Dahsyatnya Bahaya dan Dosa Menggibah yang Harus Dihindari

Irawati, telisik indonesia
Kamis, 11 November 2021
0 dilihat
Dahsyatnya Bahaya dan Dosa Menggibah yang Harus Dihindari
Gibah adalah salah satu perbuatan dosa yang dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Foto: Repro muslimahdaily.com

" Gibah, secara tak sadar banyak orang sering melakukan. Padahal, dosanya sangat besar dan bisa mendatangkan ancaman siksa kubur di akhirat "

KENDARI, TELISIK.ID - Gibah, secara tak sadar banyak orang sering melakukan. Padahal, dosanya sangat besar dan bisa mendatangkan ancaman siksa kubur di akhirat.

Gibah adalah salah satu perbuatan dosa yang dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam kehidupan sehari-hari, gibah adalah perbuatan yang sangat mudah dilakukan, bahkan tanpa disadari. Gibah menjadi istilah populer dalam masyarakat untuk menyebut perilaku bergunjing atau bergosip.

Dikutip dari liputan6.com, secara etimologi, gibah berasal dari bahasa Arab dari kata ghaabaha yaghiibu ghaiban yang berarti ghaib, tidak hadir. Berdasarkan etimologi ini dapat dipahami, gibah adalah bentuk “ketidakhadiran seseorang” dalam sebuah pembicaraan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gibah adalah kegiatan membicarakan keburukan (keaiban) orang lain atau bergunjing.

Gibah adalah perbuatan membicarakan aib atau keburukan orang lain. Bahkan, meskipun yang dibicarakan itu sesuai kenyataan, gibah tetaplah perbuatan yang zalim.

Dalam Islam, gibah bukan perilaku yang terpuji dan sangat dilarang karena berisiko menimbulkan fitnah. Orang yang bergibah bahkan diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Selain itu, gibah adalah perbuatan yang sangat dekat dengan perbuatan tercela lainnya seperti fitnah, iri, dan dengki.

Dalam Islam, perilaku gibah adalah perilaku yang pasti akan menuai ganjaran di dunia dan akhirat. Gibah adalah perbuatan zalim yang sangat dilaknat oleh Allah Ta’ala. 

Wanita selalu diidentikkan dengan gibah atau bergosip. Perilaku ini dilaknat oleh Allah Ta’ala. Hal ini bahkan tercantum dalam Al-Qur'an dan hadis. Allah berfirman dalam Surah An-Nur ayat 19:

"Siapapun gemar menceritakan atau menyebarluaskan kejelekan saudara Muslim kepada orang lain diancam dengan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat."

Allah menggambarkan perilaku orang yang suka menggunjing dan membicarakan orang lain dalam Al-Qur'an Surah Hujurat Ayat 12:

"Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika, makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha penyayang."

Rasulullah pun, melarang umatnya untuk bergibah. Diriwayatkan dalam Hadis Tirmidzi, Rasulullah bersabda,

"Orang Islam itu saudara bagi orang Islam lain, jangan saling menghianati, jangan saling membohongi, dan jangan saling merendahkan, setiap Muslim atas Muslim yang lain itu haram rahasianya, hartanya dan darahnya, taqwa itu ada di sini (dalam hati) cukup seseorang dikatakan jelek jika memandang rendah saudaranya Muslim."

Dilansir dari dream.co.id, membicarakan apalagi sampai mencemarkan nama baik seorang Muslim yang tidak mereka sukai merupakan kemungkaran yang besar dan termasuk gibah yang diharamkan, bahkan termasuk dosa besar, berdasarkan firman Allah:

“Dan janganlah sebagian kalian gibah (menggunjing) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (Al-Hujurat/49: 12).

Berdasarkan firman Allah tersebut, orang yang menggunjing diibaratkan dengan memakan daging saudaranya yang sudah mati. Hal ini dinilai sebagai dosa besar yang harus dihindari setiap Muslimin.

Demikian pula dikatakan oleh Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “ Tahukah engkau apa itu gibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “ Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “ Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, “Jika, sesuai kenyataan berarti engkau telah menggibahnya. Jika, tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim).

Diriwayatkan, pada zaman Rasulullah SAW bila ada orang yang berbuat gibah, maka siksanya langsung diperlihatkan, sebagaimana yang terjadi pada dua orang wanita yang diperintah olehnya untuk memuntahkan darah kental dari mulutnya setelah menggunjing saudaranya.

Seiring banyaknya orang yang menggunjing, seperti sekarang ini, siksaan itu pun tak lagi diperlihatkan. Terlebih dosa besar itu, sudah dianggap sebagai hal biasa dan lumrah terjadi.

Padahal, Rasulullah SAW sudah menyatakan bahwa dosa gibah berat dari dosa zina.

“Gibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, "Bagaimana bisa?" Rasulullah SAW menjelaskan, "Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun, pelaku gibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang digibahnya,” (HR. At-Thabrani).

Tak hanya itu, diriwayatkan bahwa Allah pernah berfirman kepada Nabi Musa AS,

“Siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan bertaubat dari perbuatan gibah, maka dia adalah orang terakhir masuk surga. Dan siapa saja yang meninggal dalam keadaan terbiasa berbuat gibah, maka dia adalah orang yang paling awal masuk neraka.”

Lebih bahaya lagi, kelak di akhirat orang yang suka gibah akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah oleh orang yang digibahnya. Amal kebaikannya dibayarkan kepada orang-orang yang pernah dizaliminya, termasuk kepada orang yang telah digibahnya. Setelah amal kebaikannya habis, amal keburukan orang-orang yang dizaliminya ditimpakan kepada dirinya.

Akibatnya, dia akan menjadi orang yang bangkrut, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah SAW dalam hadis berikut ini.

Suatu hari, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian tahu siapakah orang yang bangkrut?” Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah kami adalah orang yang sudah tidak memiliki dirham dan harta benda lain.”

Ia menjelaskan, “Orang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat membawa amal salat, amal zakat, amal puasa, namun dia pernah mencaci si ini, menuduh si ini, makan harta si sini, menumpahkan darah si ini, memukul si ini sehingga yang ini dibayar dengan kebaikannya dan yang ini dibayar dengan kebaikannya. Setelah kebaikan-kebaikannya habis, sebelum semua kezaliman terbayar, maka diambillah keburukan-keburukan mereka yang pernah dizaliminya lalu ditimpakan kepada dirinya. Akibatnya, dia dilemparkan ke dalam neraka.”

Cara Agar Terhindar Dari Gibah

Secara tidak disadari perbuatan gibah ini jadi kebiasaan masyarakat. Karena mereka tidak sadar bahwasanya ini merupakan hal yang keji dan termasuk suatu dosa besar. Oleh sebab itu, dibutuhkan ilmu agar terhindar dari perbuatan gibah ini. Dan ada beberapa cara untuk menghindar dari gibah.

Mengingat Balasan Pedih untuk Pelaku Gibah

Kita harus sadar bahwasanya gibah yang diucapkan akan dicatat oleh malaikat dan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Al-Qaf : 18).

“Dan janganlah kalian mengikuti apa yang kalian tidak mengetahuinya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati itu semua akan ditanyai (dimintai pertanggung jawaban).” (QS. Al-Isra’: 36).

Baca Juga: Mau Rezeki Lancar? Baca Tiga Doa Ini Sebelum Bekerja

Menjauhi orang yang sering gibah

Tidak dapat dipungkiri lagi jika nyatanya pergaulan merupakan hal yang dapat membawa dampak besar pada kehidupan kita sehari-hari. Ketika kamu bergaul dengan orang-orang dengan kelakuan baik, maka dengan sendirinya akan ikut terpengaruh, dan melakukan hal-hal yang baik pula.

Sebaliknya, ketika kamu bergaul dengan orang yang berperilaku buruk, maka hal ini juga akan membentuk kepribadian kamu juga. Jika ingin menghindar dari perilaku gibah, tentu anda harus menghindari orang yang gemar melakukan gibah.

Dalam hadis Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran seorang teman:

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Saat kamu berada di antara para pelaku gibah kamu akan terbawa perkataan mereka dan mulai merespon setiap kata, sehingga terbentuklah gibah.

Dengan Ilmu

Orang yang mengetahui ilmu agama maka dia akan menjauhi gibah, dikarenakan ilmu yang dia dapat dari belajar atau mendengar kajian.

Diam atau Tidak Menanggapi

Agar kita tidak terjerumus dalam perkataan gibah, maka cara mudah menghindarinya adalah dengan diam.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik, atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47).

Baca Juga: Wajib Tahu, Begini Cara Memberi Nama Anak Sesuai Sunnah

Menasihati Pelaku Gibah untuk Menyudahinya

Kamu dapat mengatakan dan mengingatkan pelaku gibah bahwasannya perbuatannya itu salah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, ubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, ubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim 70).

Terkadang di dalam kehidupan ini sesuatu hal yang kita anggap biasa, enteng dan sepele  merupakan sesuatu hal yang akan membawa kita kepada bahaya atau dosa yang begitu besar dalam kehidupan kita sehari-hari. Tanpa kita sadari, seringkali membicarakan keburukan orang lain dan hal ini dianggap biasa, sepele, enteng dan lumrah. Nyatanya, ini sangat berbahaya dan kita akan mendapatkan dosa besar.

Mari kita bersama-sama untuk menghindari gibah. Semoga kita bisa menjaga diri menjauh dari perbuatan tersebut. (C)

Reporter: Irawati

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga