Gadis Yatim Penjual Rujak, Redam Impian Kuliah karena Tak Ada Biaya

Erni Yanti, telisik indonesia
Sabtu, 11 November 2023
0 dilihat
Gadis Yatim Penjual Rujak, Redam Impian Kuliah karena Tak Ada Biaya
Ifah (20) penjual rujak, sedang melayani pembeli dengan ramah. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Karena sang ayah sudah tiada, Ifah terpaksa mengubur impiannya untuk kuliah. Kini ia bekerja menjadi pedagang rujak, sambil terus berusaha membuka usaha sendiri "

KENDARI, TELISIK.ID - Seorang gadis bernama Ifah (20), terpaksa bekerja sebagai penjual rujak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kota Kendari. Ia ingin kuliah seperti teman-teman sebayanya, namun terkendala biaya.

Dalam kesehariannya menjual rujak, nyatanya ada mimpi yang terkuburkan untuk digapai. Pada tahun 2021, ia menyelesaikan pendidikan SMA dan ingin melanjutkan cita-citanya hingga ke perguruan tinggi, namun cobaan itu datang menghampiri.

Cobaan itu datang dari orang tuanya yang jatuh sakit dan harus dioperasi. Ia pun menjaga sang ayah selama melakukan pengobatan, yang saat itu teman-teman seumurannya berlomba mendaftarkan diri masuk perguruan tinggi.

Berharap ada keajaiban datang atas kesembuhan sang ayah, namun mimpi buruk itu terjadi. Sang ayah meninggal dunia. Sejak saat itu, mimpi Ifah untuk melanjutkan pendidikan tak lagi terbersit di kepalanya, namun bagaimana agar dirinya tidak menjadi beban keluarga.

Baca Juga: Perjuangan Ibu Made, Manfaatkan Cuaca Panas di Kendari dengan Jualan Es Buah

"Sejak itu sudah tidak ada di pikiran saya untuk lanjut bangku kuliah, karena selain masalah ekonomi, saya juga tidak mau membebani keluarga," cerita Ifah kepada Telisik.id, Jumat (10/11/2023).

Setelah meratapi kepergian sang ayah sekaligus mengubur cita-citanya untuk melanjutkan pendidikan, ia terpikir untuk merantau di Kendari dan mencari pekerjaan. Tak semudah mengucap kata, ia kesulitan mencari pekerjaan.

Kehidupan yang ia jalani di tanah rantau tidak semulus yang ditata dalam bingkai kata-kata. Mulai ia mencari pekerjaan hingga mendapat pekerjaan, cobaan itu selalu menjadi cambuk buat dirinya.

Setelah mendapat pekerjaan sebagai karyawan penjual baju rombengan (RB), lagi-lagi ia mendapat cobaan. Adanya ketidakcocokan dengan teman kerja, hingga akhirnya ia memilih berhenti.

"Sempat saya kerja di penjual RB tapi saya difitnah teman kerja sehingga saya berhenti. Setelah bosku tahu fakta sebenarnya, saya dipanggil kembali tapi saya sudah tidak mau," pungkasnya.

Setelah keluar dari pekerjaan sebagai penjual baju RB, selama beberapa bulan ia mengalami kesulitan mencari pekerjaan. Namun kebutuhan sehari-hari selalu menggerogoti keuangan.

Dengan kondisi keuangan yang terus menipis, mulailah ia terpikirkan dengan sisa uang yang ia tabung sewaktu menjadi penjual baju rombengan, untuk membuat nasi bungkus lalu dijualnya di pinggir jalan Pasar Lawata Kota Kendari.

"Waktu saya keluar dari pekerjaanku itu teman saya ikut keluar. Setelah keluar, kami kesulitan cari pekerjaan sampai kami terpikir menjadi penjual nasi bungkus dengan sisa uang yang kami tabung," ungkapnya.

Rencana menjadi penjual nasi kuning, tentu tidak semudah yang dipikirkan. Nasi yang ia jual tidak laku. Tak patah semangat, ia terus mencoba sedikit demi sedikit sampai dagangannya mulai ramai diserbu pembeli.

Selama menjadi penjual nasi, kehidupan mandiri itu sudah ia jalani mulai dari bangun subuh untuk mempersiapkan jualannya hingga memutar modal usahanya.

Kehidupan pun terus berputar hingga sewaktu ia berhenti menjadi penjual nasi dan dipanggil salah seorang keluarga untuk membantu menjual rujak dengan gaji yang sudah ditentukan, mulailah ia menjadi penjual rujak dengan gaji harian.

Berbekal keahlian melihat lokasi strategis untuk berjualan, terkadang ia menyumbang ide kepada sang bos untuk menempatkan gerobak jualannya di tempat yang diminati banyak orang.

"Sebelumnya kan ini jualan di sebelah. Karena saya lihat ini strategis tempatnya, saya kasitau yang punya usaha untuk pindah di sini dan Alhamdulilah jauh lebih banyak pembeli di sini," ucapnya.

Sampai sekarang, ia tetap bersabar menjadi pedagang rujak milik orang lain, sembari mengasah kemampuan untuk membuka usaha sendiri dengan modal yang tengah ia persiapkan. Selain itu, ia selalu mengumpulkan uang untuk mewujudkan cita-citanya yang tertunda, kuliah.

Menjadi penjual rujak tidak membuatnya merasa malu. Bahkan ketika ia dicemooh oleh beberapa teman sebayanya karena pekerjaan itu, ia jadikan pemacu motivasi untuk membuktikan bahwa ia bisa berhasil melampaui mereka.

Baca Juga: Demi Bantu Ekonomi Keluarga, Ibu Ini jadi Penjual Bensin Eceran

Salah seorang pembeli rujak, Mujono, mengaku senang dengan keramahan Ifah. Selain cepat dalam melayani pembeli, juga buah-buahan yang ia sajikan sangat banyak.

"Saya sering beli di sini berbeda dengan tempat lain, banyak buahnya, bumbunya juga pas dan mbanya juga ini cepat layani pembeli," kata Mujono.

Sementara pembeli lainnya, Ani, mengaku sudah menjadi pelanggan setia karena sering membeli rujak yang dijual Ifah.

"Sudah sering saya beli di sini. Saya suka sekali rujaknya. Intinya berbeda dari yang lain apalagi bumbunya, pkoknya harus beli," ucapnya antusias. (A)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga