Keistimewaan Menikah di Bulan Syawal yang Dilakukan Rasulullah
Muhammad Israjab, telisik indonesia
Kamis, 28 Mei 2020
0 dilihat
Keutamaan menikah di Bulan Syawal dan dalilnya. Foto: Repro Nakita.Id
" Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. "
KENDARI, TELISIK.ID - Menikah adalah salah satu bentuk ibadah. Bahkan seseorang yang telah menikah juga dianggap telah menyempurnakan separuh agamanya.
Dua insan yang telah siap untuk menikah, dianjurkan untuk segera melangsungkan pernikahan tanpa menundanya lagi. Kesiapan seseorang untuk menikah tidak hanya dilihat dari usianya, namun juga kesiapan dari segi mental dan biaya.
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32).
Dikutip dari Islampos.com, Syawal merupakan bulan istimewa karena hari pertamanya (1 Syawal) merupakan hari raya Idul Fitri. Selain itu, Syawal juga istimewa karena terdapat perintah puasa 6 hari di dalamnya yang mengandung keutamaan yang besar.
Baca juga: Penetapan Pasien Positif di Bombana Dinilai Janggal
Di samping dua hal yang disebutkan di atas, Syawal juga istimewa karena identik dengan tradisi menikah. Menikah di bulan Syawal ternyata bukan hanya sekedar tradisi, tapi memang ada tuntunannya dalam Islam.
‘Aisyah Radiallahu ‘Anha istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menceritakan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan Syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘Anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal” (HR. Muslim).
Selain anjuran menikah, dalil di atas sekaligus menepis anggapan bahwa menikah di bulan Syawal adalah kesialan dan tidak membawa berkah. Anggapan tersebut merupakan keyakinan bangsa Arab Jahiliyah pada saat itu.
Dalam tradisi Arab Jahiliyah, bulan Syawal dianggap bulan sial menikah karena nggapan di bulan Syawal unta betina yang mengangkat ekornya (syaalat bidzanabiha). Ini adalah tanda unta betina tidak mau dan enggan untuk menikah, sebagai tanda juga menolak unta jantan yang mendekat. Maka para wanita juga menolak untuk dinikahi dan para walipun enggan menikahkan putri mereka.
Baca juga: Orang Tua tak Rela Anak Masuk Sekolah saat COVID-19
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menikahi ‘Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat yaitu tidak suka menikah di antara dua ‘ied (bulan Syawal termasuk di antara Idul Fitri dan Idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian. Keyakinan ini tidaklah benar.” (Al-Bidayah wan Nihayah, 3/253).
Imam An-Nawawi rahimahullah juga menjelaskan, “Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Para ulama kami (ulama syafi’iyyah) telah menegaskan anjuran tersebut dan berdalil dengan hadits ini.
Dan Aisyah Radiyallahu ‘Anhaa ketika menceritakan hal ini bermaksud membantah apa yang diyakini masyarakat jahiliyyah dahulu dan anggapan takhayul sebagian orang awam pada masa kini yang menyatakan kemakruhan menikah, menikahkan, dan membangun rumah tangga di bulan Syawal.
Dan ini adalah batil, tidak ada dasarnya. Ini termasuk peninggalan jahiliyyah yang ber-tathayyur (menganggap sial) hal itu, dikarenakan penamaan syawal dari kata al-isyalah dan ar-raf’u (menghilangkan/mengangkat).” (yang bermakna ketidakberuntungan menurut mereka)” (Syarh Shahih Muslim 9/209).
Baca juga: Hari ini dan Besok Matahari Tepat di Atas Kabah, Berikut Cara Cek Arah Kiblat
Anggapan merasa sial atau Thiyarah adalah keyakinan yang kurang baik bahkan bisa mengantarkan kepada kesyirikan. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa anggapan sial pada sesuatu itu termasuk kesyirikan.
Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Thiyarah (anggapan sial terhadap sesuatu) adalah kesyirikan. Dan tidak ada seorang pun di antara kita melainkan (pernah melakukannya), hanya saja Allah akan menghilangkannya dengan sikap tawakkal” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 429).
Hadits lain disebutkan, “Tidak ada (sesuatu) yang menular (dengan sendirinya) dan tidak ada Thiyarah sesuatu yang sial (yaitu secara dzatnya), dan aku kagum dengan al-fa’lu ash-shalih, yaitu kalimat (harapan) yang baik” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dalil tentang menikahnya Rasulullah SAW dengan Aisyah di bulan Syawal pun menjadi acuan bagi umat Islam. Sehingga pada akhirnya, selepas Ramadan, banyak yang menyebar undangan pernikahan.
Reporter: Muhammad Israjab
Editor: Rani