Hidupkan Hati dengan Al-Qur'an

Irawati, telisik indonesia
Jumat, 02 Juli 2021
0 dilihat
Hidupkan Hati dengan Al-Qur'an
Membaca, mentadabburi dan mengamalkan isi atau kandungan Al-Qur'an. Foto: Repro muslimahnews.com

" Ibnu Katsir berkata, yang dimaksud dengan hati yang hidup adalah hati yang bisa mengambil manfaat dari setiap ajaran dan peringatan dari Al-Qur'an "

KENDARI, TELISIK.ID - Banyak hal yang dapat kita dilakukan untuk mewujudkan suatu kebaikan di dalam kehidupan, salah satunya membaca, mentadabburi dan mengamalkan isi atau kandungan Al-Qur'an.

Termasuk dalam menghidupkan hati dengan Al-Qur’an. Tentu saja, ketenangan hati itu tak dibatasi hanya mereka yang dikarunia hafalan tiga puluh juz secara sempurna.

Keberkahan Al-Qur’an juga bukan kaplingan yang dikhususkan buat orang yang pandai menafsir Al-Qur’an saja. Tapi, ia adalah karunia Allah bagi siapa saja yang ingin mendekat dan merasakan sensasi mukjizat sepanjang masa tersebut.

Dilansir dari Hidayatullah.com, Al-Qur'an adalah wahyu Allah sekaligus mukjizat terbesar dalam kehidupan manusia. Keberkahan ilmu Al-Qur'an adalah hak mutlak Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Untuk itu, yang dibutuhkan oleh manusia adalah kesungguhan dan upaya serius dalam mempelajari Al-Qur'an. Tak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Apalagi jika ingin meraih pencapaian Al-Qur'an tersebut.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka dia akan mendapatkan satu kebaikan sedangkan satu kebaikan itu (bernilai) sepuluh kali lipatnya, aku tidak mengatakan ''Alif Laam Miim'' sebagai satu huruf, tetapi ''Alif'' satu huruf, ''Laam'' sebagai satu huruf dan ''Miim'' sebagai satu huruf.” (HR. Al-Bukhari).

Nabi juga memotivasi umatnya, "Orang-orang yang mahir membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia yang senantiasa berbuat baik. Sedang yang membaca Al-Qur’an dengan tertatih-tatih dan terasa berat, baginya dua pahala.” (Riwayat Muttafaq Alaihi).

Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Seorang Istri Harus Mengutamakan Suami Dibanding Orangtuanya

Ibnu Katsir berkata, yang dimaksud dengan hati yang hidup adalah hati yang bisa mengambil manfaat dari setiap ajaran dan peringatan dari Al-Qur'an.

Qatadah berkata, orang itu punya pandangan yang tajam. Ia tak mudah silau oleh godaan gemerlap kehidupan dunia. Sedang Ad-Dhahhak menyimpulkan, pemilik hati yang hidup adalah manusia yang bisa memaksimalkan potensi akalnya untuk memahami dengan benar tujuan hidup tersebut.

Singkatnya, hati yang mendapat sibghah (celupan) Al-Qur'an adalah ketika seorang muslim mendapati jiwa dan pikirannya tenang dengan bacaan Al-Qur'an. Ia menikmati lantunan Al-Qur'an tersebut bahkan dapat bergetar dengan ayat-ayat yang dibacakan kepadanya.

Lebih dari itu, ketika orang tersebut merasa dimudahkan dalam mengamalkan Al-Qur'an, maka sepantasnya ia bersyukur dan meminta keistiqamahan kepada Allah SWT.

Di sisi lain, akhlak yang buruk dan perilaku yang tidak beradab menjadi utama daripada hati yang kering dan jauh dari sentuhan Al-Qur'an.

Waktunya hanya disibukkan mengurus kepentingan dunia. Tak peduli dengan aturan agama, orang-orang tersebut bahkan tak lepas dari pandangan dan maksiat kepada Allah.

Jika orang lain merasa tenang berinteraksi dengan manusia yang berakhlak Al-Qur'an, maka orang-orang akan merasa gaduh dan jengah bermuamalah dengan pemilik hati yang gersang tersebut.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Penghuni Neraka Mayoritas Berasal dari Kaum Hawa

Jadi tunggu apalagi, mari menata hati dengan Al-Quran menjadikan hati hidup dan bersih dengan siraman wahyu dari langit. Al-Qur'an adalah petunjuk, rahmat, dan obat bagi hati-hati manusia.

Allah SWT berfirman :

“Dan demikianlah Kami wahyukan wahyu (Al-Quran) atas perintah Kami. Kamu sebelumnya mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjukkan dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura [26]: 52).

Dilansir dari Republika.co.id, Allah berfirman: "Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran." (QS. Shad [38]: 29). Ketika Nabi masih hidup, Al-Qur'an hidup melalui ucapan, tindakan, dan perilaku beliau. Dalam hadis disebutkan, seorang sahabat bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Nabi. Aisyah pun menjawab, "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Allah pun menyebut beliau sebagai pribadi yang layak diteladani karenanya, "Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (Al-Qur'an Surah Al-Qalam [68]: 4). Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Quran Al-'Azhim menjelaskan, ayat ini merupakan pondasi penting dalam meneladani Rasulullah pada semua perkataan, perbuatan, dan keadaan beliau.

Dalam posisi beliau sebagai Nabi, ucapan dan tindakannya selalu dibimbing Al-Qur'an, baik itu berupa wahyu Al-Qur'an yang kemudian tertera dalam mushaf Al-Qur'an, maupun ilham yang kemudian menjadi sunnah, hadis dan atsar. Melalui beliaulah, Al-Qur'an dan nilai-nilai ilahi hidup dan dipraktekkan sehingga orang-orang bisa mengikutinya. Saat ini, Nabi telah lama tiada. Para sahabat dan tabiin yang generasinya paling dekat dengan masa Nabi juga sudah tiada.

Baca Juga: Jangan Sembarangan, Ternyata Ini Tempat Duduk Setan

Meski begitu, Al-Quran, tetap menjadi petunjuk hidup sepanjang masa. Namun, fungsi itu tidak akan ada artinya jika tidak dihidupkan oleh ahli Al-Qur'an, yakni orang yang membaca, memahami, mengamalkan, dan mengajarkannya kepada orang lain. Dalam hadis disebutkan, Nabi bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki keluarga di antara manusia." Para sahabat bertanya, "Siapa mereka, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Para ahli Al-Qur'an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya." (HR Ahmad).

Untuk mendapatkan manfaat dari Al-Qur'an dan menghidupkannya, kata Ibnul Qayyim dalam kitab al-Fawa'id, seseorang mesti memusatkan hati ketika membaca dan menyimaknya, memfokuskan pendengaran serta menghadirkan diri seperti halnya Nabi saat menerima Al-Qur'an. Karena sejatinya, Al-Qur'an itu merupakan petunjuk bagi manusia. Semakin seseorang menjauh dari Al-Qur'an, berarti ia menjauh dari petunjuk Allah. Al-Qur'an adalah petunjuk hidup orang beriman, dan karena itu ia dihidupkan, bukan dijauhkan, apalagi dimatikan. (C)

Reporter: Irawati

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga