Gaza Tidak Butuh Solusi Dua Negara
Rima Septiani, telisik indonesia
Minggu, 05 Oktober 2025
0 dilihat
Rima Septiani, S.Pd, Aktivis Dakwah. Foto: Ist.
" Gaza masih mengalami genosida brutal yang tak kunjung berhenti "

Oleh: Rima Septiani, S.Pd
Aktivis Dakwah
PERANG di Gaza yang hingga saat ini masih terjadi sejatinya telah membangkitkan kembali minat negara-negara terhadap penyelesaian konflik Israel-Palestina. Seperti yang disuarakan Presiden RI, yakni sudah tiga kali secara eksplisit membahas solusi dua negara (Two-State Solution) terkait konflik Israel-Palestina.
Ia menegaskan, posisi diplomatik Indonesia yang mendukung kemerdekaan Palestina sebagai syarat utama perdamaian, sambil menawarkan pengakuan terhadap Israel jika Palestina diakui secara berdaulat. Solusi dua negara sudah digaungkan Prabowo sejak masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI (Menhan).
Benarkah Two-State Sebagai Solusi Nyata?
Gaza masih mengalami genosida brutal yang tak kunjung berhenti. Mereka terus dicekik blokade. Bahkan PBB sendiri mengungkap bahwa kelaparan di Gaza sudah mencapai tingkat “Famine”. Hingga sekarang, Israel sengaja membuat seluruh warga Gaza kelaparan dan dibunuh perlahan.
Lebih dari 2 juta orang dan setengahnya adalah anak-anak yang harus dipaksa hidup tanpa makanan dan air. Selama berbulan-bulan, Israel terus membantai dan membiarkan warga Gaza kelaparan secara brutal.
Meskipun penyaluran bantuan demi penyaluran terus dilakukan, namun hingga kini kita masih terus menyaksikan tekanan yang dialami warga Gaza. Situasi makin sulit.
Semua bahan makanan ketersediannya sangat sulit. Bahkan anak-anak menjadi target untuk diintimidasi, dituduh hal-hal yang tak masuk akal, mereka diburu, diteror, hingga dibunuh.
Sejak Khilafah Islam runtuh, kaum Muslim sekarang kini terpecah belah dan tak memiliki perisai yang melindunginya. Bak anak ayam kehilangan induknya, kaum Muslimin sekarang mengalami kesengsaraan dan kerusakan akibat dominasi kapitalisme.
Baca Juga: Don't Stop Talking about Palestina
Sudah dua tahun Gaza terus diserang, ratusan Muslimah dan anak-anak l dibantai dengan kejamnya. darah para syuhada kembali membasahi tanah kota yang suci itu. Mereka menjadi korban kekejaman Zionis Israel dan kezaliman para penguasa Muslim.
Selama bertahun-tahun, Zionis Israel memiliki banyak catatan gelap dengan kaum Muslim Palestina, konflik berdarah tersebut masih saja berlanjut hingga saat ini dan tak tau kapan berakhirnya.
Kita sebagai umat Islam menentang resolusi dua negara. Persoalan Palestina pada dasarnya adalah persoalan kebenaran, keadilan dan kemerdekaan. Maka oleh karena itu , ia menjadi persoalan kaum Muslimin seluruhnya. Kita sedang memerangi kezaliman dan penjajahan menentang sekuat-kuatnya pembagian wilayah Palestina.
Jika kita menilik, Two State Solution atau solusi dua negara adalah usulan penyelesaian konflik Israel dan Palestina yang bertujuan untuk membentuk dua negara merdeka. Satu untuk Israel dan satu untuk Palestina. Menurut usulan tersebut wilayah Palestina mencakup tepi Barat dan jalur Gaza, serta Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Kita sebagai kaum muslim wajib menolak Two State Solution sebab solusi dua negara sejatinya bentuk keputusasaan AS atas keteguhan rakyat Gaza dan para Mujahidin. Mengakui kemerdekaan Palestina itu sama saja mengakui pencaplokan oleh entitas Yahudi 70 % sampai 80% wilayah muslim Palestina. Solusi penuh ilusi tersebut justru makin menjauhkan dari pembebasan Gaza.
Hanya Islam Solusi atas Palestina
Diamnya dunia tak bisa lagi ditolerir. Bungkamnya negeri Muslim membuktikan bahwa saat ini kita tak bersatu. Dunia gagal menghentikan kejahatan Israel sejak dulu hingga kini. Para penguasa Muslim saat ini telah diaborsi rasa kemanusiaannya untuk membela Palestina. Hanya karena batas-batas negara atau Nation State suara sumbang pun terdengar “ Tidak perlu mengurusi rumah tetangga, mari urusi rumah kita dulu”.
Marilah kaum muslimin segera bersatu. Menguatkan para penjaga al-Aqsha agar tetap teguh berjaga di garis depan. Mereka telah berkorban menjaga bumi para Nabi, tanah suci kaum muslimin, dan kiblat pertama umat Islam.
Palestina memanggil seluruh kaum muslimin di dunia ini. Panggilan ini berbeda dengan saudara yang bukan muslim yang hanya sebatas rasa kemanusiaan. Tapi Palestina memanggil kita sebagai umat Islam, umat Rasulullah Muhammad SAW.
Baca Juga: Ada Apa di Balik #KaburAjaDulu?
Umat yang mulia. Di mana Islam mengajarkan kita agar peduli dengan nasib sesama Muslim di manapun kita berada. Tak dibatasi oleh sekat-sekat negara. Tak peduli jauh atau dekat. Tak peduli di belahan bumi mana karena kita adalah saudara seakidah.
Al-Aqsha menunggu pembebasan, memanggil kaum muslimin. Umat Rasulullah SAW adalah umat yang satu. Umat Islam adalah satu tubuh, di mana ada tubuh yang terluka maka bagian lain pun akan merasakan perihnya luka tersebut. Rasulullah SAW mewariskan ukhuwah Islam di antara umat Islam agar kita semua dapat bersatu dalam satu naungan ikatan, yaitu ikatan Islam.
Persaudaraan kita antara sesama musim diikat dengan keesaan Allah SWT dan kerasulan Muhammad SAW, keyakinan yang membangun akidah ini harusnya menguatkan keimanan dan kepedulian sesama muslim. Karena kita seperti satu tubuh, sehingga kita merasakan sakit dan pedihnya penderitaan muslim di Gaza.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menjawab panggilan dari Gaza? Kita tak boleh mencukupkan diri dengan mengirimkan doa atau bantuan kemanusiaan. Solusi syar’i atas genosida di Gaza adalah pengerahan pasukan muslim untuk jihad fisabilillah. Kaum muslim sangat mampu melawan Zionis, bahkan akan memenangkan perang dalam waktu 1 jam saja. Tentara kaum muslimin akan berhasil mengusir Zionis Yahudi.
Yang paling utama adalah, umat Islam harus bersatu mengembalikan kepemipinan Islam sedunia. Kepemimpinan yang mengayomi, melindungi dan membela umat Islam tanpa kecuali, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan Khalifah al Mu’tashim. Wallahu alam bi ash shawwab. (*)
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS