Hati-hati, Panik Berlebihan karena COVID-19 Dapat Terkena Gejala Psikosomatik

Musdar, telisik indonesia
Senin, 25 Mei 2020
0 dilihat
Hati-hati, Panik Berlebihan karena COVID-19 Dapat Terkena Gejala Psikosomatik
Ilustrasi orang panik. Foto: Repro Kompas Lifesyle

" Karena stresnya terhadap COVID-19 ini, maka gejala psikosomatik yang timbul bisa mirip seperti gejala COVID-19, misalnya lemas, tidak enak badan, batuk, nyeri dada, merasa demam bahkan merasa sesak nafas. "

KENDARI, TELISIK.ID - Belum adanya tanda akan meredanya penyebaran COVID-19 di Kota Kendari memungkinkan masyarakat akan merasa lebih cemas.

Apalagi, sembilan dan 11 Kecamatan di Kota Kendari sudah ditetapkan sebagai zona merah dengan 58 kasus positif secara keseluruhan.

Namun tahukah bahwa, perasaan cemas yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan.

Seorang dokter di RS Bahteramas, dr. Tety Yuniarty mengungkapkan serangan panik (panic attack) adalah munculnya rasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-tiba. 

"Nanti kalau karena panik ini mengganggu kesehatan tubuh, sering kita kenal sebagai Psikosomatik," terangnya, Senin (25/5/2020).

Psikosomatik timbul akibat ketidakstabilan sistem saraf simpatis dan parasimpatis.

Baca juga: 10 Pasien Positif COVID-19 dan Lima PDP Beriringan Sembuh

Keadaan ini tercetus akibat stres yang tidak bisa dihadapi dengan baik oleh tubuh akibatnya timbul gejala seolah-olah sakit.

"Karena stresnya terhadap COVID-19 ini, maka gejala psikosomatik yang timbul bisa mirip seperti gejala COVID-19, misalnya lemas, tidak enak badan, batuk, nyeri dada, merasa demam bahkan merasa sesak nafas," tambah dr. Tety.

Untuk menghindari perasaan tidak panik berlebihan, masyarakat disarankan agar dapat menimbang informasi COVID-19 yang dapat terpercaya dan tidak dapat dipercaya (hoax) dengan melihat sumber informasi.

"Ini supaya tidak terpapar oleh berita-berita yang berlebihan yang dapat menimbulkan kepanikan, cemas dan stres," cetusnya.

Sementara itu, Ketua IDI Kota Kendari, dr. Alghazali Amirullah, menerangkan hal yang sama, bahwa perasaan panik yang berlebihan adalah sesuatu tidak baik untuk kesehatan tubuh. Akibat panik berlebihan lainnya adalah dapat mempengaruhi hormon endoktrin.

Baca juga: Kemendagri Belum Restui Pelantikan Kadis Dukcapil Muna

"Dan jika ini berlangsng panjang dan lama, maka tubuhpun akan mengeluarkan hormon glukokortikoid, di mana akan mempengaruhi timus sebagai salah satu tempat produksi imun," terang dr. Alghazali.

Dengan demikian, lanjut dr. Alghazali, maka akan terjadi penghambatan atau penurunan produksi sitokin dan interleukin yang merangsang produksi sel darah putih.

''Maka dengan demikian, akan memungkinkan segala penyakit akan mudah masuk, terutama jika ada penyakit penyerta dalam tubuh seseorang," jelas Alghazali.

Alghazali menegaskan, psikosomatik memang bisa terjadi akibat perasaan panik, namun panik yang dirasakan itu karena terlalu berlebihan. Oleh karena itu, untuk menghindari agar tidak terjadi, masyarakat jangan panik berlebihan, namun tetap perlu untuk selalu waspada.

Reporter: Musdar

Editor: Sumarlin

Baca Juga