Demi Biaya Sekolah Anak Pedagang Sayur di Kendari Ini Rela Jualan hingga Tengah Malam

Mardianto, telisik indonesia
Jumat, 24 Mei 2024
0 dilihat
Demi Biaya Sekolah Anak Pedagang Sayur di Kendari Ini Rela Jualan hingga Tengah Malam
Adi menunggu pembeli sayur dagangannya hingga tengah malam. Foto: Mardianto/Telisik

" Alasan ia berjualan sayur hingga larut malam, agar bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya "

KENDARI, TELISIK.ID - Di tengah malam, tepatnya pukul 23.37 Wita, di depan kampus Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, ada seorang bapak penjual sayur sedang duduk termenung di depan dagangannya yang tak kunjung habis.

Bapak itu sesekali mengecek HP sembari menunggu dengan penuh harap masih ada yang datang membeli sayur dagangannya.

Adi (40), nama bapak itu. Berangkat dari Mandonga menuju depan kampus UHO, berjualan dari sore hingga larut malam demi istri dan 4 orang anaknya bisa hidup bahagia layaknya keluarga lain.

Kepada Telisik.id Kamis (23/5/2024), Adi mengaku bahwa alasan ia berjualan hingga larut malam, agar bisa mendapatkan uang untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya dan biar ke sekolah nanti mereka punya uang jajan.

Baca Juga: Lansia Asal Wakatobi Ini Sudah 25 Tahun Jualan Es Dawet Keliling

"Ya, sampai tengah malam, kadang sampai jam 01.00, karena banyak biaya-biaya yang harus dibayarkan paginya untuk sekolahnya anak-anak to,  jajannya anak-anak pergi sekolah," ungkapnya.

Diketahui juga ternyata ada anaknya yang masih bayi, butuh banyak pengeluaran, sehingga menambah semangatnya untuk mencari nafkah sebagai seorang ayah yang bertanggung jawab dan cinta keluarga.

Baca Juga: Mengintip Kehidupan Manusia Gerobak di Pinggir Jalan Kendari

Dalam sehari Pak Adi biasanya bisa mendapat Rp 100.000 dan paling tinggi Rp 200.000. Namun akhir-akhir ini pendapatannya menurun, kadang hanya Rp 50.000 per hari.

"Semenjak tahun ini agak menurunmi,  tidak tau juga karena apa. Mungkin karena banyakmi penjual di warung, di lorong-lorong juga itu ada penjual sayur, hampir setiap lorong ada, kalau tahun lalu kan belum ada," tuturnya.

Salah seorang mahasiswa yang tinggal di lorong dekat tempat Pak Adi berjualan mengaku sering melihat Pak Adi berjualan hingga tengah malam. Ia turut prihatin dan membayangkan bagaimana perjuangan orang tuanya di kampung. Tetapi ia tidak bisa membantu banyak, ia hanya bisa berdoa agar dagangan Pak Adi cepat laku dan bisa segera pulang. (B)

Penulis: Mardianto

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga