Mengapa Harus Suci Ketika Salat? Ini Hikmahnya

Haerani Hambali, telisik indonesia
Rabu, 08 Desember 2021
0 dilihat
Mengapa Harus Suci Ketika Salat? Ini Hikmahnya
Salat adalah ibadah utama dalam Islam. Karena itu, diwajibkan bersuci sebelum melaksanakan salat. Foto: Repro umma.id

" Kita diwajibkan membersihkan diri lebih dulu baik dengan wudhu ataupun mandi, sebelum melaksanakan salat "

KENDARI, TELISIK.ID - Kita diwajibkan membersihkan diri lebih dulu baik dengan wudhu ataupun mandi, sebelum salat. Ini agar tubuh kita terbebas dari segala kotoran.

Selain itu, tentu kita akan mempersiapkan diri sebaik mungkin saat akan bertemu dengan orang yang kita cintai. Saat melamar gadis ke rumah calon mertua, misalnya. Atau saat akan menghadap atasan.

Kita perlu mempersiapkan diri dengan badan yang bersih dan rapi dalam berpakaian. Ini baru level bertemu dengan sesama manusia. Bagaimana persiapan kita saat mau melayani Tuhan kita, di saat kita menghadap Dzat yang menciptakan ruh dan tubuh kita yang dari tiada menuju ada, yang memberikan segala macam nikmat setiap detik.

Kesucian itu meliputi dua aspek, lahir dan batin. Apabila kesucian lahir saja sedemikian wajibnya, tentu kesucian batin lebih dibutuhkan saat seseorang mau melakukan ibadah.

Melansir islam.nu.or.id, kesucian menjadi perhatian paling utama karena merupakan pangkal dari ibadah salat. Terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan bersuci, di antaranya adalah firmah Allah SWT:  

"Hai orang-orang yang beriman, ketika kalian akan melaksanakan salat, basuhlan wajah kalian. ...." (QS: Al Maidah: 6).

Baca Juga: Masih Bingung? Ini Penjelasan Bedanya Infak dan Sedekah dalam Islam

"Kepada pakaianmu, sucikanlah." (QS: Al Muddatsir: 4).

Di dalam hadis, Rasulullah SAW juga bersabda: "Kuncinya salat adalah suci. Bersuci, selain diperintahkan dalam Al-Qur’an atau hadis, juga mengandung beberapa hikmah dan rahasia yang bisa dipetik sebagaimana yang disarikan dari salah seorang ulama Al-Azhar, Kairo, Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam kitabnya Hikmatut Tasyri’, h: 59-63 [Darul Fikr].

Pertama, saat waktu salat, malaikat tak tertarik melihat ada hamba berpakaian kotor, baunya apek.

Kedua, jika orang sedang berbaris, berjajar dengan manusia lain dalam shaf salat, sedang pakaiannya kotor, pasti akan mengganggu jemaah lain. Oleh karena itu, Islam menyunahkan mandi bagi siapa saja yang ingin salat jum’at dan ied. Di sana orang berkumpul, berdesak-desakan menjadi satu. Baju kotor, bau apek merupakan musibah yang menyakitkan bagi orang di sekitarnya.

Menyakitkan orang lain dihindari dalam Islam hingga hal yang sedemikian detail.

Ketiga, manusia mempunyai dua sisi kepribadian. Pribadi hayawan dan malaikat. Artinya setiap manusia mempunyai pribadi yang disamakan dengan koneksi hewan dan koneksi malaikat.

Jika orang sedang berhubungan suami istri, kepribadian hayawani sedang mengalahkan kepribadian malaikat. Istilahnya ia sedang menyakiti kepribadian malaikat. Untuk memulihkan itu, seseorang perlu bersih-bersih dengan mandi jinabat.

Keempat, wudhu dan mandi itu menumbuhkan semangat baru, mengusir kemalasan. Orang yang menjalankan ibadah bisa tampil dalam keadaan segar, fresh dan semangat. Begitu pula bagi orang yang haid dan nifas.

Kelima, badan-badan yang biasa dibersihkan, adalah badan yang biasa dibuat untuk menjalankan maksiat.

Dilansir dari Republika.co.id, thaharah atau bersuci merupakan salah satu syarat sahnya ibadah salat. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang artinya : "Allah tidak menerima salat yang tidak dengan bersuci".

"Karenanya, jangan sampai ibadah salat yang kita kerjakan selama ini menjadi sia-sia karena bersuci asal-asalan. Coba kita periksa lagi diri kita masing-masing soal bersuci dari najis dan hadats lewat mandi wajib (junub) dan wudhu," ujar  Tgk Adnan, penyuluh agama pada Kanwil Kemenag Aceh.

Ia menjelaskan, thaharah haqiqi, yaitu suci pakaian, badan, dan tempat salat dari najis ataupun thaharah hukmi, yaitu suci anggota wudhu dari hadas, dan suci seluruh anggota zahir dari junub sebab ia menjadi syarat yang tetap bagi sahnya salat.

Baca Juga: 11 Keutamaan Bershalawat, Tanda Cinta dan Hormat pada Rasulullah

"Meskipun hadas dan junub bukanlah najis yang dapat dilihat, tetapi ia tetap merupakan najis yang menyebabkan tempat yang terkena olehnya menjadi kotor. Karenanya, untuk menyucikannya, maka perlu mandi," terang Tgk Adnan yang juga pengurus Masjid Al-Furqan Beurawe.

Mandi junub termasuk dari perkara syarat sahnya salat seseorang. “Sehingga bila kita tidak mengerjakannya dengan cara yang benar maka mandi junub kita itu tidak dianggap sah. Ini artinya, kita masih belum lepas dari hadas besar,” tuturnya.

“Akibatnya salat kita dianggap tidak sah bila kita menunaikannya dalam keadaan belum bersih dari hadats besar dan kecil. Sedangkan mandi junub yang benar itu ialah mandi junub yang dilakukan dengan mengamalkan cara-cara mandi junub yang diajarkan oleh Rasulullah,” ujarnya menambahkan.

Karena menunaikan mandi junub itu adalah termasuk ibadah kepada Allah, maka di samping harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata, juga harus pula dilaksanakan dengan cara yang dituntunkan oleh Rasulullah

"Niatnya mandi wajib haruslah benar. Kita juga harus meratakan air ketika mandi janabat ke seluruh tubuh dengan penuh kehati-hatian sehingga dilakukan penyiraman air ke tubuh kita itu berkali-kali, hingga kita yakin rata. Termasuk ke lubang anus harus masuk air dengan cara sedikit mengedan, jika air tidak masuk ke tempat pertemuan lubang pembuangan, maka tidak sah mandi junub kita, makanya harus hati-hati dan jangan sembarangan," tegasnya. (C)

Reporter: Haerani Hambali

Editor: Fitrah Nugraha

Artikel Terkait
Baca Juga