Cerita Tukang Sol Sepatu, Bertahan di Tengah Pandemi Demi Nafkahi Keluarga

Siswanto Azis, telisik indonesia
Sabtu, 07 Agustus 2021
0 dilihat
Cerita Tukang Sol Sepatu, Bertahan di Tengah Pandemi Demi Nafkahi Keluarga
Tukang sol sepatu. Foto: Siswanto Azis/Telisik

" Meski usianya tak lagi muda, Basai masih terus bersemangat menekuni profesinya sebagai tukang sol sepatu di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. "

KENDARI, TELISIK.ID - Meski usianya tak lagi muda, Basai masih terus bersemangat menekuni profesinya sebagai tukang sol sepatu di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Di tengah kemajuan zaman dan makin canggihnya produsen sepatu, Basai yang telah puluhan tahun menekuni profesi tukang sol sepatu ini mengaku makin jarang orang menggunakan jasanya untuk memperbaiki sepatu.  

Pria yang kini telah berusia 54 tahun ini, biasa menjajakan usahanya di Jalan Drs H. Abd Silondae, depan SPBU Rabam.

Dalam menjalankan usahanya ini, ia mengakui jika pandemi COVID-19 makin memperparah situasi yang sebelumnya sudah sulit, di tambah lagi peraturan PPKM dari pemerintah.

Sebagai tukang sol sepatu, Basai kini hanya bisa pasrah sambil terus berharap anaknya bisa memperoleh pendidikan di perguruan tinggi sampai selesai. 

“Alhamdulillah, walaupun hanya menjahit sepatu, saya bisa membiayai anak saya untuk masuk di salah satu perguruan tinggi di Sulawesi Tenggara,” kata Basai kepada Telisik.id, Sabtu (7/8/2021).

Alasan itulah yang membuat Basai masih terus bertahan dengan profesi sebagai tukang sol sepatu, dimana ia sudah melakoni usahanya ini sejak 15 tahun yang lalu.

Baca juga: Giona Nur Alam Bagikan Sembako ke Warga Terdampak PPKM

Baca juga: Buka Pos Pengaduan Lingkungan Hidup, DLHK Kendari Siapkan Dua Shift

“Biar pendapatan menurun, saya tetap bertahan di sini. Toh, ini kan pekerjaan saya dari dulu, kalau ini ditinggalkan, anak istri mau makan apa," ujarnya.

Di tengah penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala Mikro oleh Pemkot Kota Kendari ini, sudah pasti mempengaruhi jumlah pendapat yang ia dapat dari hasil sol sepatu.

Dimana, ia juga mengatakan, tidak sedikit teman seprofesi yang gulung tikar lantaran tidak bisa bertahan karena minimnya pelanggan.

"Banyak kawan saya sesama penjahit yang berhenti dan memutuskan untuk menutup tempat usahanya," ungkap Basai.

Ia mengaku, pendapatannya di tengah pandemi saat ini sangat jauh berbeda dengan sebelum pandemi. Biasanya dirinya mendapatkan orderan sebanyak 10 sepatu untuk di jahit dalam sehari.

"Kini sangat berkurang, dalam satu hari dapat orderan satu saja, bagi saya sudah lumayan," tuturnya.

Ia pun berharap pandemi ini bisa cepat berlalu, dan masyarakat bisa beraktivitas seperti biasanya. Anak sekolah bisa sekolah lagi, dan mahasiswa bisa kuliah langsung di kampusnya.

"Dengan itu, kita sebagai penjahit sepatu, bisa kembali mendapatkan orderan lagi," pungkasnya. (C)

Reporter: Siswanto Azis

Editor: Fitrah Nugraha

Baca Juga