Ekspor Tambang Indonesia Tak Lagi jadi Jagoan, Ini Komoditas Penggantinya
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Selasa, 05 Agustus 2025
0 dilihat
Ekspor tambang melemah, sektor nonmigas kini jadi andalan utama Indonesia. Foto: Repro PT Freeport Indonesia.
" Perubahan komposisi ekspor nasional terjadi secara perlahan namun pasti "

JAKARTA, TELISIK.ID - Perubahan komposisi ekspor nasional terjadi secara perlahan namun pasti. Jika dulu tambang menjadi andalan utama Indonesia di pasar global, kini sektor nonmigas perlahan mengambil alih peran tersebut.
Data ekspor semester pertama tahun 2025 mencatatkan kontribusi dominan dari sektor nonmigas, menggeser posisi sektor tambang yang selama ini menjadi jagoan.
Berdasarkan laporan resmi Kementerian Perdagangan, kinerja ekspor Indonesia pada semester I-2025 mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 7,70 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Angka ini melampaui target nasional yang sebelumnya dipatok sebesar 7,10 persen. Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan bahwa pencapaian ini menjadi sinyal kuat bagi tercapainya target ekspor tahunan.
"Kinerja ekspor nasional semester I-2025 telah menunjukkan pertumbuhan positif yang menjadi sinyal kuat bagi pencapaian target ekspor tahunan," ujar Budi Santoso dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip dari SindoNews, Selasa (5/8/2025).
Lebih lanjut, Budi menyampaikan bahwa tren surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut. Pada Juni 2025, Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD4,10 miliar atau setara Rp65,7 triliun.
Tren surplus ini telah berlangsung selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, yang menunjukkan stabilitas dan keberlanjutan performa ekspor Indonesia.
Baca Juga: Laba Tembus Rp 243 Triliun, Ini Komoditas Ekspor Nonmigas Andalan RI ke Negeri Paman Sam
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada semester pertama 2025 mencatatkan surplus sebesar USD19,48 miliar. Angka ini meningkat signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai USD15,58 miliar. Lonjakan ini didorong terutama oleh performa kuat sektor nonmigas.
"Surplus ini berasal dari perdagangan nonmigas yang mencapai USD28,31 miliar, meskipun sektor migas masih mencatat defisit sebesar USD8,83 miliar," jelas Budi Santoso.
Dari total ekspor Indonesia pada semester I-2025 yang mencapai USD135,41 miliar, sebanyak USD128,39 miliar berasal dari sektor nonmigas. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 8,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebaliknya, sektor migas justru mengalami kontraksi cukup dalam, yaitu sebesar 11,04 persen dengan nilai hanya mencapai USD7,03 miliar.i
Dominasi sektor nonmigas ini mencerminkan transformasi struktur ekonomi ekspor Indonesia. Komoditas unggulan seperti baja lapis, tekstil, produk elektronik, serta produk agroindustri semakin menunjukkan performa yang kuat di pasar internasional.
Dalam konferensi pers yang sama, Budi Santoso juga mengungkap bahwa Amerika Serikat menjadi negara mitra dagang dengan surplus tertinggi bagi Indonesia, yakni sebesar USD9,92 miliar.
Disusul oleh India sebesar USD6,64 miliar, Filipina USD4,36 miliar, Malaysia USD3,07 miliar, dan Vietnam sebesar USD2,21 miliar.
Kawasan ASEAN secara keseluruhan menyumbang surplus sebesar USD9,6 miliar, sementara dari Uni Eropa mencapai USD3,8 miliar.
Menariknya, surplus dengan Uni Eropa terjadi sebelum perjanjian dagang CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement) diberlakukan.
"Padahal surplus dengan Uni Eropa ini terjadi sebelum diberlakukannya EU CEPA. Artinya, ekspor kita sudah menguat bahkan sebelum adanya kemudahan tarif baru," kata Budi Santoso.
Baca Juga: Daftar Barang Ekspor Amerika Bebas Tarif Masuk Pasar Tanah Air
Ia berharap surplus perdagangan Indonesia akan terus meningkat seiring dengan implementasi berbagai perjanjian dagang internasional yang tengah disiapkan oleh pemerintah.
Ke depan, sektor nonmigas diharapkan akan terus menjadi tulang punggung ekspor Indonesia.
"Ke depan, kita harap surplus ini bisa naik lebih tinggi," tambahnya.
Meski begitu, Indonesia masih mencatat defisit perdagangan dengan beberapa negara seperti Tiongkok. Namun, menurut Budi, hal tersebut tidak menjadi hambatan karena nilai ekspor ke negara tersebut masih tergolong tinggi.
"China tetap pasar utama ekspor Indonesia. Meski kita masih defisit secara perdagangan, hal ini menunjukkan posisi penting mereka sebagai mitra dagang," tutup Budi Santoso. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS