasti Rasulullah tidak dapat melakukannya. Dengan tegas dan yakin Rasulullah menjawab: "Aku penuhi permintaan Tuan."

Kemudian Rasulullah berjalan ke arah Gunung Abi Qubaisy dan salat dua rakaat. Usai salat, Beliau berdoa dengan menengadahkan tangan tinggi-tinggi, agar permintaan Raja Habib terpenuhi.

Seketika itu juga tanpa diketahui oleh siapapun turunlah 12.000 Malaikat. Maka berkatalah Malaikat Jibril: "Wahai Rasulullah, Allah menyampaikan salam kepadamu."

Allah berfirman, "Wahai kekasih-Ku, janganlah engkau takut dan ragu. Sesunguhnya Aku senantiasa bersamamu. Aku telah menetapkan keputusan-Ku sejak Zaman Azali.' Tentang permintaan Habib bin Malik, pergilah engkau kepadanya untuk membuktikan kerasulanmu. Sesungguhnya Allah yang menjalankan matahari dan bulan serta mengganti siang dengan malam."

Untuk diketahui, Habib bin Malik mempunyai seorang putri cacat, tidak memiliki kaki dan tangan kemudian matanya buta. Allah menyembuhkan anak itu, sehingga bisa berjalan, meraba dan melihat.

Lalu bergegaslah Rasulullah turun menjumpai orang kafir Quraisy, sementara bias cahaya kenabian yang memantul dari wajahnya semakin bersinar.

Ketika itu matahari telah beranjak senja. Matahari hampir tenggelam, sehingga suasananya remang-remang. Tak lama kemudian Rasulullah berdoa agar bulan segera terbit. Maka terbitlah bulan dengan sinar yang benderang.

Lalu dengan dua jari Rasulullah mengisyaratkan agar bulan itu turun kepadanya. Tiba-tiba suasana jadi amat menegangkan ketika terdengar suara gemuruh yang dahsyat.

Segumpal awan mengiringi turunnya bulan ke tangan Rasulullah. Segera setelah itu Beliau membelahnya menjadi dua bagian, lalu Beliau masukkan ke lengan baju kanan dan kiri. Tidak lama kemudian, Beliau mengeluarkan potongan bulan itu dan menyatukannya kembali.

Dengan sangat takjub orang-orang menyaksikan Rasulullah menggengam bulan yang bersinar dengan indah dan cemerlang. Bersamaan dengan itu bulan mengeluarkan suara: "Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh."

Menyaksikan keajaiban itu, pikiran dan perasaan semua yang hadir terguncang. Sungguh, ini bukan mimpi, melainkan sebuah kejadian yang nyata! Sebuah mukjizat luar biasa hebat yang disaksikan sendiri oleh Raja Habib bin Malik.

Ia menyadari, itu tak mungkin terjadi pada manusia biasa, meski ia lihat dalam ilmu sihir sekalipun. Namun, hati Raja Habib masih beku.Maka ia pun berkata: "Aku masih mempunyai syarat lagi untuk mengujimu."

Belum lagi Raja Habib sempat melanjutkan ucapannya, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memotong pembicaraan: "Engkau mempunyai putri yang tidak sempurna, bukan? Sekarang, Allah telah menyembuhkannya dan menjadikannya seorang putri yang sempurna."

Raja Habib pun terkejut karena tidak ada siapapun yang tahu penyakit anaknya itu yaitu lumpuh dan matanya buta kecuali orang-orang istana dan mereka yang dekat dengannya saja.

Baca Juga: Malam Ini Nisfu Syaban, Malam Penuh Ampunan, Disunahkan Lakukan Amalan Ini

Mendengar itu, betapa gembiranya hati Raja Habib. Spontan ia pun berdiri dan berseru, "Hai penduduk Makkah! Kalian yang telah beriman jangan kembali kafir, karena tidak ada lagi yang perlu diragukan. Ketahuilah, sesungguhnya aku bersaksi, tiada Tuhan selain Allah dan tiada sekutu baginya; dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah Utusan dan hamba-Nya!"

Melihat semua itu Abu Jahal jengkel dan marah. Dengan emosi dia berkata kepada Raja Habib: "Wahai! Raja Habib engkau beriman kepada tukang sihir ini, hanya karena menyaksikan kehebatan sihirnya?"

Namun Raja Habib tidak menghiraukannya dan berkemas untuk pulang. Sampai di pintu gerbang istana, putrinya yang sudah sempurna, menyambutnya sambil mengucapkan dua kalimat syahadat.

Tentu saja Raja Habib terkejut. "Wahai putriku, darimana kamu mengetahui ucapan itu? Siapa yang mengajarimu?"

"Aku bermimpi didatangi seorang lelaki tampan rupawan yang memberi tahu ayah telah memeluk Islam. Dia juga berkata, jika aku menjadi muslimah, anggota tubuhku akan lengkap. Tentu saja aku mau, kemudian aku mengucapkan dua kalimat syahadat," jawab sang putri.

Maka seketika itu juga Raja Habib pun bersujudlah sebagai tanda syukur kepada Allah.

Dari kejadian ini terdapat hikmah yang sangat besar yaitu, orang yang sudah menyaksikan secara langsung bukti kekuasaan Allah, dan bukti kebenaran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sekalipun, dengan sangat jelas dan sempurna, tanpa kekurangan dan kecacatan sama sekali, belum tentu mendapatkan hidayah Islam, bahkan kejadian itu sama sekali tidak berfaedah bagi orang-orang yang sudah keras kepala.

Melansir Republika.co.id, peristiwa terbelahnya bulan ini juga tercatat di dalam Al-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qomar ayat 1: “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” (C)

Reporter: Haerani Hambali

Baca Juga