Dibuka Lowongan Pekerjaan Isap Bau Kentut di Negara Ini, Gajinya sampai Ratusan Juta

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Jumat, 07 Januari 2022
0 dilihat
Dibuka Lowongan Pekerjaan Isap Bau Kentut di Negara Ini, Gajinya sampai Ratusan Juta
Pekerjaan mencium bau kentut yang gajinya sampai ratusan juta. Foto: Screnshot Youtube

" Pekerjaan yang mudah dengan gaji yang besar menjadi hal yang diinginkan semua orang "

KENDARI, TELISIK.ID - Isap bau kentut ternyata jadi sebuah pekerjaan di negara ini, gajinya ratusan juta per bulan.

Semua orang di berbagai negara pastinya memerlukan pekerjaan untuk mendapatkan uang. Bekerja merupakan suatu kebutuhan untuk bertahan hidup.

Pekerjaan yang mudah dengan gaji yang besar menjadi hal yang diinginkan semua orang di berbagai negara.

Siapa sangka, ternyata di negara ini ada pekerjaan yang sangat unik dan mudah, diantaranya isap bau kentut. Tapi gajinya ratusan juta per bulan.

Berikut beberapa pekerjaan unik yang gajinya ratusan juta per bulan, dikutip dari Jurnalsoreang.

1. Tukang cicipi makanan hewan

Pekerjaan ini memang terdengar begitu aneh, tapi pekerjaan ini memang benar-benar ada.

Inti pekerjaan dari profesi ini yaitu mencicipi makanan hewan serta menganalisis makanan hewan tersebut apakah sudah sesuai dengan selera hewan atau belum.

Baca Juga: Orang Ini Punya Nama Terpanjang di Dunia, Dijamin Pusing Bacanya

Uniknya profesi ini menawarkan gaji yang cukup besar. Misalnya di negara Jepang.

Di negara Jepang, profesi cicipi makan hewan kabarnya digaji sekira Rp 1,2 juta hingga Rp 2,4 juta per hari.

Namun tentunya profesi ini tidak bisa dilakukan sembarang orang.

Hanya orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang nutrisi hewan dan telah memiliki sertifikat yang dapat bekerja seperti ini.

2. Pencium bau busuk

Pekerjaan ini bisa jadi sangat menjijikan, namun kabarnya pekerjaan ini merupakan pekerjaan resmi dari pemerintah Jepang.

Tentunya, hanya orang-orang yang telah memiliki sertifikat khusus yang bisa melamar pekerjaan ini.

Tugas dari profesi ini adalah menganalisis bau-bau busuk dari laporan masyarakat.

Walaupun tergolong menjijikan, namun banyak orang yang melamar pekerjaan ini.

Pasalnya, gaji yang ditawarkan untuk profesi ini sangat fantastis, sekitar Rp 3-6 miliar per tahun.

3. Isap bau kentut

Profesi ini terkesan bercanda dan menjijikkan, namun pekerjaan ini benar-benar ada dan menawarkan gaji besar. Salah-satu contoh pekerjaan ini yaitu dalam bidang pengobatan di Tiongkok.

Bau kentut merupakan indikasi yang bisa dijadikan tolok ukur penyakit yang diderita pasien. Profesi ini bertugas mencium dan menganalisis bau gas yang keluar dari sistem pencernaan manusia.

Mereka percaya bahwa dari bau kentut akan diketahui penyakit dan letak penyakit yang diderita pasien.

Bahkan, saat ini ahli kesehatan Tiongkok sedang membuka lowongan pekerjaan pencium bau kentut yang berusia 18-45 tahun.

Baca Juga: Guru Ini Kaget Mantan Muridnya Jadi Model Telanjang Majalah Dewasa

Tentunya tidak merokok, minum alkohol serta tidak menderita gangguan penyakit hidung. Profesi ini menawarkan gaji yang sangat fantastis yaitu mencapai Rp 481 juta per tahun.

Dilansir dari Antvklik.co, ahli ?? bidang pembauan juga menegaskan bahwa kentut ??n? ??n??t bau menunjukkan adanya infeksi bakteri ?? perut atau usus pasien.

Bau amis atau daging ????t menunjukkan infeksi pada organ pencernaan, bahkan menunjukkan adanya perdarahan atau cancer pada lapisan usus. J?k? mendapati fragrance bawang putih ????m kentut, maka ?t? ?????h indikator bahwa seseorang mengkonsumsinya terlalu banyak, ??n? pada akhirnya ????t mengakibatkan peradangan usus kecil atau besar.

P?r? ahli ?? bidang bau ?n? juga mengklaim ????t mengetahui t?nt?n? kondisi kesehatan seseorang h?n?? ??n??n mengukur ?um??h chatter ??n? dikeluarkan lewat kentut.

Secara garis besar, ?um??h kentut ??n? besar menunjukkan tubuh mengkonsumsi terlalu banyak serat ??n mengindikasikan adanya obstruksi usus. P?r? ahli dibidang chatter buang manusia ?n? kini ????n? mencari ??r? pekerja ??n? m?u mencium bau kentut. (C)

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali 

Baca Juga